Chapter 4 Bagian 6 "Fitnah Kepada Tuan Putri"

240 67 0
                                    

POV Tuan Wisnu

Aku sampai di swalayan mencari musholla terlebih dahulu untuk melaksanakan Salat Asar lalu membeli bahan untuk membuat sayur asem, ikan teri dengan kacang, sambal, tahu tempe dan lalapan. Tak kusangka mevrouw menyukai makanan seperti ini.

Selesai membeli tanpa membuang waktu aku langsung keluar dari swalayan berjalan menuju mobil, masuk ke dalam, menancap pedal gas menuju rumah. Aku merasa suasana hatiku riang karena aku akan menghabiskan waktu lebih banyak bersamanya.

Sampai di rumah, aku mengetuk pintu. Mevrouw membuka pintunya, membantu ku membawa bahan makanan yang banyak itu ke dapur. Ia bertanya pada ku kenapa aku membeli bahan makanan yang banyak. Aku menjawab itu untuk keperluan makan kita berdua untuk sebulan.

Aku mulai menata bahan makanan untuk hari ini, membersihkannya dan memotong-motongnya. Namun, ditengah pekerjaan ku, mevrouw menyela, ia memintaku untuk membagi bahannya jadi dua karena ia ingin membantuku. Awalnya aku menolak. Namun, ia bersikeras mengatakan pada ku kalau ia sudah bisa membuat masakannya sendiri selama ia tinggal di kos nya. Pada akhirnya aku menerima bantuannya.

Setelah selesai memotong, kami mulai memasak. Mevrouw aku pinta coba membuat sayur asem dengan arahan ku. Ia mulai merebus sayurannya dan selama ia menunggu agar sayurnya layu dan melunak, aku mulai membuat sambal untuk lalapan. Perhatiannya kadang teralih kepada ku yang dengan tekun mengulek campuran cabai, bawang dan bumbu lainnya untuk sambal. Mungkin ia sedang memerhatikan cara mengulek sambal yang baik karena ia pernah bercerita kalau ia membuat ayam geprek untuk teman-temannya hanya saja ia merasa gagal membuat sambalnya walau kata teman-temannya rasanya enak.

Sayur yang ia rebus ia tusuk dengan ujung pisau untuk diperiksa apakah sudah lunak atau belum. Setelah ia yakin sudah lunak, ia mulai memasukkan bumbu-bumbunya sesuai arahan ku lalu setelah aromanya tercium, ia mematikan kompornya dan aku memintanya untuk menunggu agar mendingin sedikit.

Aku mengangkat panci dari kompor, memindahkannya ke tempat lain lalu menaruh wajan di atas kompor, memanaskan wajan dan mulai memasak sambal. Setelah aku rasa cukup matang, aku angkat dan pindahkan ke piring berukuran kecil.
Aku meminta mevrouw untuk menata sayur asem, sambel dan lalapan yang sudah kami buat sementara aku membersihkan wajan lalu menggunakannya lagi untuk menggoreng ikan asin dan kacang sampai matang dan aku tiriskan.

Beberapa menit berlalu, aku menaruh ikan asinnya di atas piring dan mengambil satu bakul nasi hangat untuk kami berdua, membawanya ke ruang makan dan menaruhnya di atas meja. Aku melihat jam, waktu menunjukkan sudah saatnya untuk Maghrib. Aku duduk di kursi kemudian Adzan berkumandang membuat ku harus menjawab panggilan Adzan dahulu kemudian makan bersamanya.

"Alhamdulillaah udah selesai. Ayo Mevrouw dimakan."

"Makasih Tuan Wisnu." Jawabnya pada ku lalu mengambil nasi dan lauk pauknya. Aku hanya tersenyum memerhatikan tingkahnya sembari mengambil jatah makanan ku.

"Bismillaah." Ujar ku kemudian menyuap makanan ku ke dalam mulut ku. Makanan ini terasa sangat nikmat dibanding hari-hari sebelumnya. Mungkin karena ada mevrouw di sini jadi terasa lebih menyenangkan karena aku tidak sendirian di sini.

"Tuan Wisnu, gimana rasa sayur asemnya? Enak?"

