Mauren sedang bermalas-malasan di tempat tidur. Dia baru selesai beres-beres rumah. Dia dan Tria berbagi tugas dari menjaga bayi dan mengurus rumah. Kalau Mauren beres-beres rumah, Tria memasak. Kalau Tria menyetrika, Mauren mencuci pakaian dan menjemur. Begitu seterusnya.
Mauren memiliki banyak waktu sendiri kalau Alex datang. Anak-anak fulltime bersama Alex. Seperti sekarang ini, Alex membawa mereka bermain sepeda dan skateboard di lapangan. Alex mengajari banyak hal, sehingga anak-anak tidak pernah bosan.
Alex mengajak Mauren ikut, tetapi wanita itu menolak dengan alasan rumah sangat berantakan seperti kapal pecah. Alex tidak bisa memaksa, akhirnya mereka bertiga pergi dan anak-anak beberapa kali menoleh ke belakang. Berharap Mauren mau ikut bergabung.
Mauren melambaikan tangan dengan senyum lembut. Dia menutup pintu setelah anak dan suaminya pergi jauh sampai tidak terlihat lagi. Kemudian dia lanjut bersih-bersih sampai beres.
Mauren juga menyempatkan tidur sebentar. Kamarnya sangat nyaman dengan sprei, sarung bantal dan bed cover bersih baru ganti. Tidak ada mainan yang berserakan di setiap sudut rumah karena ulang anak-anaknya.
Wanita itu terjaga mendengar suara bayi memanggil-manggil dari lantai bawah. Mauren menggeliat dan meregangkan badannya. Kemudian mengecek jam digital di samping tempat tidurnya.
"Mommy..." Suara Star meninggi karena Mauren tidak merespon.
"Mommy, Allet bawa unga." Tambah Scarlett bersusah payah.
Mauren keluar dari kamar dan anak-anak sangat heboh. Mereka berusaha menaiki tangga, tetapi Mauren menghentikannya. Wanita itu turun tangga buru-buru dan kembali tersenyum lebar.
"Mommy, unga." Ujar Star dan Scarlett berbarengan.
Kedua bayi itu menggenggam tangkai bunga dengan kedua tangan sembari menyerahkan untuk Mauren.
"Dali Daddy." Lanjut keduanya.
Mauren mencari keberadaan Alex. Dia melihat lelaki itu masuk rumah sambil tersenyum. Mauren segera mengalihkan pandangannya pada anak-anak dan menerima bunga-bunga tersebut.
"Terima kasih, sayang." Ucap Mauren sembari memeluk dan mencium mereka gantian.
"Unga dari Daddy uat Mommy." Jelas Scarlett.
"Petik bunga dari mana, Hem?" Tanya Mauren penasaran.
"Jauh. Sana." Kata Star berusaha menunjukkan tempat dengan telunjuk kanan mengarah pintu.
"Terima kasih, sayang. Anak cantiknya Mommy." Mauren terkekeh dan kembali mengecup gantian. Dia juga menghirup aroma bunga yang harum dan tersenyum sembari melirik Alex sedang memperhatikan mereka dari sofa.
Star dan Scarlett membalas kecupan Mauren. Mereka juga memeluk leher wanita itu dan menyandarkan pipi di bahunya.
"Main apa tadi sama Daddy?" Tanya Mauren lagi.
"Main..."
"Em ain."
Star dan Scarlett berlari pada Alex. Meminta skateboard lalu menunjukkan pada Mauren. Alex mengacak rambut mereka gemas.
"Bisa?"
"Em... Terbang." Jawab Star.
"Ini atit. Atuh." Scarlett menunjukkan luka di kakinya.
"Ini, dalah." Star juga menunjukkan lebam biru di tangannya.
Mauren menunjukkan wajah sedih. Dia sampai duduk di lantai dan memeriksa badan bayi-bayinya. Bukan luka pertama yang mereka dapatkan saat bermain. Tetapi bayi-bayi itu tidak kapok.
Mauren mengelus-elus lukanya sayang kemudian mengecup. "It's okay, sayang. Sebentar lagi sembuh." Ucapnya menenangkan.
"Ini."
"Mommy, ini."
Star dan Scarlett berlomba menunjukkan luka di badan masing-masing agar mendapatkan kecupan ajaib dari Mommy. Bagi mereka, kalau Mommy sudah mencium lukanya, nanti akan langsung sembuh.
Mauren terkekeh, anak-anaknya curang. Tidak ada luka, mereka hanya asal menunjukkan. Tetapi Mauren tetap mengecup lembut dan mengelus-elus sayang.
"Daddy, ini agi." Tunjuk Scarlett pada Alex yang menghampiri mereka.
Alex juga melakukan hal yang sama seperti Mauren. Mengecup yang ditunjukkan bayi-bayi itu membuat anak-anak tergelak karena Alex sekalian menggelitiki mereka.
"Ayo kita mandi dulu." Ajak Mauren.
"Sama Daddy." Jerit bayi-bayi itu.
"Ayo mandi!" Ajak Alex semangat.
"Ayooo..."
Mauren tersenyum dan membiarkan Alex membawa mereka ke kamar mandi. Waktunya bersih-bersih dan menyudahi main di luar rumah.
***
A
lex tersenyum lemah dengan ekspresi kedua bayinya. Alex menggendong Star dan Scarlett dengan kedua lengannya. Kedua bayi itu memeluk leher Alex dengan wajah cemberut. Bibir kecil mereka mengerucut lucu serta titik-titik air mata sesekali mengalir.
"Daddy cuma sebentar." Bujuk Alex lembut.
"Mau."
"Nga mau."
Star dan Scarlett menggeleng keras kepala. Mereka tidak mengijinkan Alex pergi. Sejak lelaki itu siap-siap, bayi-bayinya menunggui, kadang mengganggu dan mengeluarkan lagi isi kopernya.
Alex jadi tidak tega, terutama wajah-wajah polos bayi itu memandang aktivitasnya menyusun pakaian.
"Daddy kerja sebentar aja. Nanti Daddy datang lagi."
"Nga mau."
"Mau."
Star dan Scarlett kompak menolak. Keduanya menyandarkan badan pada bahu Alex. Tidak mau melepaskan lelaki itu, mereka tidak mau ditinggalkan lagi.
Anak-anak mulai mengerti ditinggalkan. Mereka berjaga-jaga kalau Alex tiba-tiba pergi. Tetapi, sekarang bayi-bayi itu tidak lagi mengeluarkan suara tangisan yang kencang. Mengamuk saat ditinggal pergi oleh Alex.
"Nanti kalau Daddy udah sampai. Daddy telpon, okay."
"Mau."
"Mau..."
Alex meringis. Dia juga tidak mampu memaksa bayi-bayi itu lepas dari lengannya. Alex duduk di pinggir ranjang dan mendudukkan mereka di pangkuannya. Mengecup bergantian dan mengelus-elus badan mereka dengan lembut.
"Di sini di temani sama Mommy dan Mba Tria."
"Mau."
Star dan Scarlett tidak bisa dibujuk lgi.
"Mau bobo sama Daddy." Ucap Scarlett.
"Ditemenin sama Mommy dulu."
"Mau." Alex malah terkekeh. Dia membiarkan anak-anak tenang di pangkuannya.
Sampai akhirnya Mauren datang. Wanita itu memandang Alex dan anak-anak tajam. Alex sangat lama, taksi sudah datang di depan rumah.
"Kenapa?" Tanya Mauren.
"Mereka udah ngerti." Jawab Alex. "Nggak mau dibujuk."
Mauren mengulurkan kedua tangannya. Tetapi kedua bayi itu tidak mau pindah ke gendongan Mauren. Bayi-bayi itu menjerit tidak mau, mereka mengerat pelukan pada baju Alex.
"Mau anter Daddy sampai airport?" Tanya Mauren membujuk.
"Mau."
Scarlett dan Star menggeleng lalu menangis sedih sampai air mata mereka mengalir membasahi pipi. Mauren dan Alex saling memandang.
"Nanti Daddy datang lagi. Daddy telpon lagi" Mauren tidak patah semangat membujuk mereka.
"Mau."
"Kamu mau?" Tanya Alex sedikit kaget.
Mauren mengangguk, dia keluar dari kamar dan menemui driver taksi. Dia membatalkan taksi dan memberikan uang sebagai gantinya. Mauren memutuskan mengantar Alex sampai bandara agar anak-anaknya mau melepaskan lelaki itu.
Alex menggendong kedua bayinya dengan satu tangan. Sedangkan tangan satu lagi menggeret koper. Mauren mengambil koper tersebut dan memasukkan ke dalam bagasi. Sedangkan Alex membantu anak-anak duduk di set car jok belakang. Anak-anak protes lepas dari gendongan Alex, tetapi keduanya akhirnya diam karena lelaki itu duduk di jok setir.
Mauren juga duduk di samping Alex setelah meninggalkan pesan untuk Tria. Kemudian mereka pergi ke airport. Sepanjang jalan anak-anak mengoceh, mereka sangat senang mengira akan pergi liburan.
Bayi-bayi itu sangat antusias bertemu orang banyak. Mereka berjalan sambil berpegangan tangan. Kemudian Alex mengangkat keduanya duduk di dalam troli.
"Makan dulu bentar ya." Ajak Alex.
"Iya." Mauren setuju.
Mereka mampir ke sebuah restoran. Alex mendudukkan bayi-bayinya di kursi seat Restoran. Memesan beberapa makanan membuat bayi-bayi itu hampir lupa tujuan mereka ke airport. Star dan Scarlett tampak menikmati makanan manis yang diberikan oleh Alex.
Alex dan Mauren mengobrol beberapa topik santai. Mereka lebih fokus pad anak-anak sampai pengeras suara mengumumkan keberangkatannya.
Alex memandang Mauren dan menggenggam tangannya. "Terima kasih sudah mengantar aku sampai sini." Ucapnya tulus.
"Sama-sama." Jawab Mauren pelan.
"Kamu hati-hati pulangnya."
"Iya."
Alex tersenyum lalu mereka keluar dari restoran. Mereka berjalan pelan-pelan dan dilalui orang-orang. Mauren menghentikan langkah tepat di titik pembatas.
Alex menunduk dan mengecup bayi-bayinya. "Jangan bandel sama Mommy ya." Pesan Alex. "Daddy cuma pergi sebentar. Nanti pulang lagi."
"Em." Akhirnya bayi-bayi itu menurut dan mengangguk patuh. Mereka mengecup pipi Alex bergantian, kemudian memeluk erat lehernya.
Alex berdiri sambil mengacak rambut bayi-bayinya. Kemudian memandang Mauren dalam. Perpisahan yang meskipun hanya sementara tetapi makin lama makin berat.
Alex memeluk Mauren dan mengecup dahinya. "Kabari kalau ada apa-apa."
"Iya."
"Jangan pendem sendiri."
"Iya."
Alex mengangguk dan tersenyum kaku. "Aku pergi." Alex melepas tangan Mauren pelan-pelan. Sangat berat meninggalkan mereka.
"Hati-hati." Pesan Mauren pelan membuat semangat Alex terdongkrak.
"Iya." Jawab Alex patuh. Alex kembali berjongkok untuk mencium bayi-bayinya. Kemudian pergi dengan langkah berat.
"Daddy.... dadah."
"Daddy..."
Star dan Scarlett melambaikan tangan dengan wajah sedih. Alex tersenyum dan membalas lambaian tangan mereka.
"Daddy, hati-hati." Ucap Mauren mengajari anak-anak.
"Daddy, tiati."
"Tiati, Daddy."
Star dan Scarlett meninggikan suara serta mengangkat lambaian tangan tinggi-tinggi. Alex tersenyum lebar kemudian memutar badannya memasuki ruang bandara.
Mauren menggenggam masing-masing tangan bayinya. Mereka bertiga terdiam, memandang arah perginya Alex meski tidak terlihat lagi. Mauren dan bayi-bayi itu baru pertama kali mengantar Alex pulang setelah hampir satu tahun mereka tinggal di sana.
***
Jakarta, 04 Januari 2022
Udah mau nganter sampe airport.
Next bakal apa lagi nih?
Ada yang bisa nebak?
Bakal lancar dan makin baik.
Atau malah anjlok nih?
Next?
⚠️Spam komen sebanyak-banyaknya, tar malem di update lagi!⚠️
Kalo banyak, bakal update!
Jangan lupa baca di Karyakarsa yak. Voucher jangan lupa juga. Karena bentar lagi bakal hangus nih.