Final Part - Chapter 106 (END)

119 5 6
                                    

Chapter 106 (END)

Truth or Dare Part II
10 Agustus 2019
Jakarta

People change, memories dont...

Gue tahu bagian perjalanan ke khatmandu udah berlangsung hampir 2 tahun yang lalu. Gue juga tahu kalau sejak dua tahun yang lalu hidup gue banyak berubah. Tapi dari semua yang terjadi, dari semua hal yang telah berubah, ada satu hal yang tetap sama, RASA. Kita boleh pergi ke ujung dunia, kita boleh bertemu ratusan bahkan ribuan orang baru, kita boleh memiliki aktifitas baru, tapi yang namanya RASA selamanya gak akan berubah. Bagaimana kita meninggalkan kesan terhadap seseorang lah yang bakal dikenang selamanya.

Gue pengen ngomongin perubahan apa aja yang terjadi selama 2 tahun terakhir. Gue tekankan sekali lagi bahwa perjalanan ke khatmandu 2 tahun yang lalu benar-benar merubah cara pandang gue terhadap segalanya. Perubahan pertama, yang benar-benar berhubungan dengan perjalanan ke nepal, adalah dalam 2 tahun terakhir gue berusaha buat mendalami meditasi, thanks to kemajuan teknologi yang membuat meditasi tinggal sesederhana download app di app store dan colokin headset sambil cari tempat tenang, dan ya meditasi membantu gue untuk berpikir realistis setelah proses latihan yang cukup lama.

Perubahan kedua, gue sekarang udah pindah kerja setelah 3 tahun mengabdi dikantor pertama gue. Alasan gue pindah kerja bukan karena alasan-alasan negatif yang biasanya terjadi dilingkungan pekerjaan, gue resign sesimpel karena gue ngerasa gue gak bisa gitu-gitu aja dan gue harus berubah. Proses setelah resign emang berat, tapi masa depan gue bakal lebih berat kalau seandainya gue gak bisa ngelewatin proses adaptasi dunia baru tadi secepat dan seefektif mungkin. Gak, gue gak lost contact dengan teman-teman kerja gue yang lama, gue tetep contact mereka, sesekali, ya kalian kenal gue lah dari 180-an chapter cerita yang udah gue tulis. Dan perubahan tempat kerja ini seolah jadi induk untuk perubahan-perubahan lain yang bakal terjadi dalam hidup gue beberapa bulan kedepan, gue cuma pengen semuanya diberi yang terbaik aja dan kalau seandainya berat buat dijalanin, gue cuma pengen dikuatkan, gak lebih.

Dan sekarang tentang bibi...

Gak banyak yang bisa gue ceritain tentang bibi sekarang, yang jelas akhir-akhir ini dia jadi lebih manis dan lebih loveable jadi ya bawaannya gemes aja. Semua tentang cerita ini berawal dari dia, dari 2016 sampai 2019 cerita ini selesai. Dan 3 tahun yang lalu, momen truth or dare yang benar-benar jadi momen terindah buat gue bersama bibi.

-------------------------------------------------------------------------

Selasa, 27 Juni 2016
Jam berbuka puasa.

"Sahabat bi?" gw menanggapi jawaban dari bibi tentang pertanyaan dari gue.

"Iya sahabat, udah buka nih" bibi berkata dengan mengalihkan pandangan menghadap ke layar komputer. "Buka puasa dulu gih"

"Kan udah barusan, aku udah minum" gue jawab pertanyaan bibi dengan nada lelah, lelah dengan segala yang terjadi. "Mau buka pake apa lagi kan gak ada apa-apa"

"Beli makanan keluar?" bibi menanggapi perkataan gue, masih belum menatap kearah gue sekalipun. "Aku tunggu disini"

"Gak bi nanti aja ya" gue menjawab perkataan bibi. "Tunggu kamu selesai dulu aja"

"Mau dilanjut main? Sekarang giliran aku yang nanya" bibi menjawab dan sekarang dia melirik kearah gue. "Apa giliran kamu sih?"

"Giliran aku bianca" gw jawab pertanyaan bibi. "Sekarang aku mau nanya, kamu suka hadiah ulang tahun dari aku?"

"Sukaaa" bibi menjawab cepat. "Sukaa bangettt"

"Kalau dari 1 - 10 nilainya berapa?" gw teruskan pertanyaan gue. "Biar lebih mendetail"

"Hmmm...." bibi tampak berhenti mengetik dan melirik kearah gue. "80"

"Beneran?" gw jawab singkat. "Aku seneng, aku mau minta kembaliin buku item aku boleh?"

"Gak boleh lah" bibi menjawab cepat dengan nada sedikit naik. "Itu kan udah dikasih ke aku"

"Bi itu rahasia aku" gue memelas. "Aku nyesel udah ngasih huhuhu lagian kan aku mau nulis cerita berdasarkan tulisan aku di buku itu nanti aku lupa"

"Gak bisa pokoknya" bibi menjawab cepat. "Kalau kata aku gak bisa ya gak bisa"

"Ya udah kalau gitu" gw nyerah. "Simpen bukunya ya"

"Iya" bibi menjawab.

Setelahnya ada keheningan diantara gue dan bibi, keheningan yang gak seharusnya terjadi karena bagaimanapun gue harus ngelakuin sesuatu sebelum akhirnya gue dan bibi bakal pisah dan mungkin gak bakal ketemu lagi selamanya.

"Bi" gw panggil dia. "Aku mau ngomong sesuatu ke kamu"

"Ya ngomong aja" bibi menjawab. Dia terlihat membereskan meja kerjanya dan selesai menshut-down komputer. Suasana hening makin kerasa sekarang. "Mau ngasih pertanyaan lagi?"

"Gak bi.." gue jawab perkataan dia, gue grogi. "Aku cuma mau bilang kalau..."

"Bilang apa?" bibi menjawab. "Kita pulang dulu aja yuk, nanti yang lain keburu balik lagi kekantor setelah buka bersama. Aku gak mau ketemu atasan aku karena tugas aku belum selesai rendoi"

"T-tapi.. Disini kan enak suasananya" gue protes. "Bentaran dulu kek."

"Udah yuk pulang dulu" bibi mengambil tas dan menarik tangan gue untuk turun kebawah. "Besok masih ada waktu"
"Ini gak bisa nunggu sampe besok" gue jawab sambil membukakan pintu keluar untuk dia setelah sampai dilantai bawah. "Ini harus sekarang"

Suasana diluar kantor sudah gelap. Beberapa orang terlihat menggunakan setelan teraweh untuk berangkat ke mesjid sekitar. Jalanan didepan kantor masih terlihat macet yang biasanya kemacetan sudah berakhir di pukul 7 malam.

"Mau nanya apa coba, rendoi" bibi sekali lagi menjawab perkataan gue sambil berjalan beriringan menuju kos dia. "Aku sedih aku udah mau pergi"

"Iya bi aku juga" gue menjawab perkataan bibi. Suara klakson berbagai macam mobil terdengar bersamaan dengan suara obrolan gue dan bibi. "Aku nanti gak ada temen lagi"

"Aku bakal sering ketempat kak dipta kok" bibi menjawab.

"Aku gak begitu deket sama kak dipta, aku cuma deket sama kamu" gue menjawab. Sekarang gue dan dia sudah berada didepan kosannya. Kosan 4 lantai yang keliatan mencolok dipinggir jalan raya ini udah jadi tempat beristirahat bibi selama setahun kebelakang mungkin. Beberapa suara dipikiran gue bilang gue harus utarain perasaan gue sekarang ke dia tapi beberapa lagi bilang kalau semua sudah telat karena apapun yang terjadi kedepannya bibi akan tetap pergi. "Aku mau ngomong tapi aku bingung"

"Ya udah besok aja ya" bibi menjawab dengan suara menenangkan. "Kamu beli bukaan dulu aja sekarang, besok kan masih bisa ketemu"

"iya " gue jawab sambil memberi senyum tipis

"Aku pulang dulu ya" bibi akhirnya berpamitan dengan gue. "Sampe ketemu besok rendoi, makasih udah nemenin"

"Iya bibib" gue jawab sambil melambaikan tangan dan melihat dia masuk kepintu kosan dia.

Melihat bibi pergi malam ini rasanya beda. Ntah gue punya feeling kalau gue gak bakal ketemu bibi dalam waktu yang lama. Gak bakalan ada elus-elus rambut bibi, gak bakalan ada tepok-tepok jidat bibi, gak bakalan ada lagi momen gangguin dia kerja. Gue pasti bakal kehilangan banget.

Gak gue gak bisa kayak gini terus, gue harus ngomong gimana perasaan gue kedia malam ini juga, dihari ulang tahun dia. Apapun yang terjadi gue harus ngelakuin sesuatu sebelum besok akhirnya gue gak bisa ketemu dia lagi.

Setelah merapikan semua barang-barang dikosan gue beranikan diri untuk mengirim pesan ke bibi.

"Bi, aku sayang sama kamu"

--THE END--

Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]Where stories live. Discover now