28. Mata, Pikiran, Hati

20K 1.9K 444
                                    

HAI, KANGEN GA??

hari ini aku datang di umur yang sudah berbeda dari sebelumnya🧚🏻‍♀️

datang di kehidupan baru dengan nama yang baru☺️

selamat ulang tahun untuk diriku, dan untuk kalian yang juga tengah berulang tahun di bulan OKTOBER ini🕊

SEBELUM BACA DI PENCET DULU BINTANGNYA DAN JANGAN LUPA RAMEIN KOMENNYA YA💜💜

part ini lumayan panjang, khusus untuk kalian yang masih setia nunggu aku up. HAHAHAHA

LIAT JAM KALIAN YA, NANTI KOMEN BERAPA MENIT KALIAN BACA CHAPTER INI. OKE???

Selamat membaca kalian🖤

••••

Cuaca panas di tengah hari bolong enaknya nongkrong depan kipas atau AC bukan? Atau paling tidak minum-minuman yang segar seperti Es cekek atau minuman botol yang di jual di kantin.

Tapi menurut empat gadis yang sekarang tengah duduk di pinggir lapangan, cuaca panas seperti ini melihat para lelaki yang sedang bermain basket di tambah keringat yang mengalir di seluruh tubuhnya, itu sudah lebih dari segar. Ralat bukan empat gadis melainkan hanya tiga saja yang berpikiran seperti itu.

Seperti Steffi yang haus akan cogan, yang setiap hari ngomonginnya cogan, cogan dan cogan. Melihat pemandangan seperti ini menurutnya sangat, sangat nikmat. Tidak bisa di anggurkan.

Maureen pun tidak munafik. Walaupun ia sudah memiliki pacar, tetap saja jika di suguhkan dengan pemandangan seperti ini ia tidak menolak. Habis ini ia mau sungkeman pada Gaga.

Jujur, Echa juga penikmat cogan. Yaiyalah ia kan wanita tulen, masa tidak menyukai cogan. Mana ada perempuan yang tidak menyukai makhluk ciptaan Tuhan yang gantengnya hampir nembus sampai ke surga.

Beda dengan Gita, ia sepertinya tidak tertarik dengan lelaki. Di saat semua perempuan akan menikmati karya Tuhan yang indah itu, ia lebih memilih menatap pepohonan.

Bayangkan sudah di suguhkan dengan pemandangan indah, ia malah memilih melihat rumah kunti.

"Aduh, jadi pengen ngelapin keringetnya." ujar Steffi dengan wajah apengnya.

"Muka lo biasa aja woy." Maureen menyapu wajah Steffi menggunakan tangannya, membuat Steffi yang tadinya tengah serius jadi terganggu.

"Diem-diem, kenapa si." Menatap Maureen, lalu kembali menatap kedepan.

Echa ikut menatap ke tengah lapangan, di sana terdapat sekumpulan lelaki yang tengah bertanding basket. Bola matanya bertubrukan dengan bola mata hijau milik seorang lelaki.

Mengalihkan pandangan guna memutus kontak mata tersebut, melirik kembali ke tengah lapangan dan ternyata lelaki itu masih menatapnya, kali ini dengan sebuah senyuman yang menghiasi wajah tampannya.

Mengalihkan pandangan guna memutus kontak mata tersebut, melirik kembali ke tengah lapangan dan ternyata lelaki itu masih menatapnya, kali ini dengan sebuah senyuman yang menghiasi wajah tampannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
WARLOCK [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang