Mauren terdiam. Tiba-tiba rasanya hampa. Pandangannya fokus pada meja yang tidak jauh darinya, dihuni oleh dua orang yang sedang bercengkerama akrab. Tertawa lepas seolah-olah mereka adalah pasangan yang paling bahagia.
Mauren menahan nafas. Teriris dengan pemandangan intim itu. Syaraf-syaraf tubuh Mauren seakan lumpuh, tak kuasa mengambil tindakan. Hanya memandang dari kejauhan sampai tidak sadar bersama siapa dia saat ini.
"Mauren!"
Kesadaran Mauren pulih. Dia mengerjap dan salah tingkah. Menundukkan kepala dan mulai sibuk dengan makanan di depannya. Kedua matanya mulai berkaca-kaca, Mauren sedang tidak berdaya sekarang.
"Aku sudah selesai." Kata Mauren beberapa saat kemudian. Mendorong piring menjauh darinya sembari mengelap area mulut dengan serbet.
Alex memandang Mauren tajam, memperhatikan gerak-geriknya yang sedang berusaha professional menjadi bawahan sekaligus partner lelaki di depannya. Alex juga sudah selesai makan dan mengelap area mulut.
"Kamu pulang sendiri. Aku masih punya janji lain." Kata Alex sambil menyodorkan kunci mobil di hadapan Mauren.
Mauren memandang kunci itu tajam, kemudian beralih pada Alex. "Aku bisa naik taksi." Tolak Mauren tegas. "Kalau begitu, aku duluan." Pamit Mauren hendak berdiri, duluan kembali ke kantor. Mereka makan siang bersama setelah menghadiri pertemuan kerja sama dengan client. Tidak tahunya Mauren memergoki Andreas dengan wanita tempo hari di restoran yang sama,
"Mauren."
"Iya?" Mauren memutar tubuhnya dan menunggu Alex bicara.
Alex berdiri dan menarik tangan Mauren keluar dari restoran. Wanita itu mengerutkan dahi, Alex tidak memberikannya waktu protes. Keduanya menuju parkiran dan langsung pergimeninggalkan restoran.
"Kamu nggak jadi pergi? Gimana sama janji kamu?" Tanya Mauren kebingungan.
"Di reschedule." Jawab Alex singkat.
"Oke." Jawab Mauren. Kemudian tidak ada lagi suara di antara mereka. Mauren menoleh keluar jendela mobil, memandang bangunan pencakar langit yang mereka lewati.
Mauren menoleh ke samping saat Alex menggenggam tangannya. Menggenggam erat dan membawa ke bibirnya. Mengecup lembut tampa menoleh pada Mauren di sampingnya. Alex fokus pada setirnya, tapi tidak melepaskan tangan Mauren.
"Mau kemana? Ini bukan arah ke kantor." Protes Mauren saat menyadari mereka sudah jauh dari area kantor.
"Iya, bukan ke kantor." Jawab Alex.
Mauren mengerutkan dahi. Alex memasuki sebuah parkiran dan kemudian mengajak wanita itu turun. Meskipun sedang bingung, Mauren tetap turun dari mobil dan menerima tangan Alex.
"Ke Ragunan ngapain?" Tanya Mauren setengah tergelak. Bingung pada Alex, tidak tahu menemukan ide dari mana membawanya ke kebun binatang.
"Tiba-tiba pengin ke sini." Jawab Alex. Mereka ikut mengantri tiket bersama pengunjung lain. Meskipun sudah mau sore, pengunjung masih banyak yang baru datang. "Kita belum pernah ke sini, kan?"
Senyum Mauren mendadak sirna. Alex sedang melucu. Beberapa minggu ini, mereka hanya pernah mengunjungi beberapa tempat saja. "Kamu punya list mengunjungi Ragunan?"
"Hem, dulu."
Tiba-tiba perasaan Mauren tak keruan. Dia memandang Alex tajam, ingatannya kembali pada masa lalu. Mereka pernah menyinggung kebun binatang, akan datang berkunjung bersama Phoebe dan Barta.
Tapi, sampai sekarang tidak kesampaian. Masalah datang silih berganti sehingga janjian untuk ke Ragunan terlupakan.
"Berdua aja nggak apa-apa, kan?" Tanya Alex lagi.
Mauren mengangguk. "Iya." Jawabnya singkat. "Sekarang masih jam kantor." Protes Mauren mengingatkan.
"Nggak tau, penginnya sekarang."
Mauren manggut-manggut. Mereka menuju sebuah kolam dengan burung bangau putih. Para pengunjung memadati tempat itu untuk melihat kelompok bangau sedang berenang atau berjemur di daratan.
"Kamu masih sering kontakan sama yang lain?" Tanya Mauren tiba-tiba.
Alex mengangkat bahu. "Lupa kapan terakhir. Kamu sendiri?"
Mauren menggelengkan kepala. "Sepuluh tahun yang lalu."
Tiba-tiba suasana di antara mereka jadi canggung. Sepertinya mereka berdua sama saja, setelah berpisah sangat sibuk dengan kegiatan masing-masing sampai tidak punya waktu bersilaturahmi.
"Kamu udah menemukan yang kamu cari?" Tanya Alex mengalihkan topic pembicaraan sambil berjalan menuju kandang hewan.
"Iya, udah."
"Nemu dimana?"
"Di laci. Kayaknya aku lupa naruh dimana." Jelas Mauren.
Alex manggut-manggut, ikut senang pada Mauren meskipun dia tidak tahu apa yang wanita itu cari. "Beli minum dulu?" Tanya Alex menunjukkan sebuah warung.
"Boleh."
"Ada es krim juga."
"Iya." Mauren setuju. Mereka mampir terlebih dahulu, Mauren duduk di sebuah kursi dan Alex memberikan botol minum. Dia juga mengambil es krim dan memberikan salah satu untuk wanita itu.
Mereka menjadi pusat perhatian, pasalnya pengunjung lain mengenakan pakaian santai. Sedangkan Mauren dan Alex sangat rapi mengenakan pakaian kantoran dan sepatu pentofel.
Setelah itu, mereka melanjutkan ke tempat-tempat lain. Mengunjungi beberapa kandang hewan buas. Mauren kaget mendengar suara harimau secara langsung, dia jadi penasaran dan ingin melihat secara langsung.
Perhatian Mauren teralihkan dengan isi kebun binatang. Pantas saja Phoebe suka berkunjung ke Ragunan. Di sana dia melihat beragam jenis hewan dari yang jinak sampai buas. Hewan dari seluruh nusantara dikumpulkan di satu tempat, hanya dipisahkan dengan kandang-kandang.
Mauren juga suka melihat burung merak saat melebarkan ekornya. Sangat indah dan memanjakan mata. Meskipun sudah melihatnya berkali-kali bersama Andreas, tetap saja Mauren tidak bosan.
Mauren menyadari, dia hanya menikmati hidup saat bersama Andreas. Lelaki itu dengan berbaik hati mengajak Mauren mengunjungi banyak tempat.
"Kamu harusnya nggak melakukan ini." Kata Mauren tiba-tiba.
Mereka berada di tempat ayunan. Istirahat setelah melalui banyak tempat. Mauren menyadari maksud dari Alex mengajaknya ke kempat itu secara mendadak. Ingin mengalihkan perhatian Mauren agar tidak memikirkan hal yang dia lihat tadi di restoran.
Mauren meringis dan mengangkat salah satu bibirnya. "Cuma pengalihan." Jawab Alex jujur.
"Aku tahu apa yang sedang kuhadapi." Kata Mauren. "Aku nggak bisa langsung menuduh." Alex diam. Menyadari Mauren jauh lebih dewasa dari yang dia pikirkan. "Terima kasih."
Alex menoleh pada Mauren. Mamandang wanita itu dengan tatapan sayu. Dia juga sengaja memberikan kunci mobilnya untuk Mauren jika wanita itu ingin mengikuti mereka seperti yang dia lakukan dulu.
"Hari ini udah cukup. Udah mau tutup juga." Mauren memandang pengunjung mulai keluar dari kebun binatang.
Alex mengangguk, dia berdiri dan mengulurkan tangannya pada Mauren. Wanita itu berpikir sejenak, lalu tersenyum dan menerimanya. Tangan mereka bertautan erat dan berjalan keluar dari area kebun binatang.
***
Jakarta, 01 Mei 2021
Alex makin dewasa yeeee...
Next : 600 komen
Komen terbaik 🔥
Intinya :
Cerita ini akan stuck di lingkaran sex and slave aja kalo Alex gak berubah!
Inget, Alex yang mesti berubah, bukan Mauren. Karena Mauren gak butuh Alex lagi!
Tapi, Alex gak mungkin bisa berubah dalam beberapa hari. Semua butuh proses, semua butuh eksperimen. Lihat cara apa yang bikin Mauren nyaman.
Logikanya, kalo lu butuh sesuatu, lu akan lakukan dengan cara apapun.
Misal lu butuh duit. Lu akan kontak seseorang yang menurut lu punya duit banyak yang bisa bantu lu. Lu kasih iming-iming duit tambahan, lu kasih batas waktu semepet mungkin, dan lu kasih tau itu duit buat apa. Gak mungkin lu kerasin orang itu, maksa supaya lu dikasih utang. Pokoknya lu akan lakukan cara terbaik buat target pengutangan lu luluh! Kalo lu maksa, yang ada dia ngeblok lu.
Begitu juga dengan Mauren dan Alex.
Mauren kenal Alex yang keras. Jadi, kalo Alex berubah jadi baik, lembut dan pengertian gini, Mauren jelas jadi kepikiran.
Dia kenapa? Ada sesuatu yang dia rencanakan?