Chapter 11 Bagian 5 "Sembunyi"

239 71 1
                                    

POV Muhamed

Aku dan Kak Lodewijk masih bersembunyi di salah satu rumah milik geng motor Jalan Darah. Letnan mereka membantu kami bersembunyi setidaknya sampai suara sirine polisi dan pemberitaan mengenai baku tembak antara geng mereka dengan kepolisian mereda. Bersamaan dengan itu, Kak Lodewijk melakukan serah terima kunci mobil Mercedes Cabrioletnya dengan sang letnan yang telah bersedia untuk memperbaiki mobilnya.

"Akang, sebelum ieu kunci abi serahin, abi bade naros. Kunaha akang hayang nolongin abi sararea. (Akang, sebelum kunci ini saya serahin ke akang, saya mau nanya, kenapa Akang mau bantu kami?)"

"Kanjeng putri Sofia kan atos bayar ku jasa nu abi sararea lakuin ka anjeun na, abi sarua teh memang arurang nu dicap penjahat sami masyarakat, tapi abi sarua teh boga standar teuing. (Tuan Putri Sofia kan udah bayar buat jasa yang kami lakuin buat dia, kami memang orang-orang yang dicap penjahat sama masyarakat tapi kami juga punya standar.)"

"Jadi, iraha kira-kira servis mobil ieu beres jeung abi tiasa cokot balik mobil abi? (Jadi, kapan kira-kira servis mobil ini beres dan saya bisa ambil kembali mobil saya?)"

"Wah, teu teurang pisan, mungkin teh tilu minggu dari ayeuna coba dateng lagi ka dieu. (Wah, gak tau banget, mungkin tiga minggu dari sekarang coba datang lagi ke sini.)"

"Hm, okelah, ieu kang kuncina, atur nuhun. (hm, okelah, ini kang kuncinya, makasih.)"

"Sami-sami. (sama-sama.)"

Ia menyerahkan kunci mobilnya pada sang letnan kemudian, sang letnan meminta kami mengikutinya untuk masuk ke dalam rumahnya.

Kami diarahkan dia menuju ruang tamu dan diminta untuk duduk di sofa sambil menunggu Ilya yang sedari tadi belum ada kabar lagi darinya. Sambil menunggu, kami melihat melalui berita yang ditampilkan di televisi yang sudah menyala sedari tadi. Berita yang ditayangkan adalah berita kilat yang berjudul "Baku Tembak Antara Geng Motor Melawan Anggota Kepolisian" yang memperlihatkan cuplikan dan gambar beberapa mobil terbakar, dan beberapa orang yang mati di beberapa jalan raya yang berbeda akibat baku tembak tadi.

Polisi yang diwawancara oleh awak media menjelaskan bahwa baku tembak ini terjadi antara geng motor melawan salah satu unit khusus milik Badan Intelijen RIS yang bekerjasama dengan kepolisian dan pihak kepolisian akan meningkatkan kemanan dan operasi penangkapan maupun penyergapan terhadap tindakan kriminal yang sudah anggota geng motor ini perbuat.

"Polisi dan instrumen penegak hukum, kalau kalian tau, sebagian dari mereka sama buruknya kayak kami, ngelakuin tindak kejahatan kayak kami cuman bedanya, karena mereka berseragam mereka aman dari hukum sedangkan kami nggak."

"Iya Kang, saya tau kok."

"Saya gak tau kalian nilai saya orang yang kayak gimana, tapi saya harap, kalian berhasil nyelametin orang yang kena tuduhan palsu itu."

"Aamiin, makasih Kang doanya." jawab Kak Lodewijk.

"Sami-sami."

Mendengar percakapan antara Kak Lodewijk dengan sang letnan membuatku berpikir bahwa orang yang dicap penjahat seperti dia masih punya hati nurani dan kebaikan di dalam dirinya. Dia memang bukan panutan bagi masyarakat dan dia seorang oportunis tapi setidaknya dia masih punya kesadaran untuk menyatakan bahwa apa yang kami lakukan adalah untuk sesuatu yang benar. Aku mungkin punya pengalaman buruk dengan orang seperti dia tapi sejahat-jahatnya manusia, mereka pasti memiliki sedikit kebaikan di dalam diri mereka dan sebaik-baiknya manusia pasti punya sedikit keburukan dan pernah melakukan kesalahan di dalam hidupnya. Semoga Allah mengampuninya dan memberikannya hidayah untuk bertaubat.

Dia pergi meninggalkan kami, terdengar suara pintu terbuka dan tertutup kemudian setengah jam kemudian, suara bel rumah beberapa kali berbunyi. Terdengar suara pintu terbuka dan tertutup lagi kemudian, sang letnan berjalan menuju pintu masuk dan keluar dari rumahnya. Beberapa saat kemudian, dia kembali masuk ke dalam membawa seseorang, Ilya.

Kami berdua langsung beranjak dari kursi kami dan menghampirinya.

"Ilya, gimana? Udah siap buat lanjut atau mau istirahat dulu?" tanya Kak Lodewijk.

"Aku pilih istirahat dulu, capek jalan ke sini, udah tau berita masih nunjukin apa yang udah kita lakuin tadi. Aku juga gak tau deh kita bakal buron atau nggak, aku udah ngelakuin sebisaku buat ngehapus rekam jejak pergerakanku sama kalian terutama kalian karena kalian aksinya di jalanan dan kerekam di banyak cctv yang kepasang di jalanan." jawab Ilya dengan nada mengeluh.

"Yaudah, istirahat dulu, Kang punten, kalau gak keberatan, kita masih mau istirahat di sini." pinta Kak Lodewijk.

"Sok, mangga." jawab sang letnan.

"Aku mau tidur di sofa sebentar." pintanya.

Dia langsung pergi menuju sofa dan membaringkan badannya sedangkan aku dan Kak Lodewijk duduk di dua kursi lainnya.

Setengah jam berlalu, waktu menunjukkan satu setengah jam lagi waktu untuk Salat Subuh akan tiba. Kak Lodewijk beranjak dari kursinya, membangunkan Ilya dan berkata.

"Ilya, sebentar lagi subuh, kita harus pergi dari sini ke rumah yang udah disediain sama Pak Erwin."

Ilya mengusap-usap matanya dan mengangguk kemudian beranjak berdiri. Kami semua memanggil sang letnan kemudian pamit padanya lalu Kak Lodewijk memesan jasa Grab-car. Sang letnan mengantar kami semua keluar dari rumahnya dan kami menunggu Grab datang di depan pintu pagar rumah sang letnan sedangkan sang letnan kembali masuk ke dalam rumahnya.

Saat mobil grab pesanan kami datang, kami semua masuk ke dalam dan meminta pengemudinya untuk membawa kami ke rumah sesuai dengan alamat yang dituju. Yah, mungkin begini rasanya jadi buronan, harus berpindah-pindah tempat dan meninggalkan rumah mu yang nyaman demi keamanan diri mu dan orang-orang yang kau cintai. Sial, aku rasa aku juga akan bolos dari perkuliahan ku untuk beberapa hari. Satu hal yang membuatku merasa lega, ini semua sudah berakhir, setidaknya untuk sekarang.

Antara Darah Dan Hati 2 Dream RealityTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon