Machapucare - Chapter 39

48 1 0
                                    

"Bi...."
"Ya?"
"Kamu kemana aja?"
"Aku ada disini rendoi."
"Bukan sekarang, kemaren kemaren"

Gw dan bibi duduk disebuah bangku besi panjang dipinggir sebuah taman. Matahari bersinar terang, menerangi dedaunan dan hamparan rumput - yang cukup luas untuk ukuran sebuah taman - dengan dihiasi beberapa bunga mawar merekah disekelilingnya. Gak ada siapa siapa disini kecuali gw dan bibi sambil ditemani hembusan angin yang tak tau akan berujung kemana.

Bibi hari ini cantik. Dengan setelan dress bahu terbuka serba hitam dan anting anting merah bulat melekat ditelinganya. Rambutnya mulai panjang dan dibentuk mode sanggul karena takut hembusan angin menggerainya. Dan dia hari ini tanpa kaca mata. Cantik.

"Aku gak kemana mana" bibi ngejawab sambil tersenyum ke arah gw. Senyum bibi indah. Gw yakin seniman perancis yang terkenal akan karya seninya gak bakal bisa menafsirkan indahnya senyuman bibi ini.

"Maaf bib, aku gak ngerayain ulang tahun kamu, ngucapin pun aku gak, malah cerita yang aku janjiin sekarang nasibnya gak jelas" gw sambung lagi obrolan gw dan dia. Gw belum bisa ngebales senyuman bibi. Gw gak pantes. Gw masih punya perasaan bersalah yang harus gw salurkan. Dan sekarang perasaan bersalah ini, yang dalam sebulan terakhir menghantui gw, akhirnya gw ucapin langsung ke bibi. Perasaan bersalah ini menghantui gw dan kadang membuat gw merasa sebagai orang asing yang berhak dilupakan oleh dia. Dan perasaan bersalah ini selalu menguat disetiap momen gw meneruskan cerita yang lagi gw tulis, dan gw sadar gw harus ngelepasin perasaan bersalah ini secepat mungkin. Gw gak berharap bibi buat memaafkan gw gitu aja karena gw ngerasa udah gagal sebagai lelaki.

"Iya, gak apa apa, kamu sehat kan? Makan udah?" Bibi ngejawab gw singkat dan tatapan matanya gak beralih, masih tertuju ke arah gw. Bibi gak pernah berubah, gak pernah mau memperpanjang pembahasan suatu masalah, apapun bentuk masalahnya. Walaupun sebagaimanapun kesalahan orang tersebut. Dan ini yang bikin gw beruntung bisa kenal perempuan sebaik bibi. Gw merasa beruntung karen dari sekian banyak wanita, tuhan mempertemukan gw dengan bibi dan menjatuhkan rasa cinta gw ke dia. Jawaban singkat dari dia ini gw anggap sebagai niat baik dia untuk tidak memperpanjang pembahasan tentang pengakuan dosa gw barusan dan gw bersyukur.

"Bi, kenapa semua harus kayak gini, aku gak kuat ngejalaninnya. Berat bi berat" angin kembali berhembus menerbangkan beberapa helaian daun di hamparan rumput. Gw masih gak bisa menatap ke arah bibi. Sekuat apapun gw menghadapi kesendirian, gw kadang ngerasa butuh bahu seorang perempuan untuk bersandar. Gw butuh seorang wanita yang bisa jadi sumber semangat dan kebahagiaan buat gw. Dan wanita yang gw harapkan bisa melakukan semuanya ada disamping gw sekarang.

"Rendoi, kamu kenapa? Kok tibatiba gini siiih? Aku ada disini kok yah." Bibi ngejawab singkat. Tangannya tiba tiba ditaruh diatas tangan gw, perlahan jarijari tangan bibi memenuhi ruang antara jari jari gw.

"Aku capek bib" gw jawab sambil menunduk dan memejamkan mata gw. Kehangatan belaian tangan bibi masuk memenuhi akal dan pikiran gw, memberi kesejukan disana.

"Alasannya? Semangaaat doooong, ayoo mana rendoi yang duluu. Butuh inspirasi? Nih aku ada" bibi ngebales dan sekarang senyumannya makin merekah. Genggaman tangannya kerasa makin erat diatas genggaman tangan gw.

Gw selalu gagal untuk berpurapura gak peduli ditiap bibi kayak gini. Senyumannya, belaian tangannya, dorongan semangatnya, dan kesejukan angin yang kembali berhembus mendorong gw untuk membuka mata dan menoleh ke arah perempuan tercantik yang lagi duduk disebelah gw sekarang.

"Iya bibku, makasih, kamu bakal selalu jadi rumah buat tulisan tulisanku" gw jawab bibi sambil menatap dalam ke arah matanya yang hari ini tanpa frame kaca mata. Gw liat semburan semangat didalam tatapan bibi berpindah ke dalam tatapan gw. Cantik banget kamu bi.

Hembusan angin kembali berhembus dan gak kerasa poni rambutnya terasa makin dekat terlihat oleh gw. Dan gak tau kenapa dia mulai menutup mata. Aroma parfum strawberry yang biasa dia pake dikantor semakin tercium memenuhi rongga penciuman gw sekarang.

"Bi, aku sayang kamu"
"Iya"

Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum