Chapter 17 Bagian 2 "Lodewijk dan Janji Tantri"

154 71 0
                                    

POV Tantri

Malam hari tiba, selama seharian ini aku sudah mendapat beberapa kunjungan dari teman-temanku yang berasal dari kepolisian. Mereka semua membawakanku berbagai jenis bingkisan berisi makanan dan buah-buahan serta turut mengucapkan bela sungkawa mereka atas tewasnya ayahku.

Selama kunjungan mereka, aku hanya bisa berpura-pura menunjukan rasa bahagia atas perhatian yang mereka berikan karena aku sendiri juga tidak tahu siapa dari di antara mereka yang dapat aku percaya kecuali Reis. Aku tidak mendapat kunjungan Reis hari ini.

Aku tidak tahu mengapa Reis tidak menjengukku hari ini tapi aku tidak peduli, akan lebih baik jika dia menghindari berhubungan denganku untuk sementara waktu sampai ini semua mereda karena suster yang merawatku mengabariku kalau besok malam aku akan ditanyai oleh beberapa anggota polisi dari divisi investigasi terkait kematian ayahku. Aku tidak tahu kenapa tapi aku merasa sesuatu yang buruk akan terjadi padaku. Ah, entahlah mungkin karena ayahku tewas dibunuh dan aku juga seorang polisi jadi aku selalu waspada hingga kewaspadaanku terus menerus membuatku berpikir bahwa saat aku dalam keadaan tidak berdaya sesuatu yang buruk akan terjadi padaku cepat atau lambat.

Ah, ya. Aku baru ingat kembali kalau sebenarnya aku sedang di rawat di rumah sakit kepolisian, rumah sakit yang sama yang juga merupakan tempat Lodewijk di rawat. Aku penasaran dia ada di ruang mana karena aku punya janji yang harus aku tepati pada Mevrouw Sofia. Aku harus memastikan Lodewijk selamat dari segala bahaya yang telah menimpanya.

Aku menekan tombol bel untuk memanggil perawat dan selang beberapa waktu, seorang perawat masuk ke dalam ruangan tempat aku dirawat. Ia memakai masker dan jilbab sehingga aku tidak mengetahui dengan jelas bagaimana bentuk wajahnya. Ia bertanya padaku mengenai perihal apa yang dia bisa lakukan untukku dan aku mengajukan pertanyaanku padanya.

"Saya mau nanya sus, di rumah sakit ini ada pasien yang namanya Lodewijk Engels?"

Ia diam sejenak kemudian menjawab pertanyaanku.

"Pengacara itu kayaknya terkenal banget ya? Iya dia dirawat di sini." ujarnya padaku memberikan jawaban.

"Dia dirawat di gedung apa dan ruang nomor berapa?" aku lanjut bertanya.

"Dia lagi dirawat di ruang ICU, sedang dalam keadaan koma." jawab sang suster.

Mendengar jawaban itu dari sang suster membuatku merasa disambar petir. Seingatku Mevrouw Sofia memang berkata bahwa Lodewijk seluruh tubuhnya diperban tapi aku tidak mengetahui bahwa dia harus sampai dirawat di ruang ICU. Apa yang sebenarnya terjadi padanya?

"Suster, tolong ambilkan smartphone saya." pintaku padanya.

Ia melakukan apa yang kupinta, mengambil smartphoneku dari meja dan menyerahkannya padaku. Aku mengambil smartphoneku dari tangan kanannya dengan lemah kemudian mengutarakan permohonanku yang berikutnya padanya lagi namun dengan suara rendah karena takut suaraku dapat terekam oleh kamera CCTV yang mengawasi ruangan ini.

"Suster, bisa tolong kepala suster agak deket ke kepala saya, saya mau ngutarain sesuatu yang mungkin merupakan wasiat saya."

Ia mengangguk kemudian mendekatkan wajahnya ke wajahku.

"Maaf suster ini bukan wasiat saya tapi saya harus nanya ke suster pake nada rendah karena saya takut suara saya kerekam sama kamera CCTV, ini penting, ini menyangkut nasib kita semua. Sekarang saya mau nanya, apa suster bisa bahasa isyarat? Tolong jawab pertanyaan ini make anggukan atau gelengan, kalau suster bisa tolong ngangguk, kalau gak bisa tolong ngegeleng."

Setelah mendengar itu dariku, ia kembali berdiri dalam posisinya semula kemudian mengangguk padaku.

Mengetahui ia bisa berbicara bahasa isyarat membuat hatiku terasa sedikit lapang. Aku segera melakukan gerakan bahasa isyarat menggunakan kedua tanganku memberitahunya bahwa aku akan mengobrol dengannya menggunakan bahasa isyarat karena ini keadaan genting dan ada kamera CCTV yang mengawasi ruangan ini, ia mengangguk kemudian aku mengajukan pertanyaan berikutnya.

"Suster, apa suster sering ngunjungin ruang ICU tempat Pak Lodewijk di rawat?" tanyaku padanya.

Ia mengangguk, aku mulai menggerak-gerakan kedua tanganku mengutarakan permohonanku padanya.

