Chapter 23 Bagian 5 "Persiapan Rencana Menyelamatkan Ibu Pertiwi"

97 69 0
                                    

POV Tantri

Sudah beberapa hari sejak pekerjaanku sebagai pengawal pribadi Mevrouw Sofia di mulai dan jujur, bekerja menjadi pengawal pribadinya tidak begitu buruk. Beliau bukan seorang tuan yang memberatkanku yang merupakan pengawalanya.

Pada hari pertama aku bekerja, saat aku ingin memasak makanan untuknya atau sedang membersihkan rumah yang megah ini beliau mengatakan padaku bahwa aku tidak harus membersihkan rumah atau memasak untuknya jika aku enggan melakukannya karena baginya tugasku adalah cukup menjadi pengawalnya dan bukan pelayannya tapi walau beliau sudah mengatakan hal tersebut bagiku tetap tidak pantas jika aku hanya berdiam diri dan tidak melakukan apapun di rumah megah ini sedangkan orang tua beliau memberikanku upah yang jumlahnya terbilang cukup besar untuk menjaganya jadi pada akhirnya aku juga bekerja menjadi pelayannya.

Kendati begitu, seringkali ia membantuku membersihkan rumah atau memasak makanan. Aku kira Mevrouw Sofia adalah seseorang yang enggan melakukan kegiatan-kegiatan tersebut tapi ternyata perkiraanku salah, dan yang lebih mengejutkan bagiku adalah, setiap waktu makan tiba beliau selalu memintaku untuk duduk satu meja dengannya. Suatu hal yang bagiku tidak lumrah dilakukan oleh seorang bangsawan pada pelayannya.

Harus kuakui, kedua orang tuanya beserta mendiang Tuan Wisnu mendidiknya menjadi seorang gadis bangsawan yang anggun, ramah dan rendah hati. Tidak heran masyarakat menyukai sosoknya tapi, walau dia sosok yang terlihat ramah dan anggun, aku juga melihat sisi dirinya yang lain, sisi dirinya yang rapuh dan dipenuhi oleh kesedihan.

Pada suatu malam di minggu pertama aku bekerja di sini, beliau memintaku untuk diajari cara membaca Al-Quran yang benar serta bagaimana cara membaca bacaan salat dan doa yang baik, khususnya bacaan doa untuk orang yang sudah meninggal karena ia ingin mendoakan mendiang Tuan Wisnu supaya beliau dilindungi dari azab dan siksaan api neraka dan mendapat izin-Nya untuk memasuki surga dan menjadi salah satu penghuninya.

Aku memang bukan ahli bahasa Arab tapi aku mengajarinya sebaik yang aku mampu dan setelah ia menjadi sedikit lebih pandai dalam mengucapkan doa dalam bahasa Arab dan membaca Al-Quran, aku selalu mendengar samar-samar isakan tangis dari kamarnya pada setiap waktu isya tiba. Aku rasa dia sangat menyayangi mendiang Tuan Wisnu dan merindukannya sama seperti aku yang masih belum bisa sepenuhnya menghilangkan kesedihan yang aku rasakan atas kematian yang menimpa ayahku.

Hari-hari terus berlalu, waktu malam pada hari senin minggu ketiga telah tiba dan selama menunggu Mevrouw Sofia keluar dari kamarnya, aku mengutak-atik smartphoneku, membaca beberapa artikel berita yang sedang viral hingga, kedua mataku tertuju pada sebuah artikel yang memiliki judul "Seluruh Mahasiswa DI Berbagai Kota Di Republik Indonesia Serikat Akan Mengadakan Demonstrasi Besar-Besaran Untuk Menuntut Perdana Menteri Willem van Huizen Turun Dari Jabatannya.".

Aku membaca berita tersebut dan melihat bahwa salah satu organisasi yang akan turut ikut melaksanakan demonstrasi adalah para mahasiswa dari Universitas Sucilangkung, tempat di mana tuanku menimba ilmu di bidang kedokteran.

Aku segera menghubungi Reiss dan beberapa teman-temanku yang lain yang masih bekerja di institusi kepolisian tapi keberpihakannya sama denganku. Aku bertanya pada mereka semua mengenai jenis pasukan keamanan apa yang akan diturunkan pada saat demonstrasi nanti berlangsung serta letak pasukan keamanan ditempatkan di kota ini.

Beberapa saat kemudian, aku mendapat jawaban dari teman-temanku mengenai letak para pasukan keamanan ditempatkan serta jenis pasukan yang digunakan. Menurut rumor yang teman-temanku dapatkan, pasukan yang akan diturunkan untuk mengamankan demonstrasi adalah pasukan SSE selain pasukan Schutterij.

Aku yang membaca pesan yang mereka kirim tertegun saat kedua mataku membaca nama pasukan itu. Tidak kusangka pemerintahan yang masih dikuasai oleh partai Neo-NSB ini akan bertindak sejauh ini untuk melawan rakyat yang ingin menumbangkan mereka demi memenuhi ambisi mereka untuk melanggengkan kekuasaan mereka.

Antara Darah Dan Hati 2 Dream RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang