Annapurna - Chapter 68

38 0 0
                                    

Chapter 68.
Kamis, 14 Desember 2018
2 hari sebelum pemberangkatan.
Menuju pukul 16.00 WIB
Dikantor

"Hujan, mas. Jadinya saya tunggu depan mall atau si masnya dateng ke kantor?" gw mengetik pesan ke mas "online" yang sebelumnya bersedia untuk membantu menyelesaikan urusan pembuatan paspor. Hari ini, kurang lebih 7 hari setelah wawancara, dia ngasih kabar kalau paspor sudah bisa diambil dan minta jadwal ketemu sore ini sepulang kantor.

Beberapa hari ini, setelah mendapat angin segar kalau pembuatan paspor ada yang bantu, gw mengurus beberapa urusan lain yang juga gak lebih penting dari urusan pembuatan paspor. Urusan izin cuti. Mengingat gw bakal izin dengan waktu diluar kebiasaan pegawai normal, jadi gw harus memilah milih momen yang tepat untuk menyampaikan maksud dan tujuan gw, dan gw gak bisa bohong. Maksudnya ya gw benar-benar harus bilang kalau gw mau izin ke khatmandu buat liburan, iya liburan, selama 10 hari.

Selama beberapa hari ini gw sibuk memilih momen ini. Untungnya, gw terbantu dengan momen natal dan tahun baru. Seenggaknya, kak tris juga lagi sibuk dengan euphoria natal dan harusnya pemilihan momen ini gak terlalu ribet prosesnya. Gw tinggal memilih waktu-waktu kosong dimana kak tris terlihat rileks dan gw bisa ngobrol untuk membicarakan masalah perjalanan ke khatmandu ini. Dan ini gw lakukan sekitar 3 hari lalu, hari senin.

"Kakak, sibuk?" sore itu, dengan ketidakyakinan, gw datang ke ruang kerja kak Tris. Kak Tris terlihat sibuk mengetik sesuatu, tapi karena sekarang sudah jam pulang kantor, kemungkinan besar memang masih ada urusan pekerjaan yang harus kak tris selesaikan.

"Masuk, Ren, kenapa-kenapa?" Kak tris menjawab sambil mempersilahkan gw duduk didepan meja kerjanya.

"Kak, aku mau cuti sampai tanggal 27" gw utarakan langsung maksud tujuan gw.
"Dari tanggal?" kak tris menjawab sambl merapikan meja dan menghentikan aktifitas pengetikan. Tatapannya sih masih tajam aja. Gw takut? Iya. Dega-degan lebih tepatnya.

"Dari tanggal 16, kak" gw jawab pertanyaan kak tris.
"Kamu mau kemana?"
"Khatmandu, Kak"
"Khatmandu? Dimana itu?"
"Nepal, aku mau naik gunung kak kesana"
"Wah iya katanya nepal bagus, pernah ada cerita katanya ada dosen yang sengaja ngirim mahasiswanya kesana dengan bekal seadanya untuk mencari jati diri"
"Aku belum pernah denger sih kak, tapi sih emang katanya banyak yang mencari ketenangan disana, banyak kuil kak disana"
"Kesana sama siapa emang?"
"Temen kuliah aku kak, ber-empat. 2 cewek dan 2 cowok."
"Sisa cuti kamu berapa hari lagi emang?"
"Ada 5 hari kak ditambah 2 hari libur. Jadi aku mau minta tambahan izin 3 hari sekarang"
"10 hari ya, lama banget. Kamu yakin mau naik gunung? Pernah naik gunung sebelumnya?"
"Udah lama enggak sih kak, aku ngikut aja temen ku yang ngajak"
"Yakin?"
"Yakin kak"
"Ya sudah, bikin surat izinnya ya, besok ditanda-tangani"

Sederhana dan gak banyak drama? Iya. Semua yang gw kira bakal banyak proses memutar balikan fakta ternyata berjalan lancar dak gak makan banyak waktu. Setelahnya? Surat izin pun ditanda tangani. Permasalahan izin lain yang harus gw selesaikan dan gak kalah penting adalah izin ke nyokap. Gw sempet melakukan banyak pertimbangan untuk hal yang satu ini. Izin ke nyokap dan bilang kalau gw harus ke khatmandu udah pernah gw singgung beberapa bulan lalu dan waktu itu respon nyokap persis dengan perkiraan gw, nyokap nolak. Gw punya firasat kalau apapun yang akan gw utarakan ke nyokap tentang keberangkatan ke khatmandu bakal dimentahkan dan dengan dasar ini gw memutuskan untuk gak minta izin ke nyokap. Paling nanti dibawain oleh-oleh aja.

"Tunggu didepan mall aja ya mas, hujannya juga gak terlalu besar. Saya kesana sekarang" sebuah pesan masuk dan bilang kalau gw harus nunggu si mas online ini didepan mall yang ada disekitar kantor untuk pengambilan paspor.

Bentar deh, gw belum pernah cerita tentang keberadaan mall ini secara detail ya. Jadi lokasi kantor yang kebetulan di pusat kota, memfasilitasi gw dengan keberadaan halte sentral busway, stasiun kereta gambir, dan banyak pusat transportasi umum dengan fasilitas mempuni lain yang bisa diakses dengan berjalan kaki sekitar 10 menit. Diantara fasilitas umum itu, ada sebuah mall yang juga jaraknya dekat dengan kantor gw. Mall ini, se-ceritanya bibi ke gw, katanya jadi tempat dimana temen-temen kantor gw menghabiskan waktu kalau lagi penat, ya terutama di hari-hari kerja. Setelah kepergian Bibi, dia pernah bilang kalau dia pernah kesini lagi dan gw baru dikasih tahu beberapa hari setelahnya.

"Iya mas, saya berangkat sekarang, ya, nanti ditunggu didepan mall yang banyak parkiran motor ojek online-nya" gw ngebales pesan si mas paspor.

Diluar kantor memang hujan, tapi gak cukup lebat untuk menghentikan aktifitas orang-orang yang baru saja pulang dari jam kerja. Gw memutuskan untuk tetap menerobos hujan ini walaupun tanpa jaket dan tanpa payung. Hujan dan sekarang sedang menuju ke mall membuat memori gw membawa kembali memori tentang bibi. Haruskah gw bilang juga ke bibi tentang keberangkatan ke khatmandu?

Beberapa orang, yang kebanyakan cewek, berkumpul didepan mall sambil membawa payung, yang menurut perkiraan gw sedang menunggu jemputan. Gw memutuskan untuk duduk menjauh dari keramaian untuk sekedar menyalakan rokok. Beberapa memori melintas sampai akhirnya si mas online datang dan menyerahkan paspor yang dia janjikan sebelumnya.

"Ini mas paspornya, awas basah, nanti aja dibuka di rumah" si mas menyerahkan sebuah bungkusan coklat seukuran buku saku yang dibagian luar terbungkus lagi dengan plastik bening transparan tanpa melepas helm dan turun dari motor. Gw yang dibeberapa bagian tubuh sudha mulai basah karena air hujan membalas dengan ucapan terimakasih sambil tersenyum lalu segera kembali ke tempat berteduh gw sebelumnya.

Urusan paspor selesai dan begitu juga urusan dengan si mas ini. Sekarang dan setelahnya gw gak bakal berhubungan lagi dengan mas yang gw gak tau namanya ini. Paspor selesai. Dan orang pertama yang bakal gw hubungin tentang kabar gembira ini adalah, Lisa.

"Lis, paspor gw udah jadi"

Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]Where stories live. Discover now