Chapter 19 Bagian 1 "Terbangunnya Lodewijk"

176 69 5
                                    

*Putar lagu di atas buat tema part ini

POV Tantri

Beberapa hari setelah wawancara, aku yang masih dirawat di rumah sakit kepolisian akhirnya dinyatakan sembuh dan dapat kembali ke kediamanku. Rumahku, tempat paling sepi yang ada di dunia karena kedua orang tuaku sudah tidak ada, satu-satunya hal yang dapat mengalihkanku dari rasa sepi hanyalah pekerjaanku tapi karena aku diskorsing, aku tidak dapat kemballi bekerja. Sepertinya hal pertama yang akan aku lakukan setelah aku sampai di rumah adalah pergi menjenguk Lodewijk.

Setelah selesai berkemas dan mengurus administrasi, dengan menggunakan taksi aku berangkat pulang kemudian merapihkan barang-barangku sejenak lalu pergi ke stasiun trem terdekat untuk pergi menuju wilayah rumah sakit tempat Lodewijk di rawat. Sesampainya di stasiun tujuanku, aku segera berjalan keluar dari stasiun menuju gedung rumah sakit kemudian masuk ke dalamnya dan segera pergi ke bagian gedung tempat para pasien yang sedang di rawat di ruang ICU berada kemudian sesampainya di sana aku berjalan menuju meja resepsionis untuk menanyakan keberadaan Lodewijk.

 Sesampainya di stasiun tujuanku, aku segera berjalan keluar dari stasiun menuju gedung rumah sakit kemudian masuk ke dalamnya dan segera pergi ke bagian gedung tempat para pasien yang sedang di rawat di ruang ICU berada kemudian sesampainya di sa...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Permisi, Mbak. Mau nanya, apa di gedung bagian ICU ini ada pasien yang namanya Lodewijk Engels?"

"Ada, Mbaknya siapanya ya kalau saya boleh tau?" tanyanya padaku.

"Saya, temennya, temen deket." jawabku padanya.

"Boleh saya liat KTP nya mbak?" pintanya padaku.

Aku mengeluarkan dompetku dan mengambil KTPku, menyerahkannya pada resepsionis kemudian dia memeriksanya sejenak lalu memintaku mengisi buku tamu yang terdapat di sebuah tablet yang berbentuk seperti tablet Samsung atau sejenisnya.

"Bisa tolong isi buku tamunya dulu Mbak?"

"Iya." jawabku padanya kemudian mengisi buku tamu di tablet tersebut dan mengembalikannya pada sang resepsionis.

"Pak Lodewijk Engels ada di kamar nomor 15." ujarnya padaku memberitahu nomor kamar tempat Lodewijk dirawat.

"Terimakasih Mbak untuk pemberitahuannya." balasku padanya dengan ramah disertai senyuman.

"Sama-sama." jawabnya padaku sambil membalas senyumku.

Aku masuk ke dalam ruang ICU kemudian mencari nomor kamar tempat Lodewijk dirawat kemudian dengan perlahan membuka pintunya saat aku sudah menemukan nomor kamarnya dan menutup pintunya kembali lalu berjalan menuju kasur tempat ia terbaring. Entah kenapa, melihatnya dalam keadaan dililit perban seperti itu membuatku membayangkan segala rasa sakit yang harus ia lalui karena menurut kabar yang aku terima dari Riri, yang menyebabkan Lodewijk diperban seperti itu adalah karena kedua lengan, tangan, betis dan kakinya patah.

Riri pernah mengatakan padaku bahwa pasien koma bisa mendengar suara orang-orang yang berada di sekitarnya dan dengan berbicara pada pasien koma itu akan membantu mereka untuk pulih lebih cepat, semoga apa yang aku ucapkan padanya dapat membantunya pulih lebih cepat. Aku membuka mulutku dan mengucapkan salamku padanya.

Antara Darah Dan Hati 2 Dream RealityWhere stories live. Discover now