Shappire tidak pernah menyangka kalau wanita yang dimaksud Alex adalah Mauren Widjaja. Karyawan baru di perusahaan Alex yang tidak diketahui sejak kapan mulai bekerja. Memang Shappire tidak mengetahui data-data karyawan atau semacamnya soal perusahaan.
Namun, setahu dia, Alex tidak mudah bergaul dengan orang baru. Termasuk karyawannya sendiri. Shappire sering datang ke kantor Alex, tapi tidak pernah melihat seorang pun yang berhasil dekat dengan lelaki itu kecuali sekretarisnya, Violet.
Alex mengorbankan pernikahannya lantaran dia tidak mau kehilangan wanita sama dalam hidupnya untuk kedua kalinya. Shappire dikagetkan dengan keberadaan Mauren di rumah sakit saat mengunjungi lelaki itu.
Dia masih berbaring tak sadarkan diri di atas brangkar. Tidur damai seolah-olah tidak pernah tidur selama ini. Seolah-olah dia sedang berada di tempat yang sangat indah dan nyaman, tidak ingin kembali dan mengakhiri tidurnya.
Sedangkan Mauren menunggu dengan setia di samping brangkar Alex. Meskipun tidak bicara, Shappire melihat tangan Mauren sangat erat menggenggam tangan mantan calon suaminya. Menunjukkan kedekatan mereka bukan hanya terjalin baru-baru ini. Di depan Rose, Mauren tak takut maun gentar.
Mauren diam saja saat Rose marah-marah. Memaki Mauren dan menyalahkan wanita itu karena Alex tak kunjung bangun. Mereka semua takut kalau Alex tak pernah bangun lagi.
Hampir satu bulan Alex tidak bangun. Dia harus dioperasi karena kondisinya sangat buruk. Pergaulannya di masa muda yang buruk, sering mengalami kecelakaan sehingga terdapat darah beku di dalam tubuhnya. Keadaan dalam tubuh Alex juga tidak sehat, kebiasaan merokok membuat paru-parunya menghitam.
Meskipun Alex sudah lama tidak menyentuh nikotin lagi, namun bekas masa lalu masih tersisa. Alex mengalami komplikasi, dokter meminta mereka untuk memperbanyak doa dan berusaha ikhlas kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
"Ibu udah makan belum?"
Shappire berusaha dekat dengan Mauren. Dia kasihan melihat keadaan mauren yang tidak bisa dia deskripsikan. Muaren kelelahan dan kurus, berjaga menunggui Alex bangun setiap hari. Tidak pernah meninggalkan Alex seorang diri di kamar inapnya.
Bahkan, untuk makan saja Mauren tidak nafsu. Makanan yang dibawa oleh Shappire, Violet dan Biru tidak pernah habis dimakan.
"Iya, udah." Jawab Mauren singkat.
"Ibu makan apa?" Tanya Shappire.
"Tadi di anter suster."
"Shappire bawa makanan. Ibu makan dulu ya." Kata Shappire. "Makanan rumah sakit nggak enak."
Mauren tersenyum tipis, menolak dengan halus. Dia sudah kenyang, tidak bisa memaksa untuk makan lagi. Mauren merasa bersalah dengan Shappire, sehingga tidak pernah menyinggung masalah pernikahan mereka.
Shappire juga demikian, tidak pernah menyinggung atau menyalahkan Mauren. Mereka bertemu setiap hari, seperti tidak pernah terjadi masalah.
"Ibu kayaknya sakit." Kata Shappire lagi. "Ibu pucat. Ibu juga makin kurus."
"Saya nggak apa-apa." Elak Mauren tegas.
"Ibu jarang tidur." Shappire menambahkan lagi.
Mauren tidak menjawab. Pandangannya fokus pada wajah damai Alex yang dilengkapi dengan alata-alat bantu rumah sakit. Dia mengelus punggung tangan Alex yang mulai mengurus dan pucat.
Tangan kokoh yang beberapa bulan lalu mendekapnya erat, memberikan kenyamanan dan kehangatan di digenggaman tangan Mauren meskipun mereka melakukannya berdasarkan kontrak.
"Ibu kenal Om Ganendra udah berapa lama?" Tanya Shappire tiba-tiba setelah mereka berdua terdiam cukup lama.
Shappire selalu datang ke rumah sakit mengunjungi Alex. Biasanya dia datang bersama Rose, tapi akhir-akhir ini Shappire datang sendiri. Rose beberapa kali meminta Shappire menjaga Alex untuk mengusir Mauren.
Namun, Shappire tidak berani. Dia menolak permintaan Rose. Dia melihat hubungan Mauren dan Alex bukan sembarangan. Shappire memilih mundur, memberikan waktu untuk Mauren maju.
"Nggak lama." Jawab Mauren singkat. "Cuma kenal dulu."
"Tapi..., Om Ganendra bilang, dia nggak mau kehilangan wanita yang sama dalam hidupnya. Maksudnya ibu, kan? Om Ganendra ngejar ibu yang mau pergi?"
Mauren tidak menjawab. Di sisi lain, tidak ingin menyakiti Shappire. Ingin mundur dan pergi dari sana. Namun, di sini lain, dia mau menunggu Alex bangun. Menjaga lelaki itu di saat seperti ini.
Mereka berdua kembali terdiam lama. Pandangan Mauren kosong dan lurus ke depan. Sedangkan Shappire menunggunya bicara. Ingin tahu wanita yang membuat Alex menunjukkan sisi lain dalam dirinya.
"Ibu juga yang ditunggu sama Om Ganendra selama ini?" Tanya Shappire lagi. "Shappire udah lama kenal Om Ganendra. Udah sekitar delapan tahun. Om Ganendra sama kakek temen deket. Shappire pernah denger Om sama kakek ngobrol, kakek minta Om jagain Shappire. Tapi Om nggak mau, katanya dia udah punya calon istri."
Kedua mata Mauren tiba-tiba berkaca-kaca. Tidak tahu harus bagaimana sekarang. Satu persatu rahasia Alex mulai terbongkar. Seakan mengejek Mauren, kalau wanita itu tetap yang bersalah tanpa memikirkan bahwa dia juga tersakiti. Menyalahkan keputusan Masuren berpisah dengan Alex.
"Ren..."
Mauren menoleh pada asal suara. Lalu dia berdiri dan mendekat pada wajah Alex. Lelaki itu tiba-tiba bergerak dan menggumankan namanya. Tangan Mauren bergetar, mengelus pipi Alex lembut.
"Mauren..." Alex kembali berguman lemah.
"Aku di sini." Balas Mauren terharu.
Jempol Mauren memijit-mijit alis tebal Alex, agar lelaki itu mudah membuka mata dan menyesuaikan cahaya. Mauren memaksa senyum di wajanya meskipun kedua matanya mengabur. Perasaan Mauren bercampur aduk, ada haru, takut dan senang.
"Om udah bangun." Shappire juga berguman pelan. Dia berdiri di sisi kiri Alex. "Shappire panggil dokter." Shappire menekan tombol darurat di pinggir brangkar.
"Mauren..." Sekali lagi Alex memanggilnya.
Mauren dan Shappire mengalihkan pandangan mereka pada dokter yang memasuki ruangan. Mereka diminta tetap tenang dan memeriksa kondisi Alex yang masih lemah. Dia memiliki semangat hidup yang kuat, meskipun tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun sampai tadi siang.
Perlahan namun pasti, kedua mata Alex terbuka. Dia langsung melirik ke samping dan meneteskan air mata. "Mauren..." Suara Alex masih lemah.
Mauren tersenyum dan mendekat, memberikan pelukan hangat untuk lelaki itu. Mauren menangis haru, masih tidak percaya dengan Alex yang sudah bangun. Mauren sampai mencium wajah Alex beruntun lalu memeluknya.
"Jangan pergi." Permintaan Alex masih sama. Dokter dan timnya tersenyum lega melihat pasien mereka sudah bangun. "Kamu sakit?" Tanya Alex. "Kamu kurusan."
Mauren menggelengkan kepala, dia sehat dan kuat. "Aku baik."
Alex tersenyum meskipun tidak yakin. "Aku senang kamu di sini."
Mauren menganggukkan kepala. Kembali memeluk Alex erat, brangkar Alex di setel sehingga badannya setengah duduk. Untuk memeluk Mauren saja Alex belum sanggup, tubuhnya benar-benar lemah dan tidak bertenaga.
***
Jakarta, 04 Juni 2021
Alex bangun dong :)
Silahkan kasih pertanyaan buat mereka :
1. Alex
2. Mauren
3. Shappire
Harapan kalian buat cerita ini apa?
1.
2.
3.
Komen sebanyak-banyaknya 👉
Setuju gak nih? Komunikasi yang buruk membawa dampak buruk juga.
Makasih LayyaHuza3 🤗🤗🤗