Rose sangat senang saat mengetahui Mauren tidak lagi di ruangan Alex. Wanita itu masih berusaha agar Alex melirik Shappire sebagai istrinya. Kesempatannya menyuruh gadis muda itu menjaganya semalaman di rumah sakit.
Sayangnya Alex tidak mengijinkannya. Dia menyuruh mereka semua pergi tanpa perlu ada yang menemaninya. Rose sangat kesal, tapi tidak bisa menang dari Alex. Lagi pula keadaan Alex sudah jauh lebih baik, setelah pemulihan dia sudah bisa pulang.
Alhasil, setelah Biru dan Violet pulang. Tinggal Alex sendiri di ruangannya. Dia duduk lama dan terdiam. Pikirannya berkelana jauh tentang Mauren. Keadaan Mauren, tentang kehamilannya benar-benar mengusik Alex sampai tidak bisa tenang.
Tanpa Mauren, dia merasa hampa. Alex bahkan tidak bisa tidur untuk mengusir rasa bosan. Dia merindukan Mauren, ingin mereka mengobrol tentang masa depan dan calon anak-anak. Ingin mengusap perut Mauren seperti tadi. Entahlah, Alex sangat menyukainya. Bahkan saat kehamilan Britney, setelah dia mulai menerimanya. Alex sangat senang memeluknya, meletakkan wajahnya di perut buncit Mauren.
Dia menghela nafas kasar lalu mengambil posisi berbaring. Mengecek ponselnya dan sampai saat ini tidak ada respon dari Mauren. Dia hanya membaca pesan yang Alex kirim tadi sore. Telponnya juga tidak di angkat, Mauren benar-benar mengabaikan Alex setelah dia pergi bersama orang suruhannya.
Mauren berada di hotel yang sudah disiapkan oleh Biru. Laporan terakhir dari pantauan orang suruhannya, Mauren ada di kamar hotel sejak siang. Dari layanan hotel juga mengabarkan kalau Mauren baik-baik saja.
Alex mencoba menelpon Mauren lagi. Ingin mendengar suaranya, setidaknya Mauren mengabari kalau dia aman tinggal di hotel tersebut. Alex menunggu dengan sabar sambungan itu barangkali terhubung. Namun, hasilnya nihil. Mauren tidak meresponnya, Alex melihat kontak Mauren sedang online.
Ada rasa kesal dan menyesal membiarkan Mauren ke hotel. Kalau Mauren tetap bersamanya, dia akan terus menolak ajakannya. Alex berharap, semoga Mauren benar-benar memikirkan ajakannya dan memberikan satu kesempatan lagi.
Alex sudah minum obat yang biasanya membuatnya mengantuk. Tapi, kali ini dia tidak merasakannya. Masih menunggu sebentar lagi, barangkali Mauren mau sekedar membalas pesannya.
Sayangnya, sampai tengah malam tidak ada kabar dari Mauren. Alex ketiduran oleh pengaruh obat. Ponselnya berada di sampingnya, kalau Mauren mengirim pesan atau menelpon langsung bisa dilihat.
Sampai keesokan harinya, Alex bangun dan langsung mengecek ponsel. Masih sama seperti kemarin, tidak ada kabar dari Mauren. Hanya dari orang suruhannya saja yang mengabarkan tentang kondisi Mauren.
Alex menghela nafas panjang, pagi ini adalah hari yang paling tidak bersemangat baginya setelah bangun. Kembali merasa hampa, tidak ada Mauren yang dia pandangi setiap pagi. Menungguinya bangun hingga siang sembari memperbaiki selimut yang tersingkap dan berantakan.
***
Saat Mauren bangun, perasaannya masih kacau seperti kemarin. Dia berdiam diri di atas ranjang sambil memandang bangunan pencakar langit di tengah-tengah kota. Dia tidak bisa tidur nyaman di salah satu hotel terbaik di Ibu Kota yang disiapkan oleh Alex.
Mauren tidak bisa tidur sampai tengah malam. Dia menangis sampai wajahnya membengkak. Menyayangkan nasibnya yang tidak perbaik berakhir baik. Dari dia kecil sampai sekarang, Mauren merasa sama saja.
Dia mengira, setelah berpisah dengan Alex. Dia bisa memulai hidup baru dan menemukan kebahagiannya. Namun, hanya sebentar saja Mauren merasakannya. Hidupnya kembali berantakan seperti dulu.
Demi apapun, Mauren sangat merindukan Andreas. Hanya pada lelaki itu dia merasa nyaman dan dicintai. Mauren menjadi orang normal pada umumnya, saling menghargai dan mengasihi. Mauren sangat mencintainya, semua kekacauan dalam hidupnya perlahan terkikis berkat Andreas.
Tapi semua telah berubah. Mauren tidak memiliki keberanian untuk menemuinya lagi. Mauren tidak sanggup melihat kecewa dan terluka Andreas. Meskipun selama ini yang Mauren lakukan untuk Andreas. Agar lelaki yang dia cintai itu tidak mendapatkan masalah yang lebih banyak lagi dari Alex.
Bersikukuh dan membongkar semua adalah bukan pilihan tepat bagi Mauren. Dia tidak sanggup kalau Andreas akan menyalahkan dirinya lagi. Lelaki hangat itu biarlah tetap menilai Mauren sebagai wanita yang tak pantas untuknya.
Ting!
Mauren tersadar dari lamunannya. Ponselnya berbunyi lagi, pesan dari Alex yang kesekian kalinya. Mauren menyeka wajahnya dan air mata kembali mengalir. Dia juga bangun dengan hati-hati untuk membukakan pintu pada layanan hotel yang mengantar makanan.
Mauren membuka pintu lebar dan mempersilahkan dua orang masuk dan menyiapkan makanannya. Mereka menunduk sopan dan mempersilahkan Mauren makan tanpa berani ingin tahu dengan keadaannya yang berantakan serta wajah bengkak.
"Terima kasih." Ucap Mauren pelan. Lalu keduanya pergi.
Mauren terjaga sejak subuh. Tidak bisa memejamkan mata lagi. Dia menyingkap tirai dan memandang matahari sampai meninggi. Mauren merasa pusing, memejamkan mata beberapa saat tapi tak kunjung bisa terlelap.
Tidak seperti saat di rumah sakit. Mauren tidur sangat nyaman dan bangun selalu siang. Di atas brangkar yang tidak nyaman harus berbagi lagi dengan Alex jauh lebih baik dibandingkan dengan hotel.
Masalah membuat semua keadaan berubah.
Beberapa hari kemudian keadaan Mauren mulau membaik. Dia juga tidak berantakan seperti awal-awal pindah ke hotel. Mauren sudah memutuskan yang terbaik, dia bersiap-siap pergi ke rumah sakit lagi.
Mauren datang tanpa kabar. Dia juga tidak pernah merespon Alex, Mauren benar-benar fokus memikirkan langkah apa yang selanjutnya dia tuju agar tidak lagi jatuh ke lubang yang sama.
Alex kaget menemukan Mauren tiba-tiba masuk ke ruang inapnya. Dia sedang makan, langsung berhenti dan meminta perawat untuk membereskannya serta meninggalkan hanya mereka berdua saja di dalam.
Alex tersenyum, dia juga merasa lega melihat keadaan Mauren secara langsung. Kodisinya jauh lebih baik dari pada sebelumnya. Alex mengajak Mauren duduk di atas brangkar, tapi ditolak cepat oleh wanita itu.
Mauren menjaga jarak dengannya, membuat Alex harap-harap cemas. Mereka berakhir duduk di sofa saling berseberangan. Mereka diamcukup lama, Alex menunggu Mauren yang bicara duluan. Dia menunjukkan kalau Alex yang sekarang telah berubah. Menghargai Mauren dan tidak semena-mena lagi.
"Aku setuju menikah setelah kamu keluar dari rumah sakit." Ucap Mauren langsung pada intinya, membuat Alex kaget sekaligus bahagia. "Aku punya syarat."
Senyum Alex mendadak sirna. "Apa?"
"Aku hanya mau menikah di kantor catatan sipil. Setelah anak ini lahir, kita cerai. Buku nikah aku yang pegang. Kamu nggak boleh menuntut hak asuh. Hubungan kita berakhir setelah mereka lahir. Aku akan bertanggung jawab membesarkan mereka." Jelas Mauren dalam sekali tarikan nafas. "Aku juga nggak mau satu atap sama kamu. Nggak ada hubungan badan. Kamu nggak bisa melarang atau ikut campur dengan urusan aku."
"Kamu mau tinggal dimana?" Tanya Alex pelan.
"Setelah menikah, aku mau langsung ke Bali. Aku akan tinggal di sana. Aku akan mengabari perkebangan mereka sekali seminggu. Kamu bisa datang berkunjung paling lama dua hari."
"Aku nggak setuju!" Alex keberatan.
"Kalau kamu keberatan, kesepakatan ini batal!"
"Mauren."
"Aku nggak maksa kamu. Kamu juga nggak bisa maksa!"
"Kenapa harus ke Bali? Kamu bisa memilih di apartemen atau rumah."
"Pilihanku sudah tepat!" Kukuh Mauren. "
"Baiklah." Alex mengalah dengan lesu.
Mauren mengeluarkan sebuah amplop coklat dari tas dan meletakkan di atas meja. "Ini poin-poin perjanjian. Kamu boleh ngasih tambahan, tapi nggak bisa ngubah yang tadi aku sampaikan."
Alex membaca perjanjian yang sudah Mauren siapkan. Perjanjian lagi setelah yang sebelumnya berakhir berantakan.
"Ini apa? Kamu mau pergi lagi setelah melahirkan?" Tanya Alex menunjukkan salah butir perjanjian.
Mauren menganggukkan kepala. "Iya."
"Kemana?"
"Kamu nggak perlu tahu."
"Aku keberatan. Aku akan menafkahi kamu dan anak-anak sampai kapan pun, kamu nggak bisa mengaturnya hanya sampai mereka berumur paling lama satu tahun."
Aku nggak perlu nafkah dari kamu. Aku bisa membesarkan mereka. Mereka nggak akan kekurangan apapun." Jelas Mauren bersikukuh. "Setelah mereka dewasa, aku membiarkan mereka mengunjungi kamu. Kamu tetap daddy mereka."
"Mauren."
"Baik, kalau nggak ada lagi yang membuat kamu keberatan. Tolong langsung ditandatangani."
Alex memandang Mauren tajam dan mengabaikan kontrak perjanjian. Wanita itu tampak kuat dan teguh pendirian. Tidak memberikan kesempatan pada Alex untuk mempora-porandakan hidupnya lagi.
***
Jakarta, 21 Juni 2021
Trauma itu nggak main-main :(
Tulis 1k komen untuk Mauren dan Alex akan nikah di part selanjutnya.