Chapter 13 Bagian 5 "Informan?"

264 70 1
                                    

*putar musik di atas untuk part ini

POV Muhamed

Setelah latihan menggunakan senjata api dengan intensif dalam kurun waktu 1 hari, akhirnya tiba saatnya untukku menemui informan itu.

Menggunakan mobil Kak Lodewijk, aku bersama Ilya pergi menuju tempat pertemuan yang telah kami dan informan itu setujui, sebuah apartemen kecil yang berada di kompleks ruko yang tidak terlalu jauh dengan pusat kota. Di saat inilah kami berpisah dan melaksanakan peran kami masing-masing tapi sebelum aku keluar Ilya mengatakan sesuatu.

"Hey Muhamed, aku minta maaf soal kemarin."

"Ah, gak apa-apa."

"Ok, waktunya beraksi, aku bakal ngawasin gerak-gerik mu."

"Sip."

"Semoga beruntung, jangan turunin kewaspadaan mu."

"Roger."

Aku melafalkan basmalah dalam hati, mengokang pistol ku kemudian keluar dari mobil bersamaan dengan Ilya. Ilya masuk ke kursi pengemudi dan mengendarai mobil meninggalkan ku sedangkan aku berjalan menyebrangi jalan menuju apartemen itu.

Saat aku mendekat ke dalam gedung apartemen, entah kenapa aku kerasa hawa dingin menyelimuti tubuhku dan rasa was-was memenuhi benakku. Apakah ini karena perasaan takutku? Tidak, bukan itu, insting ku mengatakan ada sesuatu yang tidak wajar di sini tapi apa?

Aku masuk ke dalam apartemen, menaiki tangga menuju ruangan tempat informan itu tinggal. Mengetuk pintunya lalu dia membuka sedikit pintunya yang dikunci dengan kunci rantai dan bertanya padaku.

"Password?"

"Mulutmu harimau mu." jawabku padanya.

"Masuk." ujarnya kemudian membuka pintunya, mempersilahkan ku masuk.

Aku dipersilahkan duduk lalu di kursi lalu dia duduk di kursi yang berhadapan denganku. Kami mulai membuka percakapan.

"Jadi, apa informasi yang anda punya?" tanyaku padanya.

"Waw, tunggu dulu, anda tamu saya, mari saya suguhkan minuman untuk anda dulu, anda pasti lelah dan haus dalam perjalanan kemari." ujarnya padaku.

"Terimakasih." jawabku padanya berusaha sopan.

"Mau apa? Teh atau kopi?"

"Teh aja, terimakasih."

"Tunggu sebentar."

Ia berdiri dari kursinya lalu berjalan menuju dapur. Entah kenapa, saat ia memasuki dapurnya yang gelap itu, ia tidak menyalakan lampunya membuatku sedikit curiga kemudian ia menanyakan sesuatu yang janggal dari dapur.

"Anda mengenal mendiang Pak Ilhan?  Ilhan Dervišhalidovic atau Bu Chandra Mashandra? Apa anda penasaran apa kata terakhir mereka sebelum mereka mati? Jika iya, mari saya sampaikan, mulai dari kata yang keluar dari seorang Ilhan." ujarnya kemudian aku mendengar suara Ilhan dari dapur.

"Muhamed..." Mendengar suaranya memanggil namaku membuat bulu kudukku berdiri, aku langsung bangkit dari kursi dan mengeluarkan pistolku.

"Aku ingin hidup Muhamed, tolong aku." suara Ilhan masih terdengar dari dalam dapur. Aku dengan sigap bersiap untuk melakukan perlawanan jika sesuatu yang buruk akan terjadi.

"Oh, kau tidak bisa menolongku, kau tahu kenapa? Karena kau pengecut!" Suaranya berubah menjadi lebih berat dan dalam serta rendah, tiba-tiba dari dalam dapur, sesosok manusia raksasa dengan badan agak kehitaman pucat, pasi, mata putih beserta senyum yang lebar berjalan keluar, itu...

Antara Darah Dan Hati 2 Dream RealityWhere stories live. Discover now