Mauren mengecek ponselnya yang sedang berbunyi. Dia dan Andreas memiliki jadwal kencan ke taman. Semua sudah Mauren siapkan bersama tunangannya tadi malam. Sirop segar dengan toping buah-buahan serta cake warna warni yang menggugah selera untuk segera disantap.
Semua makanan itu disusun rapi dalam boks serta minuman dalam Tumblr pada sebuah keranjang anyaman. Diletakkan di atas meja, siap di angkat saat Andreas datang. Mauren sedang menunggu kedatangan tunangannya itu dari kontrakannya.
Dia mengenakan gaun warna white broken dengan bunga-bunga kecil di beberapa bagian. Tidak lupa dengan sebuah topi lebar untuk melindungi dari sinar matahari.
Mauren mengerutkan dahi, pesan itu dari Alex. Bertanya mengenai kegiatannya di akhir pekan seperti ini. Mauren menarik nafas panjang kemudian menghapus pesan tersebut tanpa dibalas.
Mauren sedikit khawatir jika Alex nekat dan menghancurkan acara piknik yang sudah lama dinanti-nantikan oleh Mauren. Nomor itu akhirnya diblokir olehnya, dan menyimpan ponsel ke dalam tas anyaman rotan bentuk bulat yang menggantung di bahunya.
Mauren memasang wajah ceria dengan senyum manis begitu bel apartemennya berbunyi. Bergegas cepat membuka pintu dan menyapa tamunya ramah. Andreas yang dadang, menyapa Mauren balik dan mengambil alih keranjang bawaan mereka.
"Maaf ya sedikit telat." Sesal Andreas menyesal.
"Nggak apa-apa." Elak Mauren maklum. "Macet ya?"
"Iya, tapi nggak parah."
Mereka berdua keluar dari apartemen Mauren menuju lift apartemen yang membawa mereka ke basement tempat parkir. Andreas memasukkan keranjang ke dalam bagasi mobil sedan miliknya. Lalu keduanya tersenyum dengan wajah berbinar-binar. Tidak sabar sampai di taman yang mereka cari lewat internet sebagai tempat kencan.
Mereka menepuh sekitar dua jam perjalanan. Cukup jauh karena tempat tersebut masuk ke pedalaman. Sebuah perkebunan bunga matahari yang cukup luas, banyak pengunjung yang datang selain mereka.
Keduanya menggelar tikar di bawah sebuah pohon yang rindang. Mengeluarkan makanan dan minuman segar dari keranjang dengan senyum ceria. Mauren dan Andreas langsung menyantap makanan tersebut sambil menikmati embusan angin yang segar.
"Nggak nyesel ke sini." Guman Mauren senang. "Tempatnya masih asri banget."
"Iya." Andreas setuju. "Selanjutnya kita cari tempat lain yang seperti ini juga."
"Setuju!" Jawab Mauren antusias.
Setelah makan, keduanya berfoto-foto sebagai kenangan. Andreas dan Mauren meninggalkan tikar serta keranjang mereka, berpindah ke kebun bunga bersama yang lain. Merekam video dan berfoto bersama.
Sudah lama mereka tidak pernah menghabiskan waktu seperti ini. Sehingga, keduanya sengaja pergi sejak pagi. Meskipun tidak bisa mengunjungi beberapa tempat, setidaknya melewati banyak tempat saja sudah lebih dari cukup.
"Gimana pekerjaan kamu?" Tanya Andreas pada Mauren.
Puas berswa foto, mereka kembali ke tempat tadi. Andreas merebahkan badannya secara menyamping, dengan tangan kanan menyangga tubuhnya menghadap pada Mauren. Sedangkan wanita itu duduk bersila sambil memainkan rumput ilalang.
"Sejauh ini masih lancar." Jawab Mauren dengan senyum tipis.
Andreas manggut-manggut. "Sabar ya. Nanti kalau udah cukup modal kita buka usaha lagi." Janji Andreas menyemangati.
"Iya." Mauren mengamini. "Kamu juga semangat ya kerjanya." Tambah Mauren sambil menyusap pipi Andreas lembut.
Andreas menimpa punggung tangan Mauren dan mengecup lembut. "Aku sebenarnya punya kabar baik. Udah nggak sabar pengin cerita semua." Jelas lelaki itu dengan wajah berbinar.
Mauren tidak sepenuhnya menyambut antusias. Jantungnya berdentam kuat, banyak kemungkinan yang membuatnya curiga. Karena dari awal, semua memang tidak normal. Ada banyak sekali kejanggalan yang terjadi dengan hancurnya usaha mereka.
"Apa itu?"
"Kamu masih ingat Mr. Bhadra?" Tanya Andreas mengernyit. Mauren mengangguk tidak yakin, dia adalah salah satu rekan bisnis mereka sebelumnya. "Mr. Bhadra nawarin diri buat jadi investor buat kita buka usaha lagi."
Mauren sedikit kaget. "Mr. Bhadra orang India?"
"Iya." Andreas membenarkan.
"Gimana? Dia mau jadi investor?"
"Bener." Andreas membenarkan. "Beberapa hari yang lalu dia kontak lagi. Sekarang usahanya dia udah berkembang pesat. Jadi, pengin investasi ke kita. Dia yakin kita bisa bangkit dna maju lebih dari yang sebelumnya."
"Dia minta jaminan apa?" Tanya Mauren lagi. Andreas menggelengkan kepala, membuat Mauren menghela nafas panjang. "Kita jangan sampe tertipu lagi."
"Kali ini beda, sayang. Dia temen kita merintis usaha bareng-bareng. Inget dulu berapa kali dia nyicil ke kita? Dia pengin kita jadi partnernya lagi. Kata dia, sampe sekarang belum nemuin tempat importir yang bikin dia percaya seperti kepala kita."
Mauren jadi takut kalau kalai ini adanya campur tangan Alex. Lelaki itu dengan mudah mempermainkan hidup mereka. Dia memang sudah janji akan mengembalikan semuanya jika Mauren setuju dengan perjanjian. Kemungkinan besar, usaha mereka yang dulunya hancur mulai diperbaiki melalui orang lain.
"Terus kerja kamu gimana?" Tanya Mauren, berusaha berpikir positif.
"Sama seperti dulu kita merintis. Pagi sampe sore kerja tempat orang. Malemnya mulai usaha kita."
"Kamu sering ke luar kota."
"Justru itu ada nilai positifnya. Aku bisa survey tempat dikit-dikit. Mempelajari tempat baru untuk bangun bisnis kita."
Mauren manggut-manggut paham. Tidak ada rasa takut atau trauma dalam diri Andreas. Justru dia ingin mengambil kesempatan untuk mencoba memulai dari awal lagi. Mauren tersenyum tipis dan mengusap pipi Andreas sekali lagi.
"Undangan perusahaan tempat aku kerja gimana?"
Andreas menghela nafas panjang dan menyesal. "Maaf ya, aku nggak bisa datang." Jawabnya pelan.
"Dinas lagi?"
"Iya."
"Nggak apa-apa. Nanti aku datang bentaran, terus pulang." Jelas Mauren.
Andreas tersenyum, kembali mengecewakan Mauren dengan kesibukannya. Tapi dia bangga punya Mauren, tidak egois dengan kejadian seperti ini.
***
Jakarta, 11 April 2021
Update besok berapa komen nih?
Yuhu, ramein kolom komentarnya
Temukan kejutan part selanjutnya :)
GA sampe tgl 16. Ayo masih ada waktu!