21. TPU

21.9K 1.8K 154
                                    

ADA YANG NUNGGUIN???🗣🎺

Jangan lupa vote, komennya ya🥰

DENGERIN YA LAGUNYA. Biar lebih kerasa beuh gitu, biar mantep, okee?? MAKSAA PAKE BANGET INI MAH!!!

Selamat membaca kalian🖤

••••

🎶🎵Seventeen — Ayah🎵🎶

"Ayaahhh..." Echa bangkit dari duduknya dan langsung berlari keluar kelas, menghiraukan panggilan-panggilan dari sahabat, teman, dan Bu Fenny.

Ia berlari keluar gerbang yang sedang dalam kondisi tidak tertutup rapat, dan langsung menerobos keluar. Karena sepertinya Dewi 'Fortuner' kali ini sedang berpihak padanya.

Ia terus berlari sekencang yang ia bisa, membiarkan tubuhnya terguyur oleh derasnya air hujan. Satu tujuannya.

Ia hanya ingin bertemu dengan.
'Ayahnya'

13 menit kemudian ia sampai di tempat tujuan, dengan modal berlari menerobos hujan yang besar, ia akhirnya sampai. Di Tempat Pemakaman Umum. Bertemu dengan Ayahnya.

Echa berjalan menuju tempat Ayahnya sekarang berada. Tempat peristirahatan terakhir Ayahnya.

Seorang Pria yang sangat Echa sayangi,
Pria yang selalu mengajari Echa tentang banyak hal. Pria yang selalu memberitahu Echa bahwa hal ini tidak baik, hal itu tidak baik. Pria yang selalu mengkhawatirkan keadaannya jika dirinya belum pulang, saat langit sudah berubah menjadi gelap. Yaa, dia adalah Ayahnya.

Ayahnya yang mungkin sekarang tengah berbahagia di atas sana.

"Ayah, Echa kangen." Echa mengelus batu nisan yang di sana tertera nama Ayahnya.

"Ayah kangen Echa gak?"

"Ec-Echa kangen ba-banget jalan-jalan sa-sama Ayah, Echa kangen Ayah yang selalu nyanyiin Echa supaya Echa cepet tidur." Pipi Echa sudah basah terkena air mata yang tidak berhenti keluar. Ia benar-benar merindukan Ayahnya.

Alasan mengapa ia sangat suka menyetel musik jika ingin tidur adalah, karena ayahnya dulu hampir setiap hari selalu menyanyikan lagu untuk dirinya, sampai ia terlelap.

"Maaf Echa cengeng, Ayah gak suka ya?" Echa menghapus air matanya yang mengalir di pipi.

"Ayah gimana sekarