Sejak Alex bangun, Mauren merasakan sebuah perubahan yang cukup besar dalam dirinya. Mungkin pikiran Mauren yang tenang dan lega setelah Alex bangun atau hormon kehamilannya yang mulai mendominasi.
Mauren selalu bangun paling akhir. Tiap bangun, sudah pasti ada yang menjenguk Alex di ruangannya. Termasuk Biru yang akhir-akhir ini datang siang untuk membicarakan pekerjaan. Meskipun Alex belum sembuh total dan belum keluar dari rumah sakit, namun dia tetap melakukan pekerjaannya dibantu oleh Biru dan Violet.
Hanya Mauren yang terlihat santai-santai. Tiap bangun sudah ada makanan yang disiapkan di atas meja. Lalu dia dan Alex makan bersama, lelaki itu selalu menungguinya bangun. Menyelimuti tubuh Mauren sehingga tidurnya pulas dan nyaman.
Mauren juga pernah bangun tanpa ada Alex di sampingnya. Mereka duduk di sofa sedang membicarakan pekerjaan. Mauren sama sekali tidak menyadari kedatangan mereka. Tidurnya sangat pulas sampai-sampai tak terganggu sedikitpun.
Mauren menolak Alex yang ingin mengganti brangkar di kamar inapnya dengan ukuran jumbo. Tentu saja agar Mauren nyaman dan tidak kesempitan. Alex tidak mengijinkan Mauren pulang atau tidur di sofa. Ingin mereka selalu bersama setiap saat.
Mauren meninggalkan Alex di ruangannya bersama Biru sedang bicara serius soal perusahaan. Alex tampak stress dengan berita yang disampaikan oleh Biru mengenai perusahaan mengalami kerugian yang tidak sedikit.
Alex memiliki tugas lebih berat setelah ini. Biru dan Violet tidak bisa menanganinya. Kesempatan itu digunakan oleh Mauren keluar dari ruangan Alex mengunjungi dokter kandungan yang masih satu gedung dengan tempat lelaki itu di rawat.
Mauren bertemu dengan dokter yang menanganinya baru keluar dari ruangan pasien seteah melakukan kunjungan. Dokter itu menyapa Mauren dengan ramah dan mereka mengobrol ringan mengenai kandungannya.
Di dalam ruangan, kandungan Mauren sedang diperiksa oleh dokter tadi. Mauren tersenyum sambil menoleh ke samping, memandang pada layar monitor melihat perkembangan anak kembarnya.
Kedua bayinya berkembang normal sebagaimana semestinya. Mauren sangat senang mendengarnya, kehamilan ini sangat jauh berbeda dengan yang dulu. Mauren berusaha semaksimal mungkin menjaga kandungannya.
"Kenapa kamu merahasiakan kehamilan kamu? Sebentar lagi kandungan kamu akan membesar."
Nata mengenal Mauren dengan baik. Tentu saja, siapa yang tidak mengenal Alex di rumah sakit itu? Dia tertidur hampir sebulan, gossip rumah sakit menyebar cepat layaknya genangan air merembas kemana-mana.
Mauren meminta pada semua dokter yang mengetahui kehamilannya agar merahasiakannya. Mauren tidak mau sampai kehamilannya bocor dan Alex mendengarnya. Mauren tidak siap dengan kemungkinan-kemuningkanan atau kejadian masa lalu terulang lagi.
"Bukannya sekarang Pak Ganendra sudah bangun?" Nata mengerutkan dahi. "Kalau kamu nggak pakai baju terusan yang longgar, kandungan kamu sudah kelihatan jelas."
"Saya punya alasan sendiri." Ucap Mauren.
Nata tersenyum maklum, menghargai keputusan Mauren. Tak henti-hentinya mengingatkan Mauren untuk menjaga kandungannya. Nata mengatakan, keluhan Mauren adalah hal yang normal. Bagi calon ibu, memang sering kali merasa ngantuk tak kenal waktu dan tempat. Tidur sangat pulas sampai tidak menyadari apa yang terjadi dengan sekitarnya.
Selesai cek kandungan, Mauren keluar dari ruangan sambil tersenyum. Perasaannya lebih ringan, Mauren mengelus perutnya lembut. Setiap hari Mauren sangat berhati-hati agar tidak ada yang curiga dengan kandungannya. Berusaha menyembunyikan dari orang-orang sekitarnya agar tidak menimbulkan masalah lain.
"Apa lagi sekarang? Kamu hamil lagi?"
Senyum Mauren mendadak sirna. Dia dicegat oleh Rose dengan wajah dingin. Rose yang baru datang hendak mengunjungi Alex seperti biasa, tidak sengaja melihatnya. Dia penasaran dan mengikuti mereka. Rose kaget dan mengepalkan tangan, rupanya Mauren kembali menjebak anaknya.
Dia memang tidak ikut sampai ke ruangan dokter. Rose menunggu dengan pikiran berkecamuk. Seakan kejadian sepuluh tahun lalu terulang kembali. Mauren hamil lagi, Rose tidak bisa berpikir jernih.
"Kamu nggak bisa jawab?!" Tekan Rose mulai marah. Mauren mengabaikannya, melangkah melewati Rose yang semakin membencinya. "Kamu menjebak anak saya lagi! Kamu menghancurkan harapan saya!"
Mauren tetap tidak peduli dengannya. Tidak menoleh ke belakang lagi, langkahnya tenang sampai memasuki ruangan Alex. Rose menahan nafas dan mengikutinya dengan buru-buru.
Di dalam ruangan, Rose menemukan Mauren sedang duduk di sofa bersama Alex. Lelaki itu menyiapkan makanan untuk Mauren tanpa memikirkan dirinya yang semestinya dirawat. Alex menambah lauk di piring Mauren, dan mengurangi porsi miliknya.
"Ini nggak habis." Mauren menolak hendak mengembalikan lagi pada Alex.
"Kamu udah jagain aku selama ini. Kamu butuh nutrisi yang banyak." Alex menolak keras. "Ayo makan." Alex juga menunggu Mauren makan duluan. Dia mengelus kepala Mauren lembut sambil tersenyum.
Alex menoleh pada Rose yang sedang menghela nafas panjang melihat mereka berdua. Rose berusaha untuk tidak menimbulkan kekacauan dan ujung-ujungnya Alex semakin membela Mauren.
Rose mengalah, dia keluar dari ruangan itu dan tidak seorang pun yang peduli. Alex kembali tersenyum lembut pada Mauren. "Tadi dari mana?" Tanyanya.
"Dari luar." Jawab Mauren singkat.
Alex diam, mereka mulai makan tanpa suara. Makanan itu dibawa oleh Biru, sekalian mengantar pekerjaan untuk disetujui oleh Alex.
Setelah selesai makan, Rose kembali masuk ke ruangan Alex. Dia hanya mampir sebentar. Jadwal Rose padat, juga mengurus suaminya harus menjalani pengobatan rutin.
Alex dan Mauren berjalan-jalan ke taman rumah sakit. Mauren menemani lelaki itu melatih kedua kakinya sudah lama tidak digerakkan lagi. Alex merasa seluruh tubuhnya kaku, terutama saat berjalan.
Beberapa kali Alex memperhatikan Mauren yang lebih banyak diam di sampingnya. Mereka sedang duduk di taman belakang rumah sakit. Memperhatikan pasien-pasien lain yang sedang berjemur dan berjalan-jalan.
"Mauren, kamu sakit?" Tanya Alex pada Mauren.
Mauren menoleh dengan mata berat. Dia mengantuk lagi, menguap sambil menutup mulut. "Nggak." Elak Mauren.
"Ayo kembali ke kamar." Ajak Alex. "Kamu capek banget ya ngurusin aku selama ini?" Alex membingkai pipi Mauren dengan tangan kanannya.
Mauren menggelengkan kepala. "Nggak." Ucapnya ragu.
Alex tersenyum paksa, tidak memperpanjang masalah lagi. "Ayo, kamu butuh istirahat."
Mauren tidak menolak. Mereka kembali ke kamar meskipun baru sampai di taman rumah sakit. Mauren tidak kuat menahan kantuk, ingin langsung rebahan dan tidur. Mauren berada di anatara sadar dan tidak sadar.
"Mauren, tidur di sini." Pinta Alex saat Mauren hendak berbaring di sofa.
"Kamu juga butuh istirahat dan tempat nyaman." Elak Mauren.
"Aku udah cukup istirahat." Jawab Alex. Dia memperbaiki posisi bandal di sampingnya dan Mauren tidak memiliki alasan menolak. Dia menghampiri Alex di atas brangkar, merebahkan badannya dan memejamkan mata.
Mauren pulas beberapa saat kemudian. Alex memperhatikan wajahnya seksama, mengecup dahinya lembut dan mengusap-usap kepalanya. Tidur Mauren makin nyaman, meskipun baru bangun sekitar tiga jam lalu. Mauren tidak bisa menahan diri untuk tidak memejamkan mata.
***
Jakarta, 13 Juni 2021
Oke, Rose udah tahu kalau Mauren hamil!
Ada yang nebak selanjutnya gimana nih?
Ayo, tulis jawaban kalian di sini =>
Tempat komen sebanyak-banyaknya =>