Chapter 25 Bagian 2 "Tibanya Era Baru"

116 72 2
                                    

POV Karim

Aku masih terbaring di rumah sakit dan belum diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit karena dokter yang merawatku mengatakan bahwa ada beberapa bagian tulang dada dan rusukku yang hancur akibat aku dipukuli habis-habisan dengan baton oleh beberapa personel Pasukan Schutterij pada demonstrasi di depan gedung Volksraad Kota Sucilangkung sekitar satu bulan yang lalu.

Aku memang tidak dapat merasakan rasa sakit tapi kalau aku tidak dioperasi, serpihan tulang yang ada di dalam tubuhku dapat membuatku mengalami luka dan pendarahan di bagian dalam tubuhku sehingga aku harus dioperasi. Operasi yang harus aku jalani akan berlangsung pada esok hari, hari di mana era baru pada akhirnya telah tiba.

Aku kira Muhamed, Pak Lodewijk dan massa demonstran yang melakukan unjuk rasa di depan gedung Volksraad Kota Jakarta akan mengalami kegagalan lagi dalam usaha mereka untuk menumbangkan rezim pemerintahan yang dikuasai oleh partai fasis Neo-NSB itu tapi, pada akhirnya Allah menunjukkan kuasanya dan memberikan kami semua, masyarakat RIS yang ada di sini kemenangan dalam usaha kami melawan kezaliman dan penindasan yang dilakukan oleh orang-orang jahat, keji, rakus, serakah dan bengis yang melakukan berbagai kerusakan, kejahatan dan penindasan selama mereka memerintah dan menguasai negeri ini.

Memang benar walaupun kami telah berhasil menumbangkan rezim pemerintahan partai Neo-NSB tidak terdapat jaminan bahwa rezim pemerintahan berikutnya dapat memerintah negeri ini dengan arif, adil dan bijak akan tetapi, setidaknya masih terdapat harapan bahwa kami semua akan aman dari tindakan semena-mena serta penindasan yang pernah kami alami saat rezim pemerintahan partai Neo-NSB berkuasa di RIS dan hal itu adalah sesuatu yang patut kami semua syukuri.

Waktu terus berjalan hingga siang hari tiba. Sebelum operasi, aku dan kedua orang tuaku diberitahu oleh dokter yang akan melakukan operasi padaku agar aku berpuasa, tidak makan atau minum sampai tiba saatnya untuk operasi esok hari. Yah, walau aku merasa sedikit khawatir akan tetapi rasa khawatirku segera hilang saat aku mengingat bahwa ini bukan pertama kalinya aku dirawat di rumah sakit dan sejauh ini Allah masih menjaga raga dan jiwaku.

Saat jam telah menunjukkan waktunya aku dioperasi pada keesokan harinya, aku segera dibawa ke ruang operasi. Baju yang kukenakan diganti oleh beberapa perawat dengan baju berwarna putih yang panjang bagian bawahnya sampai menutupi kedua mata kakiku. Kemudian aku disuntik dengan obat bius hingga setelah beberapa menit berlalu, pandangan kedua mataku tampak buram dan kelopak mataku menutup diri mereka.

Saat aku siuman dari tidurku akibat efek obat bius, pandanganku masih sedikit buram tapi, aku dapat melihat bahwa di sampingku ada ibuku yang sedang tertidur di sofa sedangkan Muhamed duduk di sebuah bangku yang terletak tepat di sebelah kasurku. Ia tampak sedang mengutak-atik smartphonenya. Aku memanggil namanya.

"Hey, Muhamed."

"Ah, Karim, moj brat (saudaraku), kamu akhirnya bangun juga, alhamdulillaah. Aku kira kamu bakal lebih lama tidurnya karena keenakan sama mimpi indah yang kamu alamin." ujar Muhamed bergurau padaku.

"Haha, mimpi indah memang enak, tapi lebih enak lagi kalau aku bisa ngewujudin mimpi itu jadi kenyataan." jawabku membalas perkataannya.

"Apa mimpi indah kamu yang kamu harep bakal jadi kenyataan?" tanyanya.

"Aku mau mimpi indahku yang isinya aku, keluargaku, sama temen-temenku dateng ke pernikahanku sama Mevrouw Sofia bisa jadi kenyataan." ujarku menjawab pertanyaannya.

"Insha Allah, aamiin, aku juga ngeharepin hal itu. Aku penasaran makanan apa yang bakal jadi sajian buat tamu undangannya. Sofia kan bangsawan jadi aku harap yang masakin makanannya chef restoran bintang lima atau chef terkenal." balasnya pada ujaranku.

Antara Darah Dan Hati 2 Dream RealityWhere stories live. Discover now