Chapter 28 Bagian 3 "Perbincangan Antara Sang Kesatria Dengan Sang Tuan Putri"

126 66 5
                                    

POV Karim

Angin malam yang berhembus kencang membuat tubuhku yang sedang berdiri merenung di balkon rumahku dengan kedua lenganku yang bertumpu dan terlipat di atas handrail balkon menjadi mengginggil, menambah kekuatan bagi perasaan cemas dan takut yang sedang bertempur di dalam relung sanubariku untuk menguasai tempat tersebut.

Pikiranku kalut akibat dipenuhi oleh kekhawatiranku yang mungkin akan mengambil pilihan yang salah dalam hidupku karena, pilihan hidup yang harus aku pilih dan ambil ini akan menjadi sebuah tanggung jawab yang akan terus aku pikul hingga aku diadili di pengadilan akhirat oleh tuan dan penciptaku.

Tiba-tiba, saat aku semakin tenggelam dalam lamunanku, aku merasakan sesuatu yang hangat dan lembut menyentuh punggung tangan kananku, kemudian sebuah suara yang lembut memanggilku beberapa kali, berusaha menarik kesadaran jiwaku dari tenggelam di dalam danau alam pikiranku.

"M-mjin lieve, m-mijn lieve, m-mijn lieve z-zwarte r-ridder (s-sayang, s-sayang, k-kesatria hitamku s-sayang)."

"Eh, iya Mevrouw?" ujarku padanya, menjawab panggilannya setelah aku tersadar dari lamunanku.

"M-Mukamu keliatan p-pucet, k-kamu pasti l-lagi mikirin p-pilihan y-yang Ayahmu kasih ke k-kamu." ujarnya padaku dengan terbata-bata.

"Iya, itu bener Mevrouw, aku enggak tau harus milih apa, ini terlalu berat buatku, hhhh...." ujarku menjawab pertanyaannya kemudian menghembuskan seluruh udara yang tertahan di dalam dadaku.

Mevrouw Sofia yang berdiri di sampingku turut menyandarkan dan melipat kedua lengannya di atas handrail balkon, berdiri bersamaku dengan kedua mata kami menatap bulan dan bintang-bintang yang sedang bersinar dan juga cerahnya berbagai lampu bangunan dan jalanan yang turut menerangi seluruh Kota Sucilangkung.

"Leiden is lijden (memimpin berarti menderita), dan s-sebagai seorang calon pe-pemimpin, kamu pasti khawatir k-kalau waktu kamu mimpin orang-orang, p-pilihanmu yang kamu ambil k-keliatan salah di depan m-mata sebagian orang yang kamu pimpin dan, m-mungkin salah satu hal yang jadi ketakutan sama kekhawatiranmu itu m-mengenai apa akibat yang bakal k-kamu terima kalau orang-orang y-yang kamu pimpin bakal ngelakuin hal-hal buruk ke kamu." ujarnya padaku, aku mengangguk pelan.

"Aku tau gi-gimana rasanya dipenuhi sama perasaan itu, tapi andaikan apa y-yang kamu bayangin kejadian, k-kamu enggak harus ng-ngehadepin hal-hal buruk itu sendirian.

Aku, Kak Muhamed, Kak Tantri, Kak Lodewijk, Kak Ilya, orang tuamu, k-kita semua di sini buat ngehadepin hal-hal buruk itu s-sama kamu." ujarnya padaku, yang membuatku memutar kepalaku sehingga kedua mataku bisa menatap wajahnya yang sedang memberikan senyuman lembutnya padaku.

"Dan juga, k-kita kan punya Allah. Allah pasti ngelindungin k-kita dengan caraNya dari segala kejahatan, keburukan sama k-kezaliman musuh-musuh dan orang-orang yang benci kita k-karena, kalau Dia enggak ngelindungin kita, aku enggak b-bakal ada di sebelahmu dan kamu eng-enggak bakal ada di sebelahku sekarang, iya k-kan?" ujarnya bertanya padaku, aku hanya diam membisu dengan masih menatap wajahnya yang tetap memberikan senyumannya yang lembut.

"Kita berdua b-bisa ngehadepin ini sama-sama, dan aku bakalan berusaha bu-buat selalu ada di sebelahmu dan ngedampingin, ngebimbing sama ngeb-ngebantu kamu sama kayak kamu yang udah b-berusaha buat ngebantu dan ngebimbing aku sampe p-pada akhirnya aku bisa jatuh cinta dan sayang sama Tuhan yang kamu sama s-seluruh makhluk yang ada di alam semesta ini sembah." ujarnya padaku, menyelesaikan kalimatnya.

Setelah ia mengatakan itu, kepalaku kembali tertunduk ke depan kemudian, aku memberikan balasanku untuk semua hal yang telah ia ucapkan.

"Iya Mevrouw, makasih tapi, apa memang cuman dua pilihan itu yang aku punya? Apa aku enggak bisa milih buat nolak dua pilihan yang sekarang ada di hadapanku dan ngejalanin hari-hariku dengan tenang sama kamu?" ujarku bertanya padanya kemudian kembali menatap wajahnya.

Antara Darah Dan Hati 2 Dream RealityWhere stories live. Discover now