62. 🦋💙

12.5K 1.2K 705
                                    

Selamat membaca kalian🖤

••••

Echa merebahkan tubuhnya di kasur. Dia menatap selembar foto berisikan dua insan berbeda jenis yang sedang berpose. Mereka terlihat bahagia di sana.

Echa menatap lekat pada lelaki di sana. Di saat itu juga, jantungnya berdetak dengan cepat. Hatinya terasa seperti di tusuk oleh benda tajam.

Echa langsung meremuk foto itu, ia remuk menggunakan tangannya, lalu dia lempar entah ke mana.

"Kenapa sih susah banget buat ilangin lo dari kepala gue?" Echa bertanya, "gue udah berusaha buat lupa, tapi kenapa lo selalu dateng?"

Echa melirik ponselnya. Jika biasanya ponsel itu selalu bergetar, pertanda banyaknya pesan masuk. Sekarang sunyi.

Karena sumber dari pesan itu, sudah menghilang.

"BAJINGAN!!" Echa melempar gulingnya ke lantai, "Bara sialan!" Echa menenggelamkan wajahnya pada kasur.

••••

"Sepi ih, ga ada bestie," Kenzo mengeluh, dia menjatuhkan bokongnya pada kursi. Mereka tengah di café Warlock saat ini.

Tidak ada Rizky, Kenzo serasa kehilangan belahan jiwanya.

"Giliran ada, ribut terus," Gaga menyahut.

"Ya, kalo ga ribut bukan manusia namanya," Kenzo menjawab.

"Jadi, Gerald bukan manusia? Kan dia ga pernah ribut," Gaga bertanya. Kenzo mengangguk, "Jurig dia mah," jawab Kenzo.

Bara membuka ponselnya. Saat ponsel itu di nyalakan, figur seorang gadis langsung menjadi objek pertama yang Bara lihat.

Gadis yang sedang memasang wajah kesal, karena Bara yang memfotonya secara diam-diam.

Gadis itu. Bara merindukannya.

Senyumnya, matanya, wajahnya jika sedang kesal, Bara merindukan semuanya.

••••

Sore ini, Echa akan ke makan Ayahnya. Dia sudah di perjalanan sekarang. Mampir sebentar ke toko bunga, untung membeli bunga dan air.

Dia berjalan menuju pusara Ayahnya. Lalu berlutut. Dia mencabuti rerumputan yang hinggap di atas makam sang Ayah. Lalu menaburi bunga yang dia beli. Tidak lupa menyiramkan air juga.

Sehabis itu dia mengirimkan doa untuk Ayahnya. Lalu dia bercerita tentang segala hal yang dia alami di dalam hidupnya.

Echa tidak ingin menangis untuk hari ini.

Di depan Ayahnya, dia harus terlihat kuat. Walaupun bisa saja Ayahnya sudah tahu tentang masalahnya.

Karena Ayahnya pasti selalu memantau mereka dari sana.

"Ayah. Kangen," Echa berujar.

"Cuman Ayah lelaki satu-satunya yang Echa percaya ucapannya," ujar Echa, "walaupun ada satu ucapan yang Ayah ingkari."

"Ayah! Ayah harus tetep di samping Adek, ya!" Gadis muda yang berusia kira-kira 12 tahun itu berbicara pada Ayahnya.

Pria yang sedang menggendong gadis muda di pundaknya, tersenyum, "Pasti, Ayah akan selalu ada di samping Adek, Ayah bakalan terus mantau Adek sampai Adek punya pasangan dan menikah."

WARLOCK [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang