Annapurna - chapter 57

52 0 0
                                    

PART III - ANNAPURNA
Chapter 57

"Ren inget, apa-apa yang udah dimulai itu harus diselesaikan. Contoh sederhananya nyuci deh" Mas kosan yang sore ini keliatan hectic banget sama urusan per-cuci-an mulai memberi petuah harian tentang menyelesaikan sesuatu yang udah dimulai sebelumnya, dan gw yakin banget kalau arah pembicaraan ini mengarah ke cerita yang lagi gw tulis.

"Kenapa jadi bawa-bawa cucian? Ini beda, gak seberhubungan itu kali" Sore ini gw masih duduk ditempat yang sama. Tempat duduk favorit yang selalu gw tempatin tiap kali santai-santai dirooftop. Minggu sore ini gw terpaksa menghabiskan waktu di rooftop karena harus melanjutkan penulisan cerita yang seminggu sebelumnya harus pending karena urusan acara sumpah pemuda.

"Gini ya ren, nyuci itu ngajarin banyak banget nilai hidup. Pertama, kamu nyuci tujuaanya buat apa?" mas kosan yang baru selesai mengatur settingan mesin cuci yang cuma dipakai untuk kepentingan pribadi memberi gw pertanyaan sambil menarik salah satu kursi disebelah gw. Tatapannya tajam, padahal yang dibahas cuma tentang filosofi nyuci. Darah cilacap yang mengalir ditubuh dia mungkin yang bikin dia sefilosofis ini.

"Ya buat... buat... ngebersihin baju lah...." gw jawab dia sambil mengetik beberapa kata dilayar laptop. "apa? Mau nanya baju siapa yang dibersihin? Iya?"

"Gak, jawabannya udah bener kok. Sekarang pertanyaan kedua. Kenapa bajunya dibersihin coba?"
"ya karena kotor" gw jawab. "dan bau"
"nah, siapa yang bikin kotor emang? Kamu sendiri kan?"
"masa penghuni kamar lantai 2 nomer 10"gw jawab pelan dan gak acuh.
"terus apa sekarang pelajarannya coba?" mas kosan terus memborbardir gw dengan pertanyaan baru.
"yee kok balik nanya, kan situ yang mau ngasih filosofi"
"ya gak bisa gitu kamu harus inisiatif juga"

Ntahlah, tapi filosofi mencuci yang lagi diajarkan ini kayak akrab banget ditelinga gw, tapi dari siapa dan kapan gw dapet filosofi ini gw lupa. Gw gak begitu acuh sama obrolan dan pertanyaan yang dikasih si mas karena gw masih berkutat dengan satu chapter baru yang sedang dalam proses pengetikan. Dan obrolan tentang filosofi mencuci sama sekali gak membantu. Cuma satu hal yang bisa membantu sekarang, bibi dateng kesini dan bantu gw buat mereka ulang semua ingatan.

"Baju kamu kotor terus kamu cuci artinya kamu belajar mempertanggung jawabkan konsekuensi dari perbuatan sendiri" mas kosan ngejelasin, tatapannya dewasa, menatap gedung-gedung daerah thamrin dikejauhan.
"terus hubungannya sama menyelesaikan apa yang sudah dimulai?"
"nah ketika kamu memutuskan untuk mencuci, kamu gak bisa menunda-nunda proses perendaman cucian, tau gimana kalau cucian direndem kelamaan?"
"tau, pernah waktu itu" gw jawab singkat, masih sambil mengetik beberapa kata di laptop.
"gimana coba?"
"ehh bentar... ya pokoknya gitu lah..."
"intinya, kamu harus menyelesaikan secepat mungkin kalau kamu udah memutuskan buat mencuci, atau konsekuensinya..." mas kosan tiba-tiba berhenti.
"apa konsekuensinya?"
"konsekuensinya pokoknya lebih berat daripada kalau cucian diselesaikan secepat mungkin pokoknya"
"bisa sih, ada benernya"

Iya, walaupun gw gak begitu menyimak obrolan barusan, tapi sekilas gw menangkap makna yang dalam dari filosofi mencuci ini. Dan mas kosan, yang padahal dia tiap cuci pake mesin cuci, ntah kenapa bisa kepikiran dan menangkap nilai-nilai kehidupan dari mencuci. Ntah, mungkin besok dia bakal ngasih gw filosofi hidup dari makan pake garpu, atau filosofi menyiram tanaman. Eh tapi dia gak pernah nyiram tanaman sih.

"Alam terkembang jadi guru" dia tiba-tiba nyeletuk.
"karpet kali" gw hentikan proses pengetikan sebentar dan mulai konsentrasi untuk mendengarkan obrolan si mas.
"ye beneran, itu pepatah dri padang, masa gak tau?"
"iya tau kok, memang disana filosofi tentang alamnya keren sih mas" gw sambung lagi.
"iya, alam ini sebenernya mengajarkan kita banyak hal"
"tapi mencuci ya beda lah, itu masuk kategori aktifitas"
"ya masukin aja kekategori yang sama ribet amat" mas kosan ngejawab sambil memainkan mouse yang gw bawa dan berusaha melihat hasil ketikan gw."pokonya kamu harus secepat mungkin menyelesaikan cerita yang udah kamu mulai"
"kayak yang mau baca aja kalau udah selesai" gw jawab ketus
"Baca, kalau diajarin"
"Dih males deh" gw jawab sambil merebut laptop yang sudah ada diposisi berhadapan dengan mas kosan dan mulai melanjutkan proses pengetikan.
"Pokoknya sebelum kekhatmandu harus selesai, berapa lama lagi kekhatmandu?" dia nanya dan mengambil posisi berdiri.
"berapa ya, masih lama kok, sebulan lagi" gw jawab sambil merendahkan nada di kata "Sebulan". iya, gw baru sadar kalau jarak waktu ke khatmandu sebulan lagi sementara persiapan belum gw lakukan, banyak banget.

"Nah, coba ulang berapa lama lagi?
"SEBULAN LAGI"
" Nah, udah ah, turun dulu ya."

Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]Where stories live. Discover now