Mauren duduk anggun dengan pandangan tajam pada Alex di seberang meja. Mereka berdua diam membisu sejak bertemu di sebuah restoran tempat janjian. Mauren menolak Alex datang menjemput atau supir datang untuknya. Wanita itu ingin datang sendiri ke tempat janjian atau pertemuan itu tidak akan pernah terjadi.
Hari ini adalah hari terakhir perjanjian mereka berakhir. Mauren ingin menyelesaikan secara baik-baik. Namun, emosinya bergejolak setiap kali melihat lelaki bajingan itu.
Mauren tidak tahu kalau Alex sudah memiliki tunangan tapi terus-terusan mengganggu bahkan menjebaknya dengan sebuah perjanjian konyol. Mauren tidak habis pikir, dimana Alex meletakkan kewarasannya. Bagaimana cara lelaki itu menggunakan otaknya sehingga sampai hati melakukan semua kegilaan ini.
Jujur saja, Mauren miris melihatnya. Rasa benci itu semakin terpupuk dan cara pandang Mauren terhadap Alex telah berbeda. Meskipun lelaki itu menjadikannya sebagai motivasi yang katanya dia bisa di titik sekarang ini, Mauren jelas menanggapinya sebagai bullshit!
Ya, Tuhan! Mauren sangat kasihan pada Shappire. Alex yang tidak punya perasaan malah mempermainkan gadis polos itu. Menghianati dari belakang. Belum lagi dengan wanita-wanita yang rutin ditidurinya. Lalu, sekarang lelaki itu masih punya nyali mengajaknya bertemu. Menyinggung soal kontrak yang belum selesai. Sungguh miris! Mauren tidak menyangka jika lelaki itu lebih bejat dari pada binatang.
"Mas..."
Alex menoleh pada asal suara. Seorang gadis muda menghampiri meja mereka dengan senyum semringah. Alex membalas dengan senyum tipis, mengusap lengan Shappire lembut. Sedangkan gadis itu memeluknya erat.
"Mas lagi bahas kerjaan ya? Maaf udah ganggu. Maaf ya Bu Mauren." Seru gadis itu polos. "Oh iya, Shappire sama Tante Rose."
"Dari mana, Hem?" Tanya Alex lembut.
"Habis dari mal. Terus sekarang mau makan sama Tante."
Jantung Mauren tiba-tiba berdentum kuat. Dia melirik pada seorang wanita yang ikut menghampiri mereka. Wanita angkuh yang auranya saja membuat Mauren merinding. Sepertinya wanita itu masih sama seperti sepuluh tahun yang lalu.
"Tante, Mas Ganendra lagi kerja." Lapor Shappire sembari menggandeng lengan Rose.
"Oh iya?" Pandangan Rose sangat tajam pada Mauren. Wajahnya mengeras, siap kapan saja menerjang Mauren. "Maaf sudah mengganggu. Ayo, Shappire kita pulang duluan."
"Tante, kita nggak jadi makan?" Protes Shappire.
"Tante ada rekomendasi restoran enak. Yuk, kita ke sana sekarang." Bujuk Rose mengalihkan perhatian Shappire.
Masih sama seperti yang dia lakukan pada gadis masa lalu Alex. Sepertinya Rose hanya tidak menyukai Mauren saja. Dia baik pada semua teman Alex kecuali pada dirinya.
"Oke, Tante!" Shappire langsung tertarik. "Tapi, mau hujan." Shappire cemberut.
"Kita naik mobil, sayang." Kekeh Rose.
"Oke, Tante. Ayo pergi sekarang sebelum hujan." Ajak Shappire lagu. "Oh, iya, tante, ini Bu Mauren. Kerja di perusahaan om, eh, mas Ganendra juga."
"Oh..." Rose menyeringai. "Benarkah? Sepertinya Tante udah lama nggak berkunjung ke perusahaan."
"Iya, Tan. Besok-besok kita ke perusahaan mas Ganendra. Terus kita makan spaghetti bareng-bareng." Tambah Shappire berbinar. Tidak menyadari aura Rose sangat berbeda dengan Mauren.
"Hem, gimana betah kerja di perusahaan anak saya?" Tanya Rose pada Mauren penuh penekanan.
"Salam kenal, Tante. Saya Mauren." Sapa Mauren mengenalkan diri. "Sampai saat ini, saya masih betah dan tidak menemukan kesulitan." Sindir Mauren tidak bisa diam saja pada wanita itu.
"Ma..." Alex menghentikan Rose yang ingin menyindir Mauren lagi.
Rose langsung tersadar dan menunjukkan senyum palsu. "Baiklah. Mama tunggu kamu pulang besok." Bisik wanita itu seakan-akan menunjukkan kalau hubungan keluarganya sangat harmonis. "Pernikahan kamu sama Shappire. Oh, iya, anak saya akan menikah dengan Shappire. Saya pastikan undangannya akan sampai ke tangan kamu duluan dari yang lain."
