Chapter 22 Bagian 6 "Uitschelden"

183 69 1
                                    

*Putar lagu di atas buat tema part ini

POV Lodewijk

Setelah kejadian ledakan di kamar apartemen Riri, pihak kepolisian melakukan investigasi dan bertanya pada para penghuni gedung apartemen dan pemilik gedung apartemen yang memberikan keterangan mereka terkait kegiatanku, Tantri dan Ilya yang mendatangi dan menanyai mereka satu persatu terkait keberadaan Riri.

Kami bertiga mendapat surat dari pihak kepolisian untuk datang ke kantor polisi untuk dimintai keterangannya oleh pihak penyidik dan jika kami tidak datang menghadap mereka maka mereka yang akan menjemput kami dan membawa kami ke kantor polisi untuk dimintai keterangannya.

Membayangkan diriku akan diinterogasi oleh penyidik kepolisian di kantor polisi membuatku merasa was-was, takut dan cemas karena penyidik kepolisian mengingatkanku pada Breivik bersaudari yang menginterogasi dan menyiksaku di rumah sakit kepolisian ditambah aku masih ingat bahwa Karim sering mendapat tindak kekerasan yang dilakukan oleh pihak penyidik untuk mengakui perbuatan yang tidak ia lakukan. Hal itu menambah rasa cemas dan takut yang aku rasakan karena aku khawatir aku akan dipaksa untuk mengakui perbuatan yang tidak aku lakukan. Namun, apa boleh buat? Aku dan teman-temanku tidak punya pilihan lain sehingga kami memenuhi perintah mereka untuk dimintai keterangannya di kantor polisi.

Aku dan teman-temanku di interogasi secara bergilir, saat aku diinterogasi, aku menjawab pertanyaan sang penyidik setenang mungkin, berusaha menahan perasaan takut dan was-was yang aku rasakan. Namun, sang penyidik yang sudah lihai dalam menginterogasi orang-orang tentu saja mengetahui gelagatku yang sedang berusaha menutupi rasa takut dan was-was yang aku rasakan.

"Anda kenapa? Anda seperti sedang menutupi sesuatu? Apa anda saat memberikan semua jawaban anda, anda sebenarnya berbohong?" tanyanya padaku.

"Nggak, Pak, saya nggak bohong, saya cuman takut." jawabku padanya.

"Takut kenapa? Emangnya saya ngegigit?" tanyanya padaku.

"Nggak, tapi saya pengacaranya Karim dalam kasus tuduhan palsu pemerkosaan yang dia lakuin ke Yang Mulia Putri Sofia dan dia memberikan pengakuan pada saya dan teman-temannya bahwa dia mendapat penyiksaan dan tindak kekerasan dari polisi penyidik seperti anda. Selain itu, dua orang mendiang temen saya yang jadi pengacaranya sebelum saya, dokter yang meriksa dia yang jadi saksi di persidangan serta Yang Mulia Putri Sofia juga ngeliat dengan mata kepala mereka sendiri dari luka-luka yang ada di tubuh Karim kalau Karim menerima penyiksaan dari penyidik seperti anda untuk mengakui perbuatan yang tidak ia lakukan.

Saya hanya takut kalau saya akan mendapat perlakuan serupa dan anda akan meminta saya untuk memberikan pernyataan telah melakukan sebuah tindakan yang tidak saya lakukan sama sekali yang mana pernyataan saya dapat digunakan untuk membuat saya menjadi seorang pelaku tindak kejahatan dan bisa dikenai pasal pidana yang dapat membuat status saya dari saksi berubah menjadi pelaku tindak kriminal." jawabku padanya memberikan penjelasanku mengenai kenapa aku merasa takut.

Ia diam sejenak tidak menjawab pertanyaanku kemudian menghembuskan napasnya dan membalas perkataanku.

"Baik, saya paham tapi anda tidak perlu khawatir, saya bukan seorang penyidik yang seperti itu. Ya, saya mengakui bahwa banyak penyidik yang menyalah gunakan wewenang mereka tapi menurut saya ada baiknya anda menilai saya sebagai seorang individu dan bukan melalui stereotip dan label yang telah tersemat pada suatu kelompok. Lagipula, Tantri yang saya interogasi sebelum anda juga seorang polisi dan anda bisa akur dan berteman dengannya. Waktu saya interogasi dia, dia ngingetin saya sama mendiang ayahnya. Ayahnya polisi yang baik, sayang dia mati dibunuh sama organisasi teroris rasis itu." ujarnya membalas pekataanku. Dia menarik napas sejenak, menghembuskannya lalu melanjutkan perkataannya.

Antara Darah Dan Hati 2 Dream RealityWhere stories live. Discover now