Rindu adalah hal yang sangat menyiksa dari apapun. Rindu pada seseorang yang tak bisa dimiliki bahkan ditumui lagi. Rindu pada kenangan yang dilalui bersama-sama. Rindu bercanda tawa, bertengkar dan kemudian balikan lagi. Rindu pelukannya yang hangat dan menenangkan.
Ketika ingin mengulangi masa itu lagi. Menyadarkan bahwa waktu dan keadaan bukan lagi sama. Alhasil, hanya bisa meratapi masa lalu yang indah dan pelan-pelan melupakannya.
Mauren tersenyum melihat Biru, Ida dan Violet sedang berlari di bibir pantai. Bercanda tawa dengan riang gembira, seolah-olah tidak ada beban dalam hidup mereka bertiga.
Terakhir kali bertemu dengan Biru, dia adalah lelaki pendiam dan serius. Tetapi beberapa minggu tidak bertemu dengannya, Biru menunjukkan sosok lain dari dalam dirinya. Violet yang selalu diacuhkan, sekarang mereka berdua sangat akrab.
Biru yang mendung Violet mengunjungi rumah Mauren. Dia juga datang menyusul di hari sabtu pagi. Menggeret sebuah koper dan meminta ijin supaya Mauren membiarkannya tinggal di sana bersama Violet.
Sungguh luar biasa. Sepertinya Biru telah berubah untuk Violet. Sekarang dia sedang menggendong Violet di punggungnya setelah puas siram-siraman. Pakaian ketiganya basah, namun tak menghentikan mereka.
"Eugh!" Mauren kaget dan menjauhkan wajahnya. Alex tiba-tiba mencium pipi Mauren dan membingkai wajahnya. Mauren segera menghindar tetapi lelaki yang sejak tadi bersamanya bersikukuh.
Mauren mengibaskan tangan Alex sekali lagi. Dia meraba pipi dan menyadari air mata yang entah sejak kapan meluruh.
Alex memaksa Mauren menurut. Dia memeluk wanita itu erat dan mengelus-elus punggungnya. Tidak ada amarah yang ditunjukkan oleh Alex meskipun dia tahu isi pikiran Mauren sedang memikirkan Andreas.
Dia rindu lelaki itu saat melihat Biru dan Violet bermain di bibir pantai. Berlari seperti anak kecil dan kemudian ambruk karena lelah. Mauren tak akan pernah bisa kembali pad masa itu.
Perasaan sentimentil menguasai hati Mauren. Makin hari makin labil, hanya Andreas yang ada di pikirannya. Apapun yang dia lihat dan pernah mereka lalui, Mauren langsung baper sampai tidak sadar mengeluarkan air mata.
Pelukan Alex secara berangsur-angsung membuat Mauren lebih tenang. Dia menyeka wajahnya dan membuat jarak dengan Alex.
"Kamu okay?" Tanya Alex lembut.
"Iya." Mauren menjawab singkat. Tidak malu menunjukkan perasaannya secara terang-terangan.
"Baiknya kita pulang sekarang." Ajak Alex kemudian. Mereka berdua duduk di bawah pohon yang rindang. Pasir yang dilapisi tikar dan beberapa jenis makanan manis menemani acara piknik.
"Aku nggak apa-apa." Mauren menolak sekali lagi. Memastikan wajahnya benar-benar kering meskipun kedua mata memerah.
Alex terdiam dan memandang Mauren sendu. Dia tersenyum tipis namun kaku. Perasaan Alex tak keruan, Hancur untuk kesekian kalinya dengan fakta perasaan Mauren yang sampai sekarang belum bisa melupakan Andreas.
Alex mengambil tangan Mauren dan menggenggam erat. "Aku masih menunggu kamu ikut pulang." Ucap lelaki itu untuk menarik perhatian Mauren.
Mauren tetap menolak. Dia menggeleng dan berusaha menarik tangannya. Mauren mengalah karena Alex memaksa, tidak melepaskan tangan Mauren dari genggaman tangannya yang hangat.
Masih sehangat dulu. Air mata Mauren kembali meluruh. Kali ini bercampur aduk bukan hanya untuk Andreas, melainkan pada Alex yang selalu bersikukuh.
"Aku mau pulang."
Mauren tak kuasa berlama-lama di sana. Tidak ingin merusak acara liburan Mauren dan Viola. Alex segera menurut dan membantu Mauren berdiri. Alex tidak mengabari pada ketiga orang itu karena mereka terlalu fokus bermain.
"Mereka..."
"Aku akan kirim mobil buat jemput mereka." Jawab Alex menjawab kerisauan Mauren.
Akhirnya keduanya pulang. Sepanjang perjalanan tidak mengeluarkan suara. Mauren memandang keluar jendela dengan pikiran berkelana jauh. Sedangkan Alex fokus menyetir dan sesekali melirik Mauren.
Hari sudah sore, Mauren langsung mandi dan bersih-bersih begitu mereka sampai di rumah. Sedangkan Alex menunggu dan membantu dengan sigap. Meskipun Mauren menolak dengan keras, Alex juga memaksa seperti biasa.
"Besok aku ikut pulang." Ucap Mauren tiba-tiba setelah dia selesai mandi.
Alex sampai kaget mendengarnya. Dia memandang Mauren serius dan berakhir memeluknya erat. Alex sangat senang dan lega luar biasa. Akhirnya Mauren mau ikut pulang dengannya.
***
Alex tersenyum dengan wajah berseri-seri. Tidak melepaskan tautan tangannya dari Mauren barang sebentar saja. Alex mendorong trolley barang yag berisi koper kecil milik mereka berdua.
Mereka pulang menaiki taksi. Selama perjalanan, Alex benar-benar protect pada Mauren yang sedang mengandung dua anaknya. Bagi Mauren, Alex sangat berlebihan. Dia terbiasa melakukan kegiatannya sendiri, bahkan berbelanja ke supermarket dan mendorong trolley.
Sesampainya di apartemen Alex. Jantung Mauren berdentam kencang. Selalu saja merasakan hal yang sama setiap kali kembali ke tempat itu. Dia mengeratkan tangan Alex sehingga lelaki itu berhenti dan mengerutkan dahi.
Perasaan bercampur aduk yang didominasi luka menyanyat perasaan Mauren. Dia tidak ingin kembali ke sana, tetapi Mauren juga tidak mau merepotkan Alex. Setiap kali Alex memintanya pindah, Mauren menolak keras.
Alex tersenyum dan mengajak Mauren melanjutkan langkah mereka. Menggenggam tangan wanita itu lembut dan mengalirkan rasa hangat terlindungi.
"Kenapa kamu nggak mau setiap kali aku ngajak kamu pindah dari sini?" Tanya Alex.
Mauren menggelengkan kepala. "Aku nggak mau kemana-mana."
"Baiklah." Alex mengalah. "Kamu mau langsung istirahat atau mandi dulu?"
"Mandi." Alex membantu Mauren berdiri dan meloloskan pakaian wanita itu. "Aku bisa sendiri." Tidak ada maksud lain selain membantunya. Tetapi Mauren merasa risih dan terus-terusan menolak.
Meski demikian, perasaan Alex juga bercampur aduk tak keruan. Ingin berharap Mauren akan kembali lagi padanya. Namun, meskipun jarak mereka sangat dekat, ada tembok kokoh tak kasat mata yang tiap waktu dibangun oleh Mauren.
"Aku akan pesen makanan." Alex mengecup puncak dahi Mauren.
Alex sangat sibuk. Dia menyiapkan air untuk Mauren mandi. Kemudian memesan makanan. Menunggu Mauren selesai makan dan segera lanjut makan kemudian istirahat.
Mauren keluar dari kamar dalam keadaan segar. Dia menurut pada Alex yang menuntunnya duduk di meja makan. Apartemen itu masih sama, tidak ada yang berubah kecuali umur mereka.
Mauren pernah duduk di kursi yang sama dalam keadaan hamil besar. Tiba-tiba bikin perasaan Mauren aneh. Dia segera menyelesaikan makan dan pergi ke kamar.
"Aku mau nemenin kamu istirahat." Ucap Alex karena Mauren menunjukkan keengganan. Alex mengelus-elus kepala Mauren, dia duduk di pinggir ranjang dan menunggui sampai wanita itu tidur.
***
Jakarta, 22 Agustus 2021
Apakah ini pertanda Mauren bakal balikan lagi sama Alex?
Keknya dia udah mulai tergugah sama kelembutan dan kesabaran Alex tuh
Udah mau di ajak pulang :)
Spam 1k komen update tgl 26 =>
Btw cerita Biru dan Violet udah release yak :)
Judul : Noktah (21+)
Genre : Dewasa
Kalian bisa baca di lapak sebelah
Kalau kalian pengin baca duluan bisa langsung melimpir ke Karyakarsa.
Udah update spart 1 - 4 dalam satu part.
Isinya sama, cuma beda waktu update aja kok. Di Karyakarsa lebih cepet update dari pada di Wattpad.
Oh iya, High School Series juga udah update yak 🤗
Buat yang penasaran kisah Oren dan Alex masa muda. Bisa baca di Karyakarsa