Chapter 28 Bagian 5 "Panarimaan Hapunten"

86 66 0
                                    

POV Karim

Esok hari telah tiba, aku yang baru saja tiba di rumahku setelah melaksanakan salat Subuh mendapat pemberitahuan dari Mevrouw Sofia bahwa Ayahku menelponnya dan memberitahunya untuk menyampaikan permintaannya agar aku berkenan untuk menemani beliau menjenguk adiknya yang masih dirawat di rumah sakit akibat kondisinya yang semakin memburuk pada pukul sepuluh pagi nanti.

Aku segera pergi menuju kamar tidur kami berdua, mengambil smartphoneku dan mengirimkan pesan kepadanya melalui WhatsApp bahwa aku berkenan untuk menemaninya. Setelah mengirimkan pesan tersebut, aku bertanya apakah Mevrouw Sofia mau ikut denganku untuk menjenguk adik ayahku, ia menganggukan kepalanya.

Setelah kami melakukan rutinitas pagi kami dan menyiapkan diri kami, kami berdua pergi ke rumah orang tuaku dengan menggunakan mobil pada pukul sembilan pagi untuk menjemput kedua orang tuaku kemudian kami pergi ke rumah sakit dan sampai di sana pada pukul sepuluh kurang lima belas menit. Setelah kedua orang tuaku dan Mevrouw Sofia turun dari mobil di depan pintu masuk rumah sakit, aku mencari tempat untuk memarkirkan mobil yang kukendarai dan memarkirkannya di tempat parkir yang tersedia di lantai basement.

Selesai memarkirkan mobil, aku mematikan mesin mobil, keluar dari mobil, mengunci pintunya dan segera pergi menuju bagian gedung yang dikhususkan untuk menjadi tempat ruang rawat inap penyakit dalam yang menjadi tempat di mana pamanku di rawat. Sesampainya di bagian gedung tersebut dan berkumpul kembali bersama kedua orang tuaku dan Mevrouw Sofia, kami berjalan masuk menuju bagian gedung tersebut dan bertanya kepada suster yang sedang berjaga di nurse station mengenai nomor ruang kamar rawat inap yang menjadi tempat pamanku dirawat. Setelah sang suster memberikan jawabannya, Ayahku mengucapkan kata terimakasih kemudian segera berjalan menuju ruang tersebut diikuti oleh aku, ibuku dan Mevrouw Sofia.

Saat kami sampai di depan pintu ruangan tersebut, Ayahku menarik napasnya dalam dan menghembuskannya, kemudian mengepalkan tangan kanannya dan mendekatkan buku-buku jari tangan kanan beliau ke permukaan pintu tersebut, tapi saat buku-buku jari tangan kanananya hampir menyentuh permukaan pintu ruangan tersebut, ia tiba-tiba menghentikan gerakan tangan kanannya dan diam membeku untuk beberapa saat, kemudian ia menundukan kepalanya, memejamkan matanya dan menurunkan tangannya lalu, ia menolehkan wajahnya sedikit kepadaku dan meminta pertolonganku untuk mengetuk pintunya dan membukanya.

"Ayah enggak bisa ngelakuin ini sendirian, Ayah butuh bantuan kamu. Apa kamu mau bantu Ayah ngetuk pintu ini dan ngebuka pintu ini andaikan setelah beberapa kali diketuk pintu ini enggak dibuka?"

"Iya, Ayah." ujarku padanya menyanggupi permintaan tolongnya kemudian mengetuk pintu ruangan tersebut beberapa kali, memberikan ketukan pintu pertama.

Ketukan pintu yang pertama tidak membuat pintu yang berada di hadapanku terbuka jadi aku memberikan ketukan pintu kedua dan ketiga tapi, hasilnya masih sama sehingga, aku menurunkan gagang pintu masuk ke dalam ruangan rawat inap kemudian menariknya dan saat pintunya terbuka, aku melihat seorang pria paruh baya dengan warna kulit sawo matang, serta kepala yang tertutup oleh peci berwarna hitam berdiri di hadapanku.

Aku tidak tahu siapa pria itu tapi, beliau terlihat antusias melihat kedatangan Ayahku kemudian menyalami tangan Ayahku dengan memberikan gestur membungkuk kemudian menyalami tanganku juga dengan cara yang sama, menunjukan rasa hormatnya padaku dan Ayahku lalu, setelah menyalami Aku dan Ayahku, beliau turut memberikan gestur salamnya pada istriku dan Ibuku kemudian memersilahkan kami semua untuk masuk ke dalam kamar.

Di dalam kamar tersebut kami melihat ada seorang pria lain yang memakai pakaian yang sama dengan pria yang menyambut kami sebelumnya yang sedang duduk di atas sofa yang terletak di ujung ruangan sedangkan, di sisi lain ruangan tampak seorang pria terbaring lemah di atas kasur pasien dan di sisi kasur tersebut terdapat seorang wanita paruh baya berkulit kuning langsat dengan wajah yang tampak anggun sedang duduk di atas sebuah kursi.

Antara Darah Dan Hati 2 Dream RealityOnde histórias criam vida. Descubra agora