"Wah, saya turut bahagia mendengarnya. Semoga pernikahannya lancar dan kedua mempelai hidup bahagia." Mauren terlihat sangat antusias sekali. Tak luput dari perhatian Alex yang tiba-tiba wajahnya mengeras.
"Terima kasih atas doanya. Saya yakin anak dan menantu saya akan hidup bahagia. Calon menantu saya sangat cantik, polos, baik dan lebih penting dari keluarga baik-baik." Ucap Rose memuji Shappire sampai wajah gadis muda itu memerah.
Mauren tersenyum tipis, ikut senang melihat Rose bahagia. Tidak ada rasa cemburu yang diharapkan oleh Rose. Ingin melihat Mauren hancur dan tidak punya harapan lagi pada Alex.
"Ma..." Alex kembali mengingatkan.
"Ah, sampe lupa. Mama sama calon istri kamu pergi dulu. Jangan kerja terlalu capek. Ingat, pernikahan kamu dua minggu lagi!"
Alex tidak mengiyakan. Dia menghela nafas panjang setelah Rose dan Shappire keluar dari restoran. Kemudian Alex memandang Mauren yang sudah menunjukkan wajah dingin seperti awal tadi.
"Mauren." Panggil Alex dalam.
Mauren beranjak dari kursinya dan menyeringai. Meraih gelas yang belum tersentuh isinya kemudian menyiram wajah Alex dengan sadis. Wajah dan pakaian Alex basah oleh minuman berwarna merah.
Alex memejamkan mata dan ikut berdiri. Menangkap pergelangan tangan Mauren untuk menghalau wanita itu agar tidak pergi. Mereka belum bicara sepatah kata pun.
Namun, Mauren tidak bisa mentolerir lagi. Dia mengibaskan tangan Alex kasar dan menampar wajah lelaki itu dengan emosi dan nafas tersenggal-senggal.
"Bajingan!!" Maki Mauren marah.
Kemudian Mauren pergi keluar dari restoran itu. Dia hendak menyetop taksi tapi tidak ada yang lewat. Alhasil, Mauren berjalan kaki dari bahu jalan dan berusaha mengatur nafasnya.
"Mauren!" Tubuh Mauren terhuyung ke belakang. Alex mengejarnya dengan nafas memburu. Mencengkeram pergelangan tangan Mauren kencang agar wanita itu tidak kabur lagi.
"Apa lagi, hah?!" Mauren marah. Berteriak di wajah Alex.
"Kamu dengerin penjelasan aku sebentar." Pinta Alex dengan suara sedikit meninggi.
"Penjelasan apa lagi? Nggak penting!!" Mauren kembali berteriak dan tetes-tetes air hujan mulai membasahi bumi.
Mauren tersenyum miring. Benar seperti dugaan. Alex tidak menggunakan otaknya dengan benar. Sudah ada di posisi kacau seperti ini, masih tidak kapok juga.
"Kamu punya otak nggak sih?! Di pake?!" Tanya Mauren kasar. "Kamu udah punya tunangan! Calon istri!! Tapi kami masih jebak aku dengan perjanjian konyol kamu! Kamu waras nggak sih?!" Mauren berteriak sampai suaranya serak.
"Ini bukan seperti yang kamu duga!" Elak Alex sembari menggelengkan kepalanya.
"Hahaha!!!" Mauren tergelak miris. "Aku nggak nyangka kalau kamu sebenarnya punya penyakit jiwa!!" Maki Mauren tidak lagi tanggung-tanggung. "Kamu nggak tahu gimana sakitnya nggak di anggap! Dan, kamu nggak tahu gimana mirisnya di posisi itu!! Cukup aku aja yang pernah ngalamin posisi itu! Jangan dia! Jangan Shappire! Ya, Tuhan! Aku nggak rela kalau kamu lakukan hal yang sama seperti dulu pada gadis lain!"
Alex menghentikan Mauren yang sedang kacau dengan membungkam mulutnya. Mencium wanita itu kasar agar tidak memakainya lagi.
Air mata Mauren meluruh bersamaan dengan rintik hujan yang deras. Berusaha melepaskan diri dari lelaki yang tengah memeluknya erat.
"Lepas!!" Teriak Mauren kasar. Memukuli apa yang dia gapai sampai mencakar leher Alex.
"Dengerin aku, Mauren!!" Perintah Alex pelan tapi tegas. Berusaha menenangkan Mauren. Menyatukan dahi mereka dan mengusap pipi Mauren dari rambutnya yang berantakan. "Kamu dengerin aku kali ini."
"Nggak!!" Mauren tetap berontak. "Lepaskan, aku!!"
Alex menulikan pendengarannya, memeluk Mauren erat agar tidak lepas darinya.
"Kau bajingan!" Maki Mauren tersenggal-senggal. "Kamu gila!"
***
Jakarta, 15 Mei 2021
Kalian masih sanggup gak nih sampe ending?
Kalian tim siapa?
1. Alex - Mauren
2. Alex - Shappire
3. Mauren - Andreas
4. Semua bubar
Next : 700 komen
Diskon gas!