Annapurna - chapter 59 (truth or dare part 1)

56 0 0
                                    

Selasa, 27 Juni 2016
Jam 17.00 WIB

"Bi.. Aku mau pulang..." Sorenya, setelah melewati hampir 3 jam dengan suasana hati gak karuan, gw samperin bibi untuk sekedar pamit. Dia bakal sibuk, besok hari terakhir dia disini. Pasti banyak banget yang harus diselesaikan dan dirapikan.

Iya, banyak banget yang harus dirapikan. Meja kerja bibi, meja kerja yang hampir sama dengan yang gw tempatin sehari-hari, penuh tumpukan kertas yang gw gak tau isinya apa. Layar PC, keyboard, dan CPU, hampir dipenuhi tempelan-tempelan sticky note berwarna kuning yang dibeberapa kesempatan tertulis dengan email-email perusahaan yang harus dia hubungin. Sore ini, karena besok adalah hari terakhir dia disini, dia kayaknya berniat untuk merapikan semuanya. Dan kayaknya dia udah gak sadar jam dan gak sadar keberadaan siapapun dengan radius, seenggaknya, 100 meter karena sekitar 5 menit gw berdiri dibelakangnya dia gak ngerespon apa-apa.

"Bi..." gw coba untuk manggil bibi lagi.

"Eh.. Iyaa... Kamu mau pulang? Yakin? Nanti gak ketemu lagi loh" dia menjawab dengan sdikit agak menoleh sambil membetulkan posisi kaca mata dan langsung fokus lagi ke depan layar PC. "aku mau beres-beres dulu" dia ngelanjutin.

"Gak apa-apa bi aku pulang aja ya" gw jawab pertanyaan dia sambil sedikit melirik kearah tumpukan kertas paling atas yang jadi pusat perhatian bibi. Didalam kertas itu ada list-list produk perusahaan yang harus didata ulang menurut perkiraan gw sih

"Yakin?" bibi sekarang bertanya tanpa menoleh kebelakang. "Serius mau pulang aja?"

"Ya udah aku tungguin kamu disini" gw ngejawab. "Bi, harusnya aku ikut buka bersama sekarang, tadi kak Tris nanya aku jawab aku mau ganti baju dulu, tapi kamu sendirian juga jadi ya udah aku disini aja"

"huuuufft" bibi mengambil nafas panjang. "daripada dimarahin mending ikut buka bersama gih"

"kenapa?" gw sekarang duduk dikursi sebelah bibi yang kebetulan kosong. "berubah pikiran, mending disini,. kamu ngerjain apa sih?"

"Ini tugas ngedata produk, harus selesai hari ini rendoi" dia ngejawab. "bantuin"

"aku harus bantu apa?" gw tanya dia sambil melirik tumpukan kertas diatas mejanya. "besok beneran terakhir ya?

"beneran" bibi ngejawab. " besok hari terakhir"

"ntah lah bi..." gw ngejawab sambil berjalan mengambil kursi yang jadi jatah meja kerja sebelah bibi dan menariknya supaya ada diposisi dekat dia sekarang. "semua terlalu mendadak"

Semua terlalu mendadak. Baru tadi pagi gw nyanyiin bibi lagu selamat ulang tahun ditempat ini. Sekarang? Beda banget. Dalam kurang dari 12 jam semua berubah 180 derajat dan kejadian ini bikin otak gw belum bisa mencerna apa yang sebenernya terjadi sekarang. Dan untuk beberapa saat cuma suara ketikan jari-jari bibi yang bisa gw denger. Kantor kosong, semua udah berangkat buat buka bersama karena hari ini adalah hari-hari terakhir menjelang libur lebaran di tahun 2016. Dan ya, hari ini gw masih puasa.

"Kamu kok diem aja?" bibi tiba-tiba bertanya dan ini bikin gw kaget.

"mending selesaiin dulu tugasnya bi, masih lama ya? Bentar lagi buka puasa" gw jawab pertanyaan bibi.

"Masih, ini banyak banget" bibi menjawab sambil tetap mengetik beberapa kata di layar pc. Dia keliatan capek. Mungkin terlalu banyak urusan yang harus dia selesaikan akhir-akhir ini.

"main truth or dare, yuk?" gw nawarin.
"Sekarang banget?" bibi ngejawab. "gak nunggu buka puasa aja?"
"bentar lagi juga buka puasa" gw jawab sambil merlirik jam. "5 menit lagi lah"
"yaudah yuk" bibi nerima ajakan gw.

"sekarang kamu yang nanya duluan, pokoknya kamu harus pilih mau jujur atau mau nerima tantangan" gw mulai dengan menjelaskan peraturan truth or dare yang bakal dimainkan. Gw pernah nulis tentang ini sebelumnya, jadi ya gw gak terlalu buta sama peraturan permainan ini.

"kamu yang nanya duluan rendoi" bibi tanpa babibubebo menolak tawaran untuk memberi pertanyaan pertama. "aku lagi sibuk"

"ya udah, pertanyaan pertama..." gw mulai memberi pertanyaan pertama untuk bibi. "Kenapa kamu pergi gak bilang-bilang, bi?"

"Aku gak mau kamu sedih" bibi ngejawab singkat, tanpa menoleh.

"gak mau aku sedih?"
"iya"
"semua bakal lebih sakit kalau tiba-tiba kayak gini" gw ngejelasin "kamu udah bilang kalau kamu mau ngomong sebulan sebelum kalau mau pergi bi"
"aku mau ngomong, malem ini" bibi ngejawab.
"Bi, seenggaknya aku tau apa yang harus aku lakuin kalau kamu ngomong lebih awal"
"Semua juga udah tahu kok rendoi" dia ngejawab lagi, sekarang ketikannya udah berenti dan mulai untuk melirik ke arah gw.
"Tapi aku gak tau" gw liat bibi, dia keliatan capek dan kantong matanya keliatan agak menghitam dibalik kacamata yang selalu dia pakai. "kamu tau aku gak pernah berhubungan sama siapapun, sama siapapun gak pernah"
"Iya, maaf" bibi menjawab sambil mengalihkan pandangan. "udah terlanjur kan, besok terakhir"
"iya, udah terlanjur"

Semua udah terlanjur. Gak ada yang bisa gw ataupun bibi lakuin sekarang. Perasaan ganjil yang beberapa bulan kebelakang gw rasain ternyata bener. Feeling tentang masuknya karyawan baru ke divisi bibi, gimana bibi ngajarin karyawan baru tadi, pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang bakal gw lakuin kalau seandainya bibi pergi, semuanya ternyata berakhir disini, berakhir dikenyataan kalau besok adalah hari terakhir bibi disini.

"Kamu marah?" bibi nanya.
"Itu pertanyaan pertama dari kamu?" gw mastiin kalau pertanyaan bibi adalah pertanyaan pertama yang dia ajuin karena jatah pertanyaan pertama gw sudah selesai. "Gak aku gak marah, bi. Kapan aku bisa marah"
"Aku sedih rendoi" bibi tiba-tiba ngomong. "aku hampir tiap malem nangis, kamarku sekarang berantakan"
"Aku juga sedih kamu mendadak kayak gini, ceritain tentang pacar kamu dong"
"Pacarku? Ketemu dari waktu kuliah" bibi mulai cerita. "dia orangnya tetep ngedeketin aku rendoi, aku gak bisa apa-apa, aku luluh. Aku lebih suka orang lain, tapi kita berdua gak mungkin bisa...." bibi tiba-tiba berhenti.
"Gak bisa apa bi?" gw nanya.
"Gak mungkin bisa bareng-bareng rendoi"
"alasannya?"
"karena beda dan gak mungkin bisa bareng" bibi ngejawab, semua aktifitas dia berhenti dan dia keliatan sedih banget sekarang.

"Bi?" gw panggil dia. "Kamu anggep aku apa sebenernya?"
"Sahabat rendoi" dia ngejawab. "Sahabat baik, buka dulu gih, kamu kan puasa"

Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]Where stories live. Discover now