"Alhamdulillaah, enak kok. Bedankt voor het eten, mevrouw (Makasih buat makanannya, my lady)." Jawabku memberikan senyuman ku padanya.

"Sama-sama." Balasnya turut membalas senyum ku.

Kami berdua menghabiskan makanan kami kemudian membersihkan piring kami masing-masing. Setelah selesai, aku minta izin padanya untuk melaksanakan Salat Maghrib. Ia mengangguk dan sesuatu yang unik terjadi.

"Tuan Wisnu, sebelum Tuan pergi, saya ada permintaan."

"Kenapa mevrouw?"

"Tuan Wisnu tolong doain temen-temen saya yang dipenjara biar selamat bisa keluar secepatnya."

"Ya mevrouw, saya bakal berdoa buat mereka setiap hari kalau itu yang mevrouw mau."

"Makasih Tuan Wisnu."

"Sama-sama."

Aku pergi menuju toilet dekat kamar ku, mengambil air wudhu, pergi ke kamar ku, melaksanakan Salat Maghrib dan Salat Sunnahnya, berdoa disetiap sujud terakhir ku, berdoa untuk mendiang anakku, kedua orang tua ku, teman-temannya mevrouw, diri ku sendiri dan doaku untuk mevrouw yang aku khususkan untuknya agar dia mendapat hidayah.

Ketika berdoa untuknya, aku tak kuasa menahan isakkan tangis ku. Membayangkan dirinya yang manis, parasnya yang cantik, anggun nan menawan itu serta hatinya yang lembut akan berakhir di neraka sudah seperti mimpi buruk untukku sekalipun aku tidak tidur.

Aku tahu Allah sudah memberikan takdir untuk seseorang bahkan termasuk apakah ia akan masuk surga ataupun neraka tapi persetan dengan itu. Aku akan mendoakannya sekalipun kemungkinan ia akan mendapat hidayah adalah seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami karena setidaknya walaupun terdengar mustahil, jarum yang ada di dalam tumpukan jerami masih dapat ditemukan ketimbang memasukkan seekor unta ke dalam lubang jarum.

Aku selesai dengan salat ku, lalu langsung turun ke bawah menuju ruang tamu, duduk di sebelahnya menemani ia yang sedang menonton berita mengenai dirinya dan pernyataannya yang kontroversial sampai-sampai di saluran berita yang ia tonton pembawa acaranya membuka panel diskusi yang disediakan untuk pakar politik, sosial dan hukum untuk berdiskusi mengenai kemungkinan mevrouw mendapat koninklijk besluit (dekrit bangsawan) dari baginda raja.

Debat yang terjadi di panel diskusi cukup panas sampai-sampai terdengar bunyi sensor akibat dari perkataan salah satu peserta debat yang menghina mevrouw dengan julukan yang ia dapat akhir-akhir ini. Anehnya saat diskusi, peserta yang melontarkan hinaan ini mulai menyerang mevrouw dengan tuduhan kalau mevrouw sudah pernah berhubungan badan dengan inlander bahkan ia sampai mengklaim dirinya punya videonya.

Saat mevrouw mendengar itu, ia langsung membuka gawai nya dan mengutak-atiknya sedangkan aku terus memerhatikan debat yang semakin memanas.

Acara selesai, pembawa acara menutup sesi debat dan izin undur diri. Mevrouw mematikan televisi nya, beranjak bangun dan pergi menuju kamarnya dengan wajah pucat dipenuhi kegelisahan.

Apa yang sebenarnya terjadi? Aku ingin bertanya tapi aku rasa sekarang bukan saat yang tepat untuk itu. Aku harus membiarkan dia sendiri agar ia tenang tapi aku yakin dengan segenap hati ku, apa yang peserta diskusi tadi nyatakan adalah sesuatu yang palsu dan kalaupun video nya ada aku yakin itu hanya rekayasa untuk menjatuhkan nama baiknya.

Satu hal yang pasti, aku harus membeli lebih banyak senjata api, amunisi, senjata jarak dekat dan juga melatih kemampuan silat ku lagi untuk berjaga-jaga jika keadaan akan semakin memburuk.

================================

*Trivia Cast Tuan Wisnu.

*Trivia Cast Tuan Wisnu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Antara Darah Dan Hati 2 Dream RealityWhere stories live. Discover now