Chapter 21 Bagian 2 "Makan Malam"

111 71 1
                                    

POV Lodewijk

Pertemuanku dengan Tantri membuatku terkejut. Tidak kukira aku akan bertemu dengannya di taman makam dan lebih anehnya adalah, aku tidak mengira kalimat itu akan keluar dari mulutku. Sebuah kalimat yang berisi permintaan kepada Tantri agar ia mau mencicipi makanan buatanku.

Seharusnya, aku mengiyakan saja setelah ia memberikanku saran agar aku memberikan makanan buatanku pada orang lain agar orang itu cicipi tapi aku malah menjawab dengan menawarinya untuk mencicipi masakanku. Sudahlah, sudah terjadi, aku harus melakukannya.

Aku kembali ke rumah Mevrouw Sofia menggunakan bis, turun di halte yang dekat dengan area perumahan tempat ia tinggal lalu berjalan menuju rumahnya. Sesampainya di sana, aku pergi menuju kamarnya dan mengetuk pintunya, memanggil namanya.

"Mevrouw, permisi!"

Beberapa saat kemudian pintu kamarnya terbuka dan ia bertanya padaku.

"Iya Kak Lodewijk, ada apa?" 

"Saya mau minjem mobil, Mevrouw bisa tolongin saya minta kuncinya ke Tuan Wisnu?" pintaku padanya.

"Ada keperluan apa ya kalau saya boleh tau?" tanyanya padaku meminta penjelasan.

Kemudian aku menceritakan  pertemuanku dengan Tantri di taman makam dan isi percakapanku dengannya. Setelah selesai menjelaskan ia memperlihatkan senyuman kecilnya padaku kemudian memberikan jawabannya.

"Oke Kak Lodewijk, ayo kita pergi ke kamar Tuan Wisnu."

Kami berdua turun dari lantai atas, berjalan menuju kamar Tuan Wisnu kemudian ia mengetuk pintu kamarnya saat kami sampai di depan kamarnya, ia memanggilnya.

"Tuan Wisnu, permisi!"

"Iya Mevrouw, ada apa?" tanya Tuan Wisnu.

"Kak Lodewijk mau minjem mobil, tolong kasih dia kunci mobilnya." ujarnya menjawab.

"Ada keperluan apa ya?" tanya Tuan Wisnu pada Mevrouw Sofia.

"Kak Lodewijk mau beli bahan buat bikin sayur lodeh, dia mau masakin itu buat Kak Tantri." ujarnya menjelaskan.

"Ho? Menarik." ujar Tuan Wisnu menjawab dengan nada penasaran disertai dengan raut wajahnya yang memperlihatkan kedua alis matanya yang terangkat dan sudut bibirnya yang mengeluarkan sedikit simpul senyuman lalu ia melanjutkan kalimatnya dengan masih memperlihatkan raut wajah yang sama.

"Tunggu sebentar ya, saya ambil kuncinya dulu."

Entah kenapa raut wajah yang ia perlihatkan membuatku berpikir bahwa ia menganggap aku melakukan ini karena aku ingin membuat Tantri tertarik untuk memiliki hubungan yang lebih dari sekedar teman denganku.

Ia menutup pintu kamarnya dan beberapa saat kemudian pintu kamarnya kembali terbuka kemudian ia memberikan kunci mobilnya padaku.

"Ini kunci mobilnya, semoga beruntung." ujarnya masih memasang raut wajah yang sama, aku merasa tubuhku mulai hangat akibat raut wajahnya yang ia perlihatkan padaku. 

Ia menutup pintu kamarnya kemudian aku memutar tubuhku menghadap Mevrouw Sofia dan sedikit membungkuk, mengucapkan terimakasihku padanya.

"Makasih, Mevrouw."

"Sama-sama, semoga beruntung kak! hihi." ujarnya membalas perkataanku dengan mata terpejam dan sedikit tawa sambil menutup mulutnya dengan tangan kanannya.

Aku memalingkan tubuhku dari hadapannya lalu berjalan keluar rumah sambil masih berusaha menenangkan tubuhku yang terasa makin hangat akibat sikap Mevrouw Sofia dan Tuan Wisnu perlihatkan padaku yang mana mereka seperti berharap bahwa aku akan memiliki hubungan lebih dari sekedar teman dengan Tantri. Hhhh... menyebalkan.

Antara Darah Dan Hati 2 Dream RealityWhere stories live. Discover now