Final Part - Chapter 105

53 0 0
                                    

Chapter 105

Kuala Lumpur International Airport
26 Desember 2017

"Kita bakal misah disini" lisa yang duduk didepan gue disalah satu meja di kafe bandara tiba-tiba berkata. "Pesawat gue duluan kan, pesawat lo masih harus nunggu sekitar 2 jam lagi"

"Iya" gw jawab singkat. "Jaga diri lo ya lis"

"Sebelum gue pergi, gue pengen nanya sesuatu ke lo" lisa tiba-tiba berkata serius. "Apa yang lo dapet setelah 10 hari bepergian ini?"

"Maksudnya apa? Post test?" gw menjawab pertanyaan lisa sambil meminum teh hangat yang sudah gue pesan sebelumnya. "Banyak, gue akhirnya bisa ke pegunungan tertinggi di dunia, gue bisa belajar teknik-teknik meditasi, gue dikasih topeng di kampung tibet, gue belajar kehidupan asli orang-orang budha, dan ya gue akhirnya tau jawaban dari pertanyaan 'dimana tempat yang bisa memberi gue ketenangan'"

"Terus menurut lo di Nepal lo udah dapet ketenangan yang lo cari?" lisa terus memborbardir gue dengan pertanyaan baru. "Menurut lo semua yang lo dapet worth? Dengan segala pengorbanan yang lo lakuin buat sampe disini?"

"Gini ya lis" gue jawab lisa dengan nada serius. "Gue gak tau ya apa ini juga lo rasain atau gak. Tapi yang jelas setelah beberapa hari ini gue merasakan hal-hal yang baru dikehidupan gue, gue mulai sadar kalau mencari ketenangan bukan tentang tempat, tapi tentang gimana hati dan perasaan gue bisa mengontrol ketakutan-ketakutan gak beralasan yang kadang timbul dipikiran gue. Dan kalau gue bisa mengontrol itu, sekedar tidur dikosan pun bisa bikin gue tenang gak perlu dateng ke tempat mewah."

"Gimana sama bibi?" lisa melanjutkan pertanyaan lagi. "Apa yang bakal lo lakuin setelah ini buat dia?"

"Gue gak mau lo bahas bibi sekarang" gue jawab dengan nada agak sedikit berubah dari nada suara sebelumnya. "Hidup gue ya bakal tetep lanjut, besok bakal masuk kerja lagi, ketemu temen kantor lagi, nanti dijakarta setelah dapet sinyal gue bakal nelfon nyokap dan pulang nanti tahun baruan sekalian ngasih oleh-oleh. Segala tentang bibi bakal terus ada lis, lo masih belum ngerti gimana pentingnya dia buat gue."

"Gak, gue ngerti sekarang" lisa menjawab. "Gue ngerti kalau lo bukan tipe cowok kebanyakan yang sebegitu gampangnya melupakan orang-orang yang baik ke elo, apalagi lo punya rasa ke orang yang baik sama lo tadi."

"Gak tau lis. Gue sayang bibi, itu aja. Gue gak minta lebih, cukup dengan gue bisa sayang ke dia aja gue udah seneng" gw jawab perkataan lisa, pelan. "Udah ngebahas gue, gimana tentang lo lisa? Abis ini lo mau ngapain?"

"Gue kepikiran buat lost contact lagi sama lo abis ini, boleh?" lisa bertanya dengan tatapan tajam ke arah gue. "Gue takut gue udah ketergantungan sama lo selama beberapa bulan terakhir. Gue butuh waktu buat sendiri sekarang. Perjalanan ini, dan semua yang terjadi dalam beberapa bulan kebelakang, bikin gue belajar banyak hal."

"Gak harus lost contact juga" gw menjawab perkataan lisa. "Iya kita udah jelas gak harus chat-chatan tiap 5 menit tapi ya seandainya lo bener-bener lagi penat dan gak tau mau ngehubungin siapa, gue siap buat jadi kuping. Gue gak janji bisa bantu banyak, tapi buat sekedar ngedengerin dan ngasih sudut pandang gue masih bisa."

Bandara sore ini terlihat ramai. Kafe serba modern yang gue dan lisa datangin sekarang hampir seluruh tamunya berupa turis-turis asing berwajah barat yang kemungkinan besar sedang menunggu jadwal keberangkatan pesawat. Kafe ini gak menyediakan banyak menu, cuma beberapa menu kopi, pilihan roti, dan beberapa makanan berat. Suasana cozy yang disediakan tempat ini lah mungkin yang jadi alasan kenapa banyak orang memilih menghabiskan waktu dikafe ini dibandingkan kafe lain.

"Iya, rendy" lisa menjawab dan matanya terlihat berair. "Rendy makasih, lo sahabat terbaik gue, orang yang pertama gue kenal dibangku kuliah, orang yang ngajarin gue banyak hal tentang berorganisasi, dan orang yang selalu jadi tempat pelampiasan emosi gue kalau gue lagi gak stabil. Gue pengen ngomong ini ke elo, gue seneng banget akhirnya bisa ke nepal dan menghabiskan waktu bareng lo, vivi, dan budi. 2017 gue berat, lo tau kan, tapi desember ini gue belajar banyak hal dan gue ngerasa kalau 2017 gak segitu jahatnya ke gue"

Vivi dan budi sebelumnya sudah lebih dulu pergi menuju gate pesawat mereka karena mereka mendapat kabar kalau ada perubahan jadwal pemberangkatan. Segera setelah pesawat mendarat di malaysia mereka pamit, tanpa banyak berkata-kata.

"2017 gue juga berat" gw jawab perkataan lisa. "Iya gue seneng kok, lo tau kan gue belum pernah keluar negeri sebelumnya. Dan ternyata tuhan ngasih gue kesempatan buat keluar negeri pertama kali sama kalian, sumpah gue jadi gak kepikiran buat pergi keluar negeri lagi setelah ini karena buat gue ini cukup."

"Gue udah harus pergi sekarang, ren" lisa mengelap air matanya dengan tisu yang ada diatas meja. "Semoga kita bisa ketemu lagi, ya"

Gue diem, lagi-lagi semua harus berakhir dengan perpisahan.

"Iya" gue jawab singkat sambil berdiri dan membantu lisa membereskan barang bawaannya yang lumayan banyak. "Lo hati-hati ya, jaga kesehatan, jangan kebanyakan nangis dan galau"

"Iya" lisa menjawab sambil menggemgam tangan gue. "Makasih ya, ketemu lagi, rendy"

Dan setelahnya gue sendiri, lagi.

Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]Where stories live. Discover now