15. Teman hidup?

26.6K 1.9K 87
                                    

Halo semua, ketemu lagi sama Bara&Echa.

Sebelum baca seperti biasa jangan lupa di pencet bintangnya ya. ramein komennya juga yaa. Terimakasih...

Selamat membaca kalian🖤

••••

Setelah 15 menit berada di jalan raya yang padat akan kendaraan roda dua maupun roda empat. Kini Echa dan Bara sudah sampai di depan gerbang berwarna hitam yang menjulang tinggi.

Echa turun dari motor dengan pundak Bara sebagai pegangan. "Makasi ya lo udah nganterin gue." Saat Echa ingin melangkahkan kakinya, Bara memanggil.

"Cha." Echa menengok dengan alis terangkat.

"Itu, jaket sama helm gue mau lo bawa?" Bara sekuat tenaga menahan diri agar tidak meledakkan tawanya.

Echa meraba kepalanya dan yap, HELM Bara masih menempel sempurna di kepalanya. Ya Allah mau di taro di mana muka Echa. Bundaaa Echa maluuuu...

Lagian ni helm kenapa tidak kerasa coba kalo masih nempel di kepala bikin malu aja.

Echa langsung mencopot helm nya dan memberikannya pada Bara tidak lupa ia juga memberikan jaket kulit Bara kepada pemiliknya, dengan senyuman canggung.

Yaiyalah gimana gak canggung helm belom di lepas maen nyelonong aja, depan cowo ganteng lagi. Turun udah harga diri Echa.

"Nih, helm sama jaket lo." Echa menyodorkan jaket dan helm tersebut, yang langsung di ambil oleh Bara.

"Btw, dikira gue ini jaket warna item. Ternyata warna navy." ujar Echa saat memberikan jaket kulit tersebut pada Bara.

"Sengaja, emang itu yang bikin beda dari yang lain. Warna item udh banyak di jalanan." ujar Bara menjelaskan. Ya walaupun sebenernya bukan cuman itu saja alasannya.

Echa hanya menganggukan kepalanya, "Sekali lagi makasi ya, lo udah mau nganterin gue balik, di traktir makan lagi."

"Itu semua engga gratis ya." ujar Bara seraya memakai jaket kulitnya dengan gaya cool.

"Jadi lo gak ikhlas ni?"

"Ikhlas sih, cuman kurang afdol lah kalo gak minta imbalan." Echa menghela nafas pelan. "Terus gue harus bayar berapa?"

"Bayar nya bukan pake duit, gue gak se-miskin itu ya." Bara mendelik sebal.

"Terus? Pake apaan?"

"Pake cinta." Bara membenarkan tataan rambut Echa yang sedikit berantakan.

Si Bara jago banget bikin jantung gue joget.

Echa mengerjapkan matanya berkali-kali mendengar ucapan Bara. "Ha?"

"Engga, udah sana masuk. Tar gue pikir-pikir lagi gue mau minta apaan." Bara membalikan tubuh Echa agar menghadap gerbang.

Baru beberapa langkah berjalan Echa sudah membalikan tubuhnya menghadap Bara, lagi. Bara mengerutkan keningnya bingung. "Ngapain?" tanya Bara.

"Hati-Hati di jalan ya." ujar Echa sambil tersenyum manis. Bara yang melihat senyum itu sudah tidak bisa berkata-kata, iya hanya bisa mengangguk.

Saat tubuh Echa sudah hilang di balik gerbang, Bara menyalakan mesin motornya lalu menancap gas meninggalkan rumah megah bercat putih tersebut.

Echa berjalan memasuki rumahnya. Saat pintu sudah terbuka sempurna Echa tersentak kaget. "ASTAGFIRULLAH." Echa mengelus-ngelus dadanya karena terkejut.

WARLOCK [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang