Chapter 26 Bagian 10 "Titah Untuk Mengungkapkan Identitas Sang Dalang Kekacauan"

134 67 4
                                    

POV Tantri

Aku bersama dengan penyidik yang menginterogasi diriku berjalan keluar dari dalam ruangan pengawas ruang interogasi.

Setelah berada di lorong, aku segera berpamitan dengan penyidik yang telah menginterogasiku karena aku ingin segera memberikan laporanku pada Mevrouw Sofia dan Meneer Karim mengenai apa saja yang telah terjadi padaku serta mengenai nasib tragis yang menimpa seluruh pengawal yang ditugaskan untuk menjaga para aktor yang berperan sebagai para tamu undangan serta para aktor yang ditugaskan untuk berperan sebagai Mevrouw Sofia dan Meneer Karim dalam pesta perayaan pernikahan palsu mereka.

Aku harus pergi sekarang karena saat aku memeriksa akun sosial mediaku, aku melihat banyak orang-orang yang mengabarkan bahwa Mevrouw Sofia dan Meneer Karim telah tewas dibunuh saat konvoi mobil diserang oleh para teroris tersebut atau berita yang menyatakan bahwa mereka tewas saat villa yang menjadi tempat perayaan pesta pernikahan mereka diadakan runtuh akibat ledakan dan menewaskan mereka, para awak media massa juga telah menulis berbagai artikel berita yang judul serta isinya adalah penggiringan opini publik agar mereka percaya dengan kemungkinan terburuk yaitu Mevrouw Sofia dan Meneer Karim telah tewas akibat serangan yang para teroris tersebut lakukan untuk membunuh mereka berdua.

Di lorong dekat pintu masuk ke dalam gedung kantor polisi, aku duduk di kursi tunggu sambil menggenggam smartphoneku di tangan kananku, berpikir mengenai bagaimana caranya agar aku bisa pergi ke rumah yang menjadi tempat persembunyian Mevrouw Sofia dan Meneer Karim dengan cara yang paling aman supaya kerahasiaan tempat persembunyian mereka berdua tetap terjaga.

Aku tidak bisa pergi ke sana menggunakan mobil putih yang tadi kugunakan karena mobil tersebut disita oleh pihak kepolisian untuk digunakan sebagai salah satu barang bukti untuk tindak kejahatan yang dua orang teroris itu telah lakukan.

Aku tidak akan menggunakan taksi biasa maupun taksi online karena aku tidak yakin pengemudi taksi yang mengantarku ke rumah yang menjadi tempat persembunyian Mevrouw Sofia dan Meneer Karim dapat menjaga mulut atau jari jemarinya dari menyebarkan lokasi tempat Mevrouw Sofia dan Meneer Karim bersembunyi melalui lisan atau smartphonenya.

Aku juga tidak mungkin meminjam kendaraan milik aparat kepolisian karena aku yakin bahwa masih ada polisi kotor yang akan memanfaatkan nasib yang sedang menimpaku jika aku meminjam kendaraan yang ternyata kendaraan tersebut dimiliki oleh sang polisi kotor tersebut.

Satu-satunya cara agar aku bisa pergi ke tempat persembunyian Mevrouw Sofia dan Meneer Karim adalah menghubungi Lodewijk dan berharap pada Allah bahwa Ia akan menggerakan hati Lodewijk sehingga ia berkenan untuk menolongku.

Aku membuka layar kunci smartphoneku, membuka aplikasi WhatsApp kemudian mengetik dan mengirim pesan padanya. Di bawah gambar profil dan nama WhatsAppnya terdapat tulisan 'online' yang mengindikasikan bahwa smartphonenya masih aktif dan aplikasi WhatsAppnya dalam keadaan aktif, tidak ditutup.

Aku tidak memasukkan smartphoneku ke dalam kantong celana yang aku kenakan, aku masih menggenggam smartphoneku sembari terkadang mengangkat smartphoneku dan menatap layarnya, berharap bahwa akan ada notifikasi berupa jawaban dari dirinya atas pesan yang telah aku kirim padanya.

Lima belas menit berlalu tapi, dia masih belum menjawab walau di bawah nama kontak WhatsAppnya masih terpampang tulisan 'online', aku yang sudah kehilangan kesabaranku mencoba menelponnya dengan aplikasi yang sama.

Bunyi suara sambungan telepon dari smartphoneku terus menggema di telinga kananku hingga bunyi suara sambungan telepon tersebut berhenti, menunjukkan bahwa ia tidak menjawab panggilan pertamaku.

Antara Darah Dan Hati 2 Dream RealityOnde histórias criam vida. Descubra agora