"Saya mau minta nomor telpon smartphone suster dan minta tolong ke suster buat ngasih saya kabar terbaru terkait kondisinya setiap kali suster dateng ke ruangannya dan ngecek kondisinya. Ini penting, ini menyangkut nasib kota ini. Kalau Pak Lodewijk suatu saat meninggal saya harus ngabarin ini ke Mevrouw Sofia." ujarku padanya.

Aku berhenti sejenak kemudian meggerak-gerakan tanganku kembali.

"Kasus pemerkosaan Mevrouw Sofia bukan cuman kasus pemerkosaan biasa, ini ada kaitannya sama pengeboman festival Pasar Malam di alun-alun kota, terbunuhnya Pak Erwin, sama apa yang terjadi sama Pak Lodewijk sekarang. Saya tau suster mungkin bakal mikir kalau saya bohong tapi Pak Erwin yang mati tewas dibunuh, itu ayah saya. Ayah saya dibunuh karena ayah saya terlalu mengetahui banyak hal, Pak Lodewijk berakhir di sini juga karena alasan yang sama. Saya kepikiran satu cara buat nyelametin Pak Lodewijk biar bisa dipindahin ke rumah sakit yang lain tapi saya butuh bantuan suster jadi saya mohon, tolong bantu saya nyelametin Pak Lodewijk."

Ia mengangguk kemudian ia melakukan gerakan bahasa isyarat padaku menggunakan kedua tangannya memberikan nomor telpon smartphonenya. Namun, aku memintanya untuk menuliskan nomor telpon smartphonenya di atas selembar kertas. Ia kemudian membuka laci meja yang terdapat di sebelah kasur tempatku berbaring beserta sebuah pulpen dan menuliskan nomornya.

Setelah ia selesai menulis, ia merobek lebaran kertas itu dan memberikannya padaku kemudian dengan menggunakan bahasa isyarat aku memintanya untuk bersumpah atas nama Allah bahwa jika dia berbohong dan ini bukan nomor telpon smartphonenya ia akan masuk neraka lapisan paling bawah dan ia bersumpah padaku menggunakan bahasa isyarat. Aku menggerakan tanganku kembali mengucapkan terimakasihku padanya. Ia sedikit membungkukkan badannya padaku kemudian pergi keluar dari kamar tempat aku dirawat.

Aku segera menyalakan smartphoneku kemudian melihat bahwa baterai smartphoneku masih tersisa lima puluh persen. Huft, alhamdulillaah baterai smartphone ini awet dalam keadaan stand-by. Tanpa buang-buang waktu lagi, dengan menggunakan phone tracker yang terpasang di smartphoneku, aku menghapus segala data yang ada di smartphoneku kemudian melakukan penyetelan ulang smartphoneku dalam mode pabrik untuk mengamankan smartphoneku dari peretas lain atau sejenisnya karena aku tidak tahu apa yang telah terjadi pada smartphoneku selama aku tidak sadarkan diri.

Semua foto dan video penting yang aku miliki termasuk screenshot percakapan, semuanya sudah aku cadangkan ke dalam akun g-drive pro yang aku miliki yang orang-orang lain tidak mengetahuinya bahwa aku memiliki akun g-drive pro sehingga aku merasa tidak perlu khawatir bahwa akun g-drive ku akan diretas.

Setelah menyetel ulang smartphoneku ke dalam mode pabrik, aku segera membuka akun g-drive pro ku dan melihat dokumen PDF yang berisi segala akun media sosial beserta berbagai akun e-mail dan password yang ada di dalamnya kemudian mengubah semua kata sandinya dan mengunduh berbagai aplikasi sosial media yang aku miliki akunnya beserta aplikasi lainnya yang kubutuhkan kemudian menghubungi berbagai orang yang aku anggap penting untuk menyelamatkan Lodewijk sehingga ia dapat menyelesaikan kasus ini dimulai dari suster yang baru saja memberikan nomor telpon smartphonenya padaku hingga Mevrouw Sofia dan yang paling pertama menjawab pesan WA ku adalah sang suster yang memiliki nama Riri Aruna.

Sebelum kami mengobrol lebih jauh terkait rencana kami untuk menyelamatkan Lodewijk, aku mengirimkannya pesanku yang berisi kiat-kiat mudah mengenai bagaimana caranya agar akun sosial medianya termasuk WA dapat terhindar dari peretasan dan memintanya untuk melakukan kiat-kiat itu, ia menjawab ia akan melakukannya sesegera mungkin.

Alhamdulillaah, tugasku sudah selesai, setidaknya untuk sekarang. Ya, Allah aku mohon bantuanMu agar aku dapat memenuhi janjiku pada Mevrouw Sofia dan menyelamatkan Lodewijk dari sini, bahkan jika nyawaku harus melayang asalkan Lodewijk dapat selamat dari sini dan aku dapat memenuhi janjiku, maka aku rela karena aku sudah berjanji karena itu, tolong aku untuk menunaikan janji yang sudah kubuat.

Antara Darah Dan Hati 2 Dream RealityWhere stories live. Discover now