Chapter 17 Bagian 4 "Opfer"

152 70 1
                                    

POV Tantri

Malam ini mungkin akan menjadi malamku yang terakhir di dunia. Mevrouw Sofia sudah melapor padaku dan memberitahuku bahwa Ilya dan teman-teman hackernya sudah menyebarkan file-file yang berisi rencana busuk partai di internet melalui akun sosial media oposisi yang para adminnya merupakan teman mereka. Mereka semua memecah informasi yang mereka miliki dan menyebarkannya secara bertahap sesuai dengan topik yang paling menjadi perhatian dan kekhawatiran masyarakat akibat dari ulah partai penguasa di pemerintahan yang seringkali kebijakannya membuat masyarakat resah.

Mevrouw Sofia juga memberitahuku bahwa dia sudah mengirimkan file-file yang berisi rencana busuk milik partai yang berhubungan dengan kasus tuduhan palsu mengenai pemerkosaan yang telah dilakukan terdakwa yang bernama Karim terhadap dirinya termasuk file yang berisi rencana pengeboman festival Pasar Malam Besar di alun-alun kota Sucilangkung beserta mengenai diculiknya Lodewijk oleh SSE.

Mevrouw Sofia bercerita bahwa ia sudah memohon pada raja untuk mengeluarkan koninklijk besluit secara diam-diam kepada menteri kesehatan dan permintaannya pada pamannya sudah disetujui dan ditandatangani oleh beliau dan menteri kesehatan. Isi dari koninklijk besluit tersebut adalah perintah untuk memindahkan Lodewijk ke Rumah Sakit lain yang akan dilakukan pada malam ini.

Lodewijk dipindahkan malam ini karena, malam ini aku diinterogasi yang berarti aku dapat menjadi pengalih perhatian para polisi yang akan menginterogasiku nanti di gudang logistik, itupun jika dugaanku benar tapi jika dugaanku salah tetap saja Lodewijk akan keluar dari sini dan akan dipindahkan ke rumah sakit lain karena ini adalah titah raja.

Aku harap, Lodewijk bisa pulih lebih cepat dan penderitaannya akan menjadi lebih ringan setelah ia berhasil keluar dari rumah sakit ini dan aku harap, andaikan aku benar-benar akan mati di sini karena disiksa saat diinterogasi, Lodewijk menerima wasiatku.

Perputaran jarum jam yang aku lihat di atas TV LCD di kamar tempatku dirawat seakan menunjukan bahwa waktuku hampir tiba, waktu di mana apa yang telah dituliskan dan ditetapkan oleh Allah mengenai cerita kehidupanku akan aku alami. Jika cerita kehidupanku masih akan berlanjut setelah aku diinterogasi maka aku akan tetap melaksanakan apa yang mendiang ayahku pinta dariku tapi jika tidak maka aku harap aku dapat bertemu dengan orang-orang yang sudah berjuang bersamaku di surga nanti.

Ah, ya. Sekarang saatnya, aku mendengar suara ketukan pintu kemudian terlihat seorang suster datang menemuiku. Dia bukan Riri ataupun perawat lain yang pernah mendatangiku pada waktu-waktu sebelumnya. Rambutnya berwarna pirang keputihan. Ia berjalan mendekatiku kemudian mengeluarkan jarum suntik tanpa mengucapkan sepatah katapun dan menyuntikkan jarum suntik tersebut ke dalam lenganku. Aku yang masih lemah belum bisa bergerak sepenuhnya tidak dapat melawan dan hanya menatapnya dengan lemah, aku rasa aku tahu dia siapa, salah satu dari Brevik bersaudari.

Perlahan, kedua mataku yang sudah sangat sayu akibat pengaruh cairan suntik yang sepertinya merupakan bius itu akhirnya tertutup dan tak ingin membuka diri mereka hingga, saat kedua mataku perlahan terbuka kembali, aku sudah duduk berada di atas kursi dan kedua tangan dan kakiku diikat oleh sejenis sabuk pengikat. Aku masih dapat merasakan wireless bluetooth earbudsnya ada di dalam pakaian dalam yang aku kenakan untuk menutupi dadaku dan belum hilang. Sepertinya mereka tidak memeriksa keseluruhan tubuh maupun pakaian yang aku pakai. Ternyata benar sepandai - pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga.

"Halo, Tantri Annie Dekker, bener kan itu namamu?" tanya perempuan berambut pirang keputihan yang sedang berdiri dengan sedikit membungkuk di hadapanku, aku diam tak menjawab pertanyaannya hingga ia menamparku wajahku dengan sangat keras.

"Sebaiknya kamu jawab setiap pertanyaan yang aku tanyain ke kamu atau kamu bakal ngerasain yang lebih sakit daripada tadi." ujarnya padaku.

Mendengar ujarannya membuatku sedikit tersenyum karena aku merasa aneh dengan orang ini. Kenapa dia harus menanyai namaku kalau dia sudah mengetahui identitasku? Jika dia hanya ingin menyiksa orang bukannya dia bisa langsung saja menyiksa tanpa harus menginterogasi? Sungguh sangat tidak efisien.

Antara Darah Dan Hati 2 Dream RealityWhere stories live. Discover now