Chapter 26 Bagian 6 "Menunggu Dalam Ketakutan"

118 70 0
                                    

POV Tantri

Mobil yang kukendarai pada akhirnya sampai di depan rumah Mevrouw Sofia. Rasa khawatir, takut dan gelisah masih menyelimuti sanubariku, mengikutiku layaknya hantu gentayangan yang tidak bisa beristirahat dengan tenang hingga hal yang mencegahnya untuk bisa pergi dengan tenang sudah terselesaikan. Hawa dingin kota ini turut membuat tubuhku yang sudah menggigil akibat dilanda semua perasaan tersebut makin menggigil.

Ya, aku bukanlah seseorang yang hatinya selalu dipenuhi dengan keberanian. Ada kalanya aku merasa takut. Aku takut bahwa aku akan gagal dalam menangkal siasat musuh kami yang akan mereka lancarkan pada kami. Pengalamanku bersama teman-temanku pada saat kami menghadapi musuh kamilah yang menyebabkanku tak bisa menghilangkan ketakutan itu karena mereka selalu berhasil selangkah lebih maju daripada kami. Bagaimana jika mereka berhasil mengakali siasat kami lagi dan pada akhirnya semua rencanaku akan berakhir dengan kesia-siaan belaka? Ah, sial!

Aku menarik napas sedalam mungkin kemudian menghembuskannya perlahan, mengambil smartphoneku yang tergeletak di kursi penumpang yang berada di sebelah kursi pengemudi kemudian menyalakannya, membuka smartphoneku dan berusaha menghubungi Ilya melalui aplikasi Telegram, meminta bantuannya untuk membantuku memeriksa arus keluar masuk kegiatan yang terjadi pada sistem jaringan internet yang ada dalam smartphone utamaku karena aku khawatir musuh sedang mengintai melalui sambungan jaringan internet yang terhubung pada smartphone utamaku.

Setelah menghubungi Ilya, aku mengambil remot kontrol dari dalam dashboard mobilku dan menekan sebuah tombol yang berfungsi untuk membuka dab menutup pintu gerbang rumah Mevrouw Sofia secara otomatis. Perlahan, pintu gerbang rumahnya Mevrouw Sofia bergerak bergeser dengan sendirinya, membuka dirinya agar mobilku bisa masuk ke dalam.

Setelah pintu gerbang terbuka dengan sempurna, aku menginjak pedal gas dengan lembut dan perlahan, mobilku bergerak maju ke tempat parkir yang berada di sisi halaman rumah. Aku menghentikan laju mobil, mematikan mesinnya saat aku merasa mobilku sudah masuk sepenuhnya ke dalam area rumah, terparkir sempurna di tempat parkir lalu menekan kembali tombol remot kontrol tersebut kemudian, membuka pintu yang ada di sisi kursi pengemudi, keluar dari mobilku, menutup pintunya, mengunci mobilku dan berjalan menuju pintu rumah, membuka kuncinya, masuk ke dalam lalu mengunci pintunya.

Aku kembali menghirup napas dalam lalu menghembuskannya, pergi menuju kamarku, menaruh smartphone utamaku di atas meja kecil yang ada di dalam lalu mengambil smartphone cadanganku beserta laptopku dan beberapa benda penting lainnya yang aku butuhkan dan memasukan semua benda tersebut ke dalam tas ranselku.

Setelah aku memeriksa dengan cermat bahwa semua hal yang kuperlukan telah aku masukan ke dalam tas ranselku dengan cekatan aku segera berjalan keluar dari kamarku menuju ruang rahasia bawah tanah dan mengunci diriku di dalamnya untuk menyembunyikan diriku sendiri karena aku khawatir bahwa rumah ini mungkin akan kedatangan tamu tak diundang yang akan memporak-porandakan isinya demi mencari target mereka yang ingin mereka binasakan, sama seperti yang pernah dialami oleh mendiang ayahku yang mana pintu depan rumah kami diledakkan oleh musuh kami supaya mereka bisa masuk ke dalam dan membunuh beliau dengan cara yang keji.

Tidak, jika apa yang mendiang ayahku alami terjadi padaku, maka aku harus berusaha agar hal tersebut tidak terjadi padaku dan andaikan apa yang mendiang ayahku alami merupakan sebuah takdir yang harus terjadi juga padaku, maka aku harus mengusahakan agar hal tersebut tidak segera terjadi. Aku harus bisa mengalahkan mereka dalam permainan mereka sendiri dan jika aku harus binasa maka aku harus membuat mereka turut binasa bersamaku.

Di dalam ruang bawah tanah, terdapat sebuah meja, kursi dan komputer yang terhubung dengan berbagai kamera CCTV yang terpasang di rumah ini. Di sini juga terdapat sebuah kasur, lemari kecil berisi persediaan makanan Meal, Ready-to-Eat yang biasa digunakan oleh militer dan juga sebuah kamar mandi kecil dan area latihan tembak. Ruangan ini memang tidak terlihat senyaman kamarku tapi setidaknya di dalam ruangan ini tersedia hal-hal yang kubutuhkan untuk bertahan hidup sampai hari palsu perayaan pernikahan Mevrouw Sofia dan Meneer Karim tiba.

Antara Darah Dan Hati 2 Dream RealityWhere stories live. Discover now