Annapurna - Chapter 67

38 0 0
                                    

Chapter 67.
Malam hari di tanggal 5 Desember 2017.

"Calo"

Pesan lisa masuk. Gw yang sempat beberapa kali mengirim pesan tak berbalas mencoba menafsirkan apa maksud 4 huruf dari pesan yang dia kirim barusan. Bisa banyak kemungkinan yang terjadi dibalik kata calo, tapi setelah beberapa analisa-analisa, kemungkinan besar yang lisa maksud adalah bikin paspor lewat Calo.

"Gak ada pilihan lain, rendy"

Pesan kedua lagi-lagi masuk gak lama berselang. Pesan selanjutnya ini seolah menyiratkan kalau gw memang gak ada pilihan lain selain menjajal opsi calo ini mengingat waktu semakin mepet. Opsi buat mencari jadwal dikantor imigrasi lain? Gak bakal bisa. Opsi datang ke bogor? Males. Setelah berhasil mencerna secara keseluruhan situasi yang terjadi sekarang harapan untuk bisa dapat paspor muncul lagi dengan adanya opsi "CALO" yang lisa tawarkan. Dan tanpa menunda-nunda, sekarang, dikantor, gw langsung coba untuk mengumpulkan informasi tentang apa dan bagaimana jalur tidak resmi membuat paspor bisa gw tempuh mengingat lisa juga gak memberi pilihan lebih lanjut.

Pilihan untuk membuat paspor lewat jalur tidak resmi ini pilihan riskan. Setelah mengumpulkan beberapa informasi dari internet gw berkesimpulan kalau pilihan untuk membuat paspor lewat jalur tidak resmi memang lebih baik dijadikan sebagai pilihan terakhir oleh orang-orang dengan tingkat kecerobohan dan menyepelekan sesuatu kayak gw (kemungkinan besar lisa udah tahu hal ini sih). Alasan pertama yang menjadikan pilihan calo ini sebagai pilihan terakhir dan pilihan paling gak banget adalah adalah masalah biaya pembuatan. Pembuatan paspor lewat jalur tidak resmi memakan biaya 3 kali lipat dibandingkan pembuatan paspor lewat jalur resmi dan ini juga tergantung durasi pembuatan (harga selesai 1 hari beda dengan harga selesai 1 minggu). Jumlah ini, untuk beberapa orang yang punya simpanan berlebih dan punya tingkat urgensi tinggi mungkin terlihat sepele. Tapi untuk gw yang punya budget terbatas pilihan ini pilihan agak sulit karena gw masih harus mempersiapkan uang untuk ke khatmandu berarti kerugian gw bakal lebih besar yang diterima kalau seandainya pembuatan paspor dibatalkan

Alasan kedua adalah masalah kepercayaan. Intuisi gw bilang kalau mereka-mereka yang membantu orang-orang goblok dan ceroboh kayak gw untuk membuat paspor lewat jalur tidak resmi adalah mereka-mereka yang mungkin punya reputasi negatif sebelumnya. Ini dugaan gw aja, mungkin bisa juga kenyataan gak seperti itu. Cukup banyak yang menyediakan jasa pembuatan paspor tidak konvensional ini yang beredar di Internet jadi makan banyak waktu pula buat gw memilih mana organisasi atau personal yang bisa gw percaya untuk menyelesaikan urusan pembuatan paspor gw. Setelah menghubungi beberapa calon yang telah gw dapatkan informasinya di Internet, gw masih harus memastikan kalau mereka benar-benar masih memberi jasa pembuatan paspor mengingat jasa pembuatan yang mereka cantumkan di Internet bisa jadi merupakan pekerjaan lama mereka. Setelah melakukan beberapa kali metoda penyaringan ini, akhirnya gw punya satu orang yang mungkin bisa membantu gw untuk menyelesaikan urusan pasport.

"Besok datang langsung ya mas, foto dan wawancara. Uangnya bisa ditransfer setelah paspor udah ditangan"

Begitu pesan mas-mas baik hati yang gw dapat kontaknya dari internet setelah beberapa kali berkirim pesan. Mas ini bilang gw tinggal datang besok untuk foto dan wawancara tanpa harus mengantri terlebih dahulu di kantor imigrasi jakarta pusat. Langsung datang untuk foto dan wawancara ini sebenernya sedikit membingungkan. Tanpa harus mengantri, tanpa harus daftar online, gimana caranya gw bisa datang langsung kesana dan secara tiba-tiba minta di interview? Dilabrak satpam mungkin iya.

"Nanti ketemu sama teman saya, ibu-ibu paruh baya, dia yang mengurus pendaftaran dan ngambil nomer antrian sebelumnya"

Balasan atas kebingungan gw? Si Mas yang gw simpan kontaknya dengan nama "ONLINE" ini bilang kalau nanti dikantor imigrasi jakarta pusat gw bakal bertemu dengan ibu-ibu paruh baya yang sebelumnya sudah mengambil nomer antrian dan mengurus pendaftaran gw dari beberapa file yang gw kirim secara online. Terlalu beresiko untuk dipercaya? Banget lah. Tapi terlalu sayang juga kalau gw gak coba cara ini.

Karena proses pengambilan nomer antrian bisa gw lewati jadi gw juga gak perlu minta izin untuk menyelesaikan pengurusan paspor ketiga kalinya ini. Gw cukup pulang jam 4 dan langsung menuju kantor imigrasi jakarta pusat. Izin pulang jam 4 jelas jadi pilihan paling masuk akal dari semua pilihan yang ada, walaupun sebenernya gw gak punya pilihan lagi. Semua rencana ini harus berhasil. Harus.

"Tujuan ke khatmandu ngapain?"
"Liburan, pak"
"Sebelumnya udah pernah ngurus paspor?"
"Belum"

Beberapa pertanyaan yang mungkin bakal dikeluarkan saat interview lalu lalang dipikiran gw.

Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]Where stories live. Discover now