Annapurna - Chapter 76

43 1 0
                                    

Chapter 76

"How much we must pay?" Lisa terlihat sedang mengobrol dengan seorang staf resepsionis hotel di koridor lantai 3. Kamar gw, lisa, budi, dan vivi tempatin sekarang memang ada di lantai 3 dari 5 lantai yang tersedia. Sang staf telihat sedang menyapu koridor dan membereskan kamar nomer 10 yang letaknya bersebelahan dengan kamar yang sedang gw tempatin. Staff ini terlihat memakai kemeja berwarna biru dan membawa beberapa lap dan sapu ditangannya. Mungkin pagi ini sebelum aktifitas dimulai dia diberi tugas untuk bebersih.

"Please go to chasier, he will explain" sang staf menjawab, senyum, dan masuk kedalam kamar nomer 10 sambil membawa sapu. Sekilas gw liat kalau si kasir juga keliatan bingung dengan pertanyaan lisa.

"Harus banget nanya harga ke staf yang lagi bersih-bersih?" gw yang baru saja keluar dari kamar dan samar-samar menangkap ekspresi sang staf langsung menghampiri lisa, yang masih terus berusaha berkomunikasi dengan staf tersebut. "Iya udah jelas harus tanya ke bawah lah dia mana tau"

"Gw ngetes bahasa inggris gw doang" lisa menjawab sambil melirik kedalam kamar nomer 10 yang keadaannya setengah gelap. "Thank you, sir!" dia tiba-tiba menambahkan sambil melambaikan tangan kearah staf tersebut yang samar terlihat sedang merapihkan bagian kasur. Dan setelahnya sang staf hanya senyum.

"Lis, ini ransel lu? Nutupin jalan gw mau keluar" suara budi tiba-tiba terdengar. Mengangetkan gw dan lisa yang sedang mencari tahu keadaan kamar nomer 10. "Eh kita gak balik lagi kesini kan? Langsung ke pokhara sampai hari terakhir?"

"Iya, gak sampai hari terakhir juga. H-2 kepulangan kita balik lagi ke khatmandu kok, keliling-keliling sambil beli oleh-oleh, ya gak ren?" lisa menjawab sambil menepuk bahu gw yang sekarang sedang berdiri tepat disamping dia. "Eh, Ren tolong ambilin ransel gw, ya, disana tuh, depan kamar. tanya aja ke budi coba"

"Seriusan?" dengan muka terpaksa gw jawab perintah dia sambil melirik kearah ransel super besar didepan pintu yang letaknya gak terlalu jauh dari tempat gw berdiri sekarang."its too big, lisa"

"Udah gak usah sok inggris, ambil sana, gw tunggu diresepsionis lantai 1" lisa menjawab sambil berjalan menuju kearah tangga. "Gw mau bayaran dulu sekarang, biar gak ribet nanti kita keluar hotel-nya. ranselnya gw percayain ke lu pokoknya"

"Eh, eh, lis. Gak dibawain kebawah juga" gw protes sebelum dia akhirnya hilang dari pandangan dan turun menuju lantai 1.

Setelah semua persiapan pagi ini selesai, sekarang jam setengah enam pagi kurang sedikit, gw dan yang lain udah siap untuk berangkat ke pokhara. Tempat tujuan selanjutnya ini yang bakal jadi titik start treking 2 hari yang akan datang. Lisa sebelumnya memutuskan untuk gak menghabiskan waktu di khatmandu dulu. Katanya, "nanti aja kita keliling khatmandu, sekalian pulang dan beli oleh-oleh" gitu. Gw nurut aja.

Bangunan hotel yang sekarang gw tempatin ini standar sih, maksudnya ya gak mewah-mewah amat dan gak terlalu sederhana juga. Dengan biaya permalam sekitar 10 dollar, penginapan yang letaknya di jantung kota khatmandu ini punya banyak review positif disebuah situs penyediaan penginapan online, kata lisa. Dilorong-lorong kamar banyak lukisan pemandangan himalaya berjajar, lampu-lampu kuning redup yang sinarnya terpantul dengan dinding dengan cat berwarna merah marun, dan beberapa ornamen lain khas tibet. Kesan hindu klasik masih kental dibeberapa bangunan khatmandu, tidak terkecuali untuk hotel ini.

Setelah selesai menuruni tangga dan tiba dilantai 1, gw liat lisa sudah menyelesaikan urusan pembayaran dan duduk disalah satu sofa ruang tunggu sambil memainkan handphone. Jaket tebal berwarna biru dongker dengan bulu-bulu putih dibagian hoodienya kontras dengan warna kulit lisa dan membuat, ntah menurut gw, lisa keliatan lebih cerah. Celana dan sepatu gunung yang dia pakai sekilas bikin lisa terlihat seperti cewek gunung yang strong, padahal ya nanti yang bakal direpotin juga gw dan budi. Dan alasan kenapa dia lepas jilbab masih belum gw tahu sejak pertama kali bertemu di bandara soekarno hatta dan sekarangpun bukan waktu yang pas buat menanyakan hal ini ke lisa.

"Ayo kita berangkat" lisa yang sadar akan keberadaan gw, budi, dan vivi tiba-tiba berdiri. "Semua udah gw bayar. Gw juga udah mesen taksi buat ke terminal, taksinya lagi nunggu diluar sekarang, bud coba cek dulu supirnya"

"Oke" budi menjawab sambil langsung menuju keluar. Dia, sama seperti gw pakai setelan jaket tebal dan kupluk berwarna biru untuk menahan dingin. Gw? Gw pakai jaket kombinasi hoodie + parasut dengan warna putih dan hijau tanpa kupluk atau

"Ranselnya?" gw langsung mengingatkan lisa tentang ransel yang susah payah gw bawa turun dari lantai 3.

"Ren, tinggal dikit lagi buat nyampe taksi" lisa memelas. "Itu taksinya udah nunggu diluar, ren"

"Fine" gw jawab. "Kalau bukan karena alasan untuk gerak mungkin ini ransel masih gw tinggalin diatas"

"Bodo amat" lisa menjawab sambil berjalan bersampingan dengan vivi yang sibuk memainkan handphone."yang penting dibawain. Eh vi, lu bawa kamera kan?"

"Bawa dong" vivi menjawab sambil tersedikit melirik kearah lisa. Lorong keluar penginapan ini sekarang mulai terasa dingin, suhu diluar mulai terasa masuk dari pintu keluar penginapan. "Nih gw gantungin, gw kan tim foto-foto bareng rendy"

"Sejak kapan kita bentuk tim foto-foto" gw yang berjalan dibelakang mereka protes.

"Ren, sebelum semuanya dimulai gw pengen ngasih tau lu dulu sesuatu." lisa tiba-tiba berhenti dan melirik kearah gw.

"Apa?" gw jawab sambil terpaksa ikut menghentikan langkah karena lisa ada didepan gw. "Apa yang mau lu kasih tau ke gw?"

"Semua bentuk foto yang nanti lu ambil" lisa berkata sambil menatap mata gw "jangan sampai ada yang diupload ke sosmed, satupun jangan sampe. Lagian gw juga gak punya sosmed apa-apa"

"Oke" gw jawab singkat. " udah? Bisa lanjut jalan? Katanya bisnya sebentar lagi berangkat? Kita jam segini aja belum nyampe terminal."

"Lis, cepeeeet" suara vivi terdengar dari luar. Samar terlihat kalau budi dan vivi udah didalem taksi. Budi duduk dikursi depan.

"Jangan arah-arahin kamera kearah gw pokoknya" lisa menambahkan sebelum akhirnya berjalan kembali kearah taksi. Diluar sudah mulai cerah tapi udara masih terasa dingin. Beberapa penduduk lokal mulai melakukan aktifitas. Bendera-bendera kotak persegi berwarna-warni dengan berbagai macam tulisan sangat banyak digantung dilangit-langit jalan antar 2 bangunan. Petualangan di nepal dimulai, hari ini.

Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora