Chapter 10 Bagian 1 "Pencarian Mitra"

315 64 1
                                    

POV Lodewijk

Kematian kakakku yang ditembak oleh seorang anggota kepolisian yang menggunakan sniper sebagai senjatanya akhirnya naik ke permukaan dan menjadi headline berita selama berhari-hari. Selama berhari-hari pula, aku tidak bisa menghindari perhatian awak media dan mendapat panggilan untuk memenuhi panggilan wawancara dari mereka dan juga memenuhi panggilan untuk bersaksi di hadapan penyidik terkait kematian yang menimpanya.

Sebenarnya, Pak Erwin memberitahuku kalau di rumah tempat aku disekap terdapat kamera yang merekam apa yang sebenarnya terjadi pada saat itu tapi Ilya berhasil meretas gawai yang merekam kejadian tersebut sehingga aku aman setidaknya untuk sekarang.

Sekarang, satu-satunya hal yang dapat ku lakukan untuk membalas kematian kakakku adalah menyelesaikan apa yang sudah aku mulai. Di rumahnya yang sekarang aku tinggali, aku menemukan banyak berkas file berisi dokumen mengenai kasus-kasus yang pernah ia urus.

Banyak di antara kasus tersebut ia menangkan dengan cara curang bersama para hakim yang bersekongkol dengannya dan yang menjadi dalang dibalik semua ini adalah atasannya yang berada di dalam lingkaran organisasi deep state yang menguasai pemerintahan dari balik layar.

Selain itu, Pak Erwin bersama anak buah kepercayaannya bekerja sama denganku dan Ilya untuk melacak dan menemukan keberadaan orang yang menjadi sumber utama semua permasalahan ini tapi pencarian kami nihil menghasilkan apapun, kecuali kalau kami berhasil memancingnya keluar dari sarangnya dan itulah yang sedang kami pikirkan karena percuma saja kami memenangkan kasus tuduhan palsu ini jika kami tidak menemukan dalang dari semua permasalahan yang telah kami hadapi.

Bersamaan dengan itu, aku yang sekarang berada di rumahnya sedang berdiskusi mengenai beberapa orang yang dia anggap cocok menjadi mitra yang akan bekerjasama denganku untuk melanjutkan penyelidikanku. Namun, aku rasa aku harus meminta maaf pada Pak Erwin karena aku harus menolak.

"Mohon maaf Pak Erwin tapi dengan segala hormat saya menolak bekerja sama dengan seorang mitra, saya sering bekerja sendiri karena itu bagi saya memiliki seorang mitra hanya akan menambah beban tanggung jawab saya."

"Justru itu aku nawarin kamu kerja sama sama mitra. Kamu salah satu orang yang jadi inceran musuh kita dan kalau kamu ikut mati, ancaman terbesar mereka bakal ilang dan kita gak bakalan tau siapa kepala mereka. Alesan kamu harus kerja sama sama mitra supaya dia bisa ngelindungin kamu dari musuh yang mau bunuh kamu."

"Tapi gimana kalau ternyata mitra saya agen ganda? Kerja sama sama dua pihak sama Bapak juga dan sama mereka juga, apa Bapak gak pernah mikirin mengenai kemungkinan orang-orang kepercayaan Bapak gak bakal berkhianat? Seharusnya Bapak sebagai kepala divisi investigasi kepolisian tau mengenai ini."

"Tapi mitramu orang pribumi."

"Apa pengaruhnya? Saya ngeliat dua hakim yang berhadapan sama saya waktu sidang kemarin orang pribumi dan berdasarkan dokumen punya Ludwig, Bapak liat sendiri kan kalau rantai terbawah komplotan ini orang-orang pribumi yang jadi anjing mereka?" Aku berhenti sejenak kemudian melanjutkan kalimatku.

"Pribumi maupun ausländer, itu belum jadi patokan loyalitas mereka meneer."

"Lalu saran terbaik mu apa? Apa kamu bisa ngejamin kalau kejadian yang udah nimpa kamu kemarin gak bakal keulang lagi?"

"Tentu saya gak bisa ngejamin keselamatan diri saya sendiri, tapi apa Bapak yakin bisa ngejamin keselamatan saya sedangkan keselamatan diri Bapak sendiri juga mungkin terancam karena Bapak sendiri punya peran ganda biar keberpihakan Bapak sama sisi yang sekarang Bapak bela gak ketauan kan?"

Dia tertegun mendengar jawaban ku kemudian suasana hening memenuhi ruangan untuk sejenak kemudian, ia menghembuskan napasnya dan melanjutkan kalimatnya.

Antara Darah Dan Hati 2 Dream RealityWhere stories live. Discover now