Final Part - Chapter 101

34 0 0
                                    

Chapter 101

"Sekarang jam berapa sih? Gue masih ngantuk" lisa bergumam selama perjalanan menuju poonhill shubuh ini. Tadi jam 4 pagi bisman membangunkan kami semua untuk bersiap melihat sunrise di poonhill sebagai tujuan utama tracking yang gue dan yang lain lakukan ini. Track menuju poohill sama seperti track di ghandruk, didominasi tangga tapi tidak terlalu banyak memakan waktu. "Gue semalem gak bisa tidur"

"Gak bisa tidur kenapa?" gw yang berjalan dibelakang lisa mencoba memberi cahaya ditangga yang lisa naiki. Bisman, vivi, budi, sudah berada beberapa meter didepan sementara dibelakang gue ada beberapa pendaki lain yang sedang mendaki track ke poonhill. Dengan beberapa coklat dan botol minum yang lisa bawa gue rasa cukup buat mengganjal perut selama di poonhill, mengingat sekitar jam 9 nanti gue harus kembali ke penginapan dan melanjutkan perjalanan ke tadapani dan kembali ke pokhara sore harinya menggunakan bus darisana. "Lis lu gak apa-apa kan?"

"Iya gue gak apa-apa" lisa menjawab singkat. "Maaf kalau gue gak terlalu banyak ngomong kemaren, gue bingung aja"

"Bingung kenapa?" gw mencoba menanggapi perkataan lisa. "Iya vivi udah ngomong dikit ke gue semalem, gue jutek? Gue yang minta maaf seharusnya. Tapi lo tau kan gue tetep ngejagain lo, gue tetep jadiin lo prioritas dan gue gak pernah minta macem-macem ke lo. Lis kalau ada yang gak beres ngomong aja"

"Hampir semua hal dihidup gue gak beres rendy" lisa menjawab. "Apalagi kemaren dijalan waktu di ghandruk kita harus kehujanan, kemaleman, liat penampakan yang gak-gak, bayangin coba. Tragis banget. Gue ke nepal kan pengen menenangkan pikiran, eh malah yang ada pikiran gue makin runyam."

"Lis... lo nyesel ke nepal?" gw menjawab sambil mengambil tempat tepat disebelah lisa berjalan. "Coba liat ke atas deh, ini kan yang lo maksud banyak bintangnya?"

Diatas langit tempat gue dan lisa berdiri sekarang terhampar hampir ribuan bintang dengan kelap-kelip yang cantik banget. Gue gak pernah melihat langit dengan jumlah bintan sebanyak dan seindah ini, bahkan gue gak bisa bedain lagi mana yang sirius, mana rasi bintang biduk besar, karena semua sama, berkelap-kelip dengan intensitas yang mirip. Gue gak tau apa budi dan vivi bisa melihat ini tapi yang jelas buat gue ini momen terindah yang gue dapet selama perjalanan tracking.

"Wah, ini ajaib banget sih emang" lisa menjawab sambil menengadahkan kepala keatas langit. "Gue gak pernah liat bintang sebanyak ini. Ntah lah tapi gue gak punya kata-kata yang pas buat ngegambarin keindahan langit sekarang."

"Iya, gak ada lagi yang namanya bintang sendirian" gw menjawab perkataan lisa. "Mereka semua lagi ngumpul diatas sana lis, tuh liat aja posisinya saling deketan"

"Coba foto" lisa mengusulkan. "Lumayan kan buat kenang-kenangan"

"Kamera gue gak bisa nangkep" gw menjawab. "Tadi udah gue coba. Lo aja yang foto pake kamera hape lo ya"

"Gak dapet juga" lisa menjawab setelah beberapa saat kamera flash handphonenya menyala untuk menangkap gambaran bintang di langit. "Kayaknya ini bakal jadi kenangan di memori kita aja"

"Ya udah yuk lanjut" gw mengajak lisa untuk melanjutkan perjalanan. Sekarang bisman, vivi, budi hanya telihat sebagai titik kecil, gw pun gak yakin kalau itu mereka atau gerombolan lain yang sebelumnya berada dibelakang gue. "Lebih enak gitu kan, daripada harus diliat banyak orang, jadi gimana, nyesel?"

"Nyesel sih gak" lisa menjawab dengan nada lemah. "Cuma gue berharap gue bisa kesini sama orang yang bener-bener gue sayang"

"Yaudah nanti balik lagi aja ya" gw menjawab perkataan lisa. "Mudah-mudahan nanti kita bisa kesini lagi, bawa keluarga masing-masing."

"Iya" lisa menjawab lagi.

Langit sekarang semakin terang, setelah hampir setengah jam berjalan, di puncak ujung tangga gw bisa liat budi dan vivi sedang melambaikan tangan dibawah gapura yang persis sama seperti gapura penutup ujung tangga di ghandruk. Yang membedakan adalah gapura di poonhill bertuliskan "Welcome to Poonhills, 3243 m"

"Welcome to poonhills rendy and vivi" bisman menyambut gue dan vivi setelah sampai dipuncak tangga. "We have to walk 10 minutes more to reach the famous spot of poonhills lets go"

Jalanan semakin terang. Jalan setapak yang gue lalui sekarang ini diapit oleh kebun ilalang berwarna kekuningan dengan satu kursi besi ditengah salah satu sisi terhampar. Di kejauhan gue bisa liat beberapa orang mengenakan jaket tebal berkumpul untuk menyaksikan momen matahari terbit dari salah satu puncak di himalaya.

"Dhaulagiri, Annapurna, Machapucare, we can see all of them from poonhill" bisman tiba-tiba berkata. "Beautifull right? Himalaya consist of a lot of mountain and Dhaulagiri is the tallest one we can see from here."
"Dhaulagiri?" lisa bertanya. "How high? Is the name dhaulagiri has a meaning?"

"About 5000 m" bisman menjawab."no, its just nepali language and it has no meaning, but machapucare is an fishtail in english version, because its looks like a tail of fish from here"

Embun embun pagi masih terlihat disepanjang kanan kiri ilalang yang gue lewatin. Udara pagi dihimalaya terasa sejuk. Bintang-bintang ini diatas mulai berganti dengan awan-awan tipis bersama dengan masuknya cahaya matahari pagi.

"And here we are, Poonhill" bisman berkata sambil membentangkan kedua lengan dan tersenyum kearah gue, lisa, vivi, dan budi. "We can buy a hot chocolate while waiting for the sun to rise"

"Thats a good idea" vivi menjawab dengan antusias. "Ada yang mau coklat panas?"

"Pesenin semua aja vi." budi menjawab. "Ya udah yuk beli bareng gue nanti susah bawanya lagi"

Poonhill, yang beberapa bulan lalu cuma bisa gue liat di internet, sekarang bisa gue liat langsung dengan mata kepala gue sendiri. Sebuah tanah kosong berukuran satu lapangan bola ini punya menara pos ditengah dengan ketinggian 5 meter. Dibawah menara pos terdapat banyak kursi-kursi besi berjajar dan sudah dipenuhi oleh rombongan turis lain yang gw taksir berasal dari China.

Puncak annapurna, yang berada disebelah kiri, mulai terlihat. Cahaya matahari mulai malu-malu menyinari beberapa spot dan gue tersadar kalau ada lapisan salju tipis ditanah yang sedang gue injak sekarang.

"Lisa liat ini salju" gw mencoba menggemgam sedikit salju tersebut dan gue berikan ke lisa. "Coba pegang deh"

"Wah iya" lisa menjawab. "Gak heran sih suhu disini dingin banget, ghandruk plus hujan aja gak sedingin ini, kemungkinan sih udah dibawah 5 derajat suhu disini sekarang. Coba lo yang pegang, lepas dulu sarung tangan lo"

"Gak perlu nyuruh lepas sarung tangan pake nada iseng lo juga" gw menjawab perkataan lisa sambil membuang gumpalan salju yang mulai mencair ditangan gue. Setelah melepas sarung tangan, gw mencoba memungut beberapa genggam salju lagi dan sensasinya mirip sensasi memegang es serut. "Dingin kayak megang es, tapi kan salju emang es ya"

"Goblok gak ilang-ilang heran" lisa menjawab perkataan gue. "Gue nunggu disini aja ya, gak bakal banyak foto-foto"

"Iya terserah." gw menjawab singkat sambil melihat kearah kejauhan kalau vivi dan budi sedang kembali membawa 5 gelas kecil coklat hangat. "Gue sih mau foto-foto bareng vivi"

"Nih coklatnya" budi dan vivi datang sambil memberikan coklat ke gue, lisa, dan bisman. "Gue disini dulu aja vi nemenin lisa, kalian kalau mau foto-foto duluan aja nanti gue nyusul."

"Yakin bud?" vivi bertanya ke budi tentang ajakan dia. "Yaudah gue sama rendy duluan aja kesana ya, mau nunggu sunrise deket annapurna aja, tuh siluet siluet cahaya matahari mulai kelitan disana. Yuk ren"

"Yuk" gw jawab ajakan vivi sambil melihat kalau vivi benar, sekitar 15 atau 20 menit lagi matahari bakal terbit. siluet -siluet cahaya dari balik annapurna mulai terlihat. Indah sih ini.

Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]Where stories live. Discover now