Annapurna - Chapter 84

37 1 0
                                    

Chapter 84

"Mana?" gw menjawab perkataan lisa tentang bayangan cewek putih yang berdiri dibelakang vivi dan budi yang sudah agak jauh menaiki tangga. "Gw gak liat apa-apa lis"

"Seriusan?" lisa kaget. "Gw jelas banget ngeliat dibelakang vivi dan budi sekarang lagi ada cewek melayang berdiri melihat kearah kita. Gw gak mungkin salah, semalem diperjalanan pulang ke penginapan gw juga liat cewek ini sekilas"

"Beneran" gw berbohong. "Gw gak liat apa-apa, perasaan lu aja lis, yuk kita susul vivi dan budi"

"Ntah lah" lisa menjawab sambil mengambil nafas panjang. "Tapi semua berasa real banget"

"Perasaan lu aja lisa, yuk kita keatas" gw menjawab sambil berjalan duluan menaiki tangga menuju world peace pagoda sambil menyetel-nyetel kamera. "Atau lu mau tinggal disini aja juga gak apa-apa. Gw sih pengen keatas mencari ketenangan"

"Oh iya, kita kesini mencari ketenangan ya" lisa tiba-tiba tersadar akan tujuan awal mendatangi tempat ini. "Ayo kita susul vivi dan budi, siapa tau diatas nanti kita bisa nemuin guru buat ngajarin caranya hidup tenang."

Nemuin guru? Belajar mencari ketenangan? Mendadak muncul dipikiran gw gambaran kalau lisa sedang belajar kungfu dan punya kemampuan bela diri melebihi manusia normal. Semisal nanti sepulang dari sini dia nemu satu hal yang gak pas dengan suasan hati dia, mungkin bakal dikasih ajian tapak budha atau jurus-jurus shaolin lain yang pernah gw liat di film-film kungfu. Gak, yang lisa maksud guru disini pasti bukan guru untuk belajar kungfu kayak yang gw bayangin.

"Duluan aja deh, gw mau ngambil beberapa foto" gw jawab ajakan lisa yang mulai mendahului gw untuk segera menyusul budi dan vivi dan meninggalkan gw dibelakang. "Ntar sekalian gw fotoin lu deh candid"

Tapi lisa seperti tidak mendengar perkataan gw tentang mengambil foto candidnya. Lisa masih percaya kalau yang dia lihat barusan itu ilusi dan kayaknya emang lebih baik seperti itu. Tempat ini sekarang sepi. Lapangan parkiran berdebu yang dipakai sebagai tempat parkir ini sekarang cuma diisi oleh beberapa mobil taksi tua dan beberapa mobil-mobil pribadi yang juga cukup berumur. Disekeliling lapangan ada beberapa warung yang menjual makanan dan minuman yang sepertinya baru buka.

Tidak jauh dari lapangan parkir, ada sebuah tangga menjulur diatas bukit yang diujungnya berdiri sebuah pagoda emas yang sekarang tampak berkilau karena sinar matahari. Disepanjang tangga dikejauhan gw liat ada beberapa lapak pinggir jalan yang menjual berbagai aksesoris. Tidak ada spot pembelian tiket dan tidak ada penjagaan-penjagaan formal membuat gw berfikir kalau pagoda yang bakal gw datangi ini bukan cuma jadi objek wisata, tapi juga merupakan tempat beribadah. Lisa terlihat sudah berhasil menyusul vivi dan budi yang sedang melihat-lihat beberapa aksesoris disebuah toko dipinggir tangga. Sebelum mereka terlalu jauh, lebih baik gw susul sekarang.

Matahari mulai tinggi, tapi suhu tidak naik sama sekali. Terik matahari disini terasa menyejukkan. Gw, lisa, vivi, budi, masih setia dengan setelan jaket tebal dan sarung tangan untuk menghangatkan tubuh. Semakin tinggi tangga, semakin jelas pemandangan kota pokhara dibawah sana. Lisa bener, pagoda ini ada disebrang danau penginapan yang gw dan yang lain tempatin. Danau dibawah sana terlihat tenang, padahal dibwah sana mungkin aja Loch Ness lagi tidur menunggu saat-saat yang tepat untuk keluar.

Semakin dekat dengan puncak pagoda, semakin jelas terdengar beberapa suara mantra-mantra diiringi bunyi lonceng besi yang diketukkan ditiap mantra selesai dibaca. Disepanjang tangga juga masih banyak kain-kain persegi berwarna warna digantung dengan beberapa tulisan sanskerta didalamnya yang gak gw mengerti. Setelah hampir setengah jam menaiki tangga, dikejauhan gw lihat sebuah gapura cukup besar dengan tulisan.

"WELCOME TO WORLD PEACE PAGODA
PLEASE RESPECT THE SILENCE"

Dan setelah melewati gapura, gw tahu darimana sumber suara mantra-mantra berasal. Tepat setelah gapura berdiri sebuah pos (lebih mirip rumah sih) berukuran satu kamar tidur cukup besar yang didalamnya duduk seorang biksu sedang beribadah didepan sebuah patung budha dalam ruangan yang temaram. Jendela ruangan ini dibiarkan terbuka dan mengeluarkan aroma dupa yang menenangkan darisana. Gak banyak orang yang sedang berkunjung kesini sekarang, dan mungkin juga kebanyakan hari lain sama. Dan benar kalau disini terlalu tenang.

Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang