Chapter 23 Bagian 3 "De terugkeer van de prinses"

85 70 0
                                    

POV Sofia

Setelah aku menyelesaikan perkuliahanku untuk semester 4 di istana Het Loo dan orang tuaku merasa bahwa keadaan sudah lebih aman, akhirnya aku diperkenankan oleh kedua orang tuaku untuk kembali ke Republik Indonesia Serikat.

Saat aku mengumumkan bahwa aku akan segera kembali ke Republik Indonesia Serikat melalui berbagai akun sosial media milikku, kolom komentar di berbagai platform sosial media yang aku gunakan dibanjiri oleh komentar-komentar penuh dengan rasa suka cita walaupun ada juga yang menghinaku dan sinis serta curiga padaku.

Mereka yang menaruh curiga padaku mengatakan bahwa aku menjadi muslim hanya untuk menarik simpati mereka sebelum aku dan Yang Mulia Raja Belanda beserta antek-anteknya makin menghancurkan umat Islam yang berada di sini dengan mempelajari kelemahan mereka sama seperti yang telah dilakukan oleh Dr. Snouck Hurgronje yang berpura-pura menjadi seorang muslim untuk masuk ke dalam masyarakat suku Aceh dan meneliti mereka untuk mengetahui kelemahan mereka yang menyebabkan kesultanan Aceh kalah berperang melawan pasukan kolonial Belanda.

Aku tidak ingin meyakinkan orang-orang seperti itu karena aku tidak akan pernah bisa merubah cara mereka berpikir mengenai diriku dan cara mereka memandang diriku tapi aku tidak ingin menyatakan bahwa cara berpikir mereka salah karena pada akhirnya, pengalaman mereka di masa lalu lah yang membuat mereka benci padaku dan bangsaku, yang aku bisa lakukan hanyalah berbuat dan bersikap baik sebagai seorang muslimah dan berharap bahwa Allah berkehendak untuk melembutkan dan melunakkan hati mereka supaya mereka berkenan untuk menerima kehadiranku di tengah-tengah mereka suatu hari nanti.

Saat aku sampai di bandara internasional Kota Sucilangkung, aku melihat bahwa bandara dipenuhi oleh kerumunan orang-orang yang sedang menyambut kedatanganku dan ingin mendekatiku tapi para pengawal yang ditugaskan untuk mengawalku menahan kerumunan yang berusaha untuk menemuiku.

Aku merasa kehadiran para pengawal malah membuat sekat antara aku dengan orang-orang ini. Namun, mau bagaimana lagi? Bagaimanapun juga aku tidak tahu apakah aku sudah aman dari ancaman atau tidak jadi aku berjalan mendekati kerumunan bersama kedua pengawal yang menjaga sisi kanan dan kiriku lalu membungkuk pada mereka sambil merapatkan kedua tanganku, memberi gestur salam yang biasa dilakukan masyarakat di sini dengan senyuman pada mereka, mengucapkan salam dan menyampaikan kepada mereka permohonan maafku atas penjagaan yang ketat untuk diriku.

"Assalamualaikum semuanya, mohon maafin saya ya karena saya dijaga ketat hari ini dan ngebuat sekat sama kalian. Saya tau kalian sangat ingin dekat dengan saya dan menyalami saya tapi saya enggak tau apakah diri saya masih dikelilingi oleh ancaman dan bahaya dari orang-orang yang mau nyakitin atau ngebunuh saya atau enggak jadi saya harap kalian bisa memaklumi keadaan ini.

Saya juga ingin bisa lebih dekat dengan kalian tapi, mungkin keinginan saya harus ditunda dulu hingga kondisinya lebih baik. Saya harap kalian paham apa maksud saya dan saya harap kalian berkenan untuk memaafkan saya.

Saya mohon izin pamit ya, saya ingin istirahat karena perjalanan dari Negeri Belanda ke sini membutuhkan waktu lama, assalamualaikum."

Mereka semua menjawab permohonan maafku dengan penuh suka cita dan mengatakan padaku bahwa mereka memahami penjelasan yang kuberikan pada mereka, mendoakan keselamatanku dan berharap bahwa aku betah di sini dan aman dari segala marabahaya, mereka juga berkata bahwa jika ada orang yang ingin menyakitiku, aku bisa berkeluh kesah di sosial media milikku dan memberitahu identitas orang tersebut sehingga mereka bisa mencari orang yang ingin menyakitiku untuk mereka tangkap dan mereka bawa ke pihak berwajib. Aku hanya menunjukkan senyumku pada mereka semua lalu membalikkan badanku dan berjalan menuju mobil yang telah disediakan untukku.

Aku masuk ke dalam mobil bersama dua pengawalku, kemudian mobil yang kutumpangi mulai bergerak maju bersama dengan iring-iringan mobil dan sepeda motor yang mengawal mobil yang kutumpangi hingga pada akhirnya aku sampai di rumah berukuran besar dengan tembok keamanan luarnya yang menjulang tinggi yang di atas tembok tersebut dipasang jeruji besi tajam agar tidak bisa dipanjat.

Antara Darah Dan Hati 2 Dream RealityWhere stories live. Discover now