Chapter 4 Bagian 3 "Kunjungan Tuan Putri Ke Penjara"

348 67 3
                                    

POV Sofia

Hari ini aku pergi ke penjara untuk menemui meneer Karim. Mungkin kalian bertanya mengapa aku memanggilnya meneer? Jawabannya, itu adalah panggilan sayang ku untuknya. Dia seorang pria yang baik, dia menyelamatkan ku ketika kampus diserang, dia juga menjaga pandangannya dan sikapnya dihadapan ku tidak seperti heer Vinno yang selalu melihat ku dan memperlakukan ku penuh dengan nafsu.

Walau dia hanya rakyat jelata, sikapnya yang seperti itu membuat ku kagum padanya hingga aku rasa aku mulai menyayanginya. Sikap dia pulalah yang membuat ku tertarik untuk belajar lebih dalam mengenai Agama Islam, demikian pula keramah-tamahan serta kebaikan yang aku terima dari teman-temannya ketika aku berkunjung ke rumahnya setelah kampus kami diserang.

Pribumi di sini adalah orang-orang baik tapi kenapa masih ada orang-orang yang melihat mereka dengan tatapan kolonial? Kenapa mereka tidak menyadari sedari dulu sebagian leluhur kita yang berulah menyebabkan pribumi menderita sedangkan kita yang menikmati kekayaan dari tanah ini? Aku bingung, apa mereka tidak membaca buku-buku mengenai cerita perbudakan dan kolonialisme seperti Perbudakan Amerika Serikat yang menyebabkan perang saudara atau buku dari buatan orang kita sendiri yang berjudul Max Havelaar? Ah aku tidak tahu.

Selama di perjalanan aku melihat di samping kiri dan kanan ku, polisi mengamankan jalanan seperti membuat blokade agar mobil yang dikendarai buttler ku bisa lewat tanpa
hambatan dan juga di sisi kiri, kanan, depan dan belakang mobil dijaga oleh polisi yang mengendarai sepeda motor. Bicara soal kunjungan ku ke penjara dan juga pernyataan ku yang mendukung hak kaum pribumi di sini, kedua orang tua ku sempat terkejut dan mempertanyakan ku dengan kalimat ketus dan menusuk pada awalnya. Namun, selayaknya Orang Eropa pada umumnya mereka cukup terbuka untuk menerima alasan yang ku kemukakan.

Pada dasarnya, argumen ku kenapa mendukung pribumi di sini adalah karena mengenai masalah kepercayaan dan hak beribadah, itu adalah hak dasar manusia, kebebasan yang manusia miliki untuk menjalankan kepercayaannya. Kita sebagai Orang Eropa selalu membicarakan mengenai kebebasan tapi kenapa kita merenggut kebebasan orang lain untuk menjalankan kepercayaannya dengan menerapkan peraturan anti simbol agama itu? Jika kebebasan itu kita renggut bukankah berarti kita hipokrit?

Setelah argumen itu, mereka mulai melunak dan menanyakan ku mengenai persoalan stereotip Islam yang mengekang kebebasan, terutama cara berpakaian gadis-gadisnya yang selalu tertutup membuat orang tua ku memberikan argumen bukankah itu merenggut kebebasan? Jawaban ku selama tinggal di sini adalah, mereka yang berpakaian seperti itu adalah pilihan mereka sendiri karena banyak juga gadis muslimah di sini yang tidak berpakaian seperti itu kemudian aku menunjukkan pada mereka salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menyatakan kalau Islam itu bukan paksaan. Pada akhirnya, mereka mendukung keputusan ku dan mempercayakan ku untuk menerima tanggung jawab atas apa yang kulakukan.

Aku sampai dipenjara, keluar dari mobil para polisi sudah berbaris, membuka ruang agar aku bisa masuk. Sembari berjalan, para jurnalis dan wartawan mulai menggunakan kamera mereka memotret diri ku sambil menanyakan banyak hal terutama mengenai pernyataan kontroversial ku yang mendukung aksi para mahasiswa yang terjadi akhir-akhir ini tapi tidak aku hiraukan, aku akan menjawab mereka nanti setelah kunjungan ku.

Aku masuk ke dalam lobi penjara kemudian bersama buttler ku, menyerahkan kartu identitas kami dan kami diperiksa identitas dan barang bawaannya. Kami mendapat nomor antrian lalu menunggu untuk dipanggil sebelum diperbolehkan masuk ke dalam ruang besuk tahanan.

"Berikutnya, nomor 11 silakan masuk!" Sipir penjara memanggil nomor antrian kami berdua dan kami masuk, sipir penjara ini Orang Belanda sama seperti ku, entah apa yang ia pikirkan aku coba sapa dia saja.

"Goedendag, hoe gaat het meneer? (Selamat siang, apa kabar mu tuan?)"

"Goedendag mevrouw, het gaat goed, bedankt voor het vragen. (Selamat siang tuan putri, kabar saya baik, terimakasih sudah menanyakannya.)"

Antara Darah Dan Hati 2 Dream RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang