Chapter 20 Bagian 4 "Pendarahan di Hotel Prodeo"

132 69 1
                                    

*Putar lagu di atas buat tema part ini

POV Karim

Jadi, seperti ini ya kisah hidup yang telah dituliskan untukku? Yah, jika ini memang yang terbaik aku rasa aku harus bisa menerima kenyataannya. Sekeras apapun teman-temanku berusaha, mereka hanyalah sekumpulan manusia yang tidak punya kendali atas apa yang terjadi di luar kehendak mereka. Yah, jika dipenjara membuatku lebih aman daripada di luar sana seperti yang terjadi pada Nabi Yusuf maka aku harus mencoba mensyukurinya.

Satu hal yang aku tak pernah kira akan terjadi dalam hidupku adalah, aku akan menghabiskan waktu yang lama dalam hidupku di dalam sebuah tempat yang bernama sel penjara. Di dalam sel ini hanya ada sebuah kasur, toilet dan sebuah jendela berukuran sangat kecil yang menjadi tempat sebaris cahaya dapat masuk untuk menerangi sel tahanan tempat aku terkurung pada siang hari.

Di dalam sel tahanan tidak ada jam untuk menandakan berapa lama waktu sudah berlalu, tidak pula teman maupun hiburan, hanya ada rasa kesepian yang menyelimuti sanubari. Aku memang tidak bisa merasakan rasa makanan, panas atau dingin ataupun rasa sakit tapi aku dapat merasakan rasa itu, kesepian.

Jika kalian bertanya padaku bagaimana seseorang yang mengidap kelainan Congenital Analgesia sepertiku bisa merasakan rasa kesepian, jawabanku yang bisa kuberikan adalah karena aku memiliki orang-orang yang bisa membuatku merasa aman dan tentram dalam hatiku. Orang-orang yang aku sebut sebagai keluarga dan teman, kehadiran mereka membuat hidupku yang hambar menjadi sedikit lebih baik melalui suara mereka yang dapat aku dengar setiap kali aku dan mereka berbicara serta bersenda gurau.

Sebenarnya aku bisa saja mencoba berteman dengan seseorang di dalam penjara setiap kali aku diminta keluar oleh sipir untuk mengikuti kegiatan pembinaan masyarakat ataupun melakukan tugas harianku sebagai tahanan di dalam penjara seperti membersihkan toilet hanya saja aku merasa tidak ada dari mereka yang mengerti bagaimana rasanya tidak dapat merasakan apapun.

Terkadang saat aku melewati wilayah tertentu, orang-orang yang berkumpul di wilayah itu menatapku dengan tatapan penuh amarah. Ah ya, aku ingat di dalam penjara biasanya ada anggota geng jalanan yang ditahan kemudian mereka yang berada dalam satu geng berkumpul dan menjadikan suatu tempat sebagai tempat bagi kalangan mereka untuk berkumpul. Untungnya, setiap kali para tahanan mengerjakan tugas mereka di berbagai tempat di penjara, seorang sipir selalu mengawasi sehingga tahanan tersebut aman dari kekerasan tahanan lainnya, setidaknya selama sang sipir mengawasi.

Ya, sipir yang kerap kali menemaniku adalah sipir yang pernah memberikanku Klappertaart pada hari-hari aku menjadi terdakwa. Setiap kali giliranku tiba untuk mengerjakan tugas tahanan, dia selalu menanyai bagaimana kabarku, apakah aku merasa sakit atau kesal padanya dan dia selalu meminta maaf padaku setiap kali aku harus masuk kembali ke dalam sel tahananku. Ia meminta maaf kepadaku karena ia takut memperlakukanku dengan buruk.

Ia mengetahui bahwa sebenarnya aku dan banyak tahanan lainnya di sini bukanlah kriminal tapi orang-orang yang dipaksa untuk mengikuti kemauan sistem hukum yang berlaku. Mungkin dia merasa bersalah bekerja menjadi kaki tangan sistem yang rusak ini tapi sejujurnya aku bersyukur ada orang-orang seperti dia, setidaknya dengan adanya orang seperti dia, hari-hariku di sini menjadi sedikit lebih baik.

Hari berganti, pagi telah tiba. Sipir membangunkanku dari tidurku kemudian memintaku untuk mengikuti jadwal latihan fisik hari ini bersama tahanan lainnya di lapangan. Saat aku keluar dari sel, sembari berjalan menuju tempat yang dituju ia menyapa dan menanyakan kabarku sama seperti yang sudah terjadi pada hari-hari sebelumnya.

"Karim, gimana kamu hari ini?"

"Baik pak." jawabku padanya.

"Syukurlah." balasnya kemudian ia melanjutkan kalimatnya.

Antara Darah Dan Hati 2 Dream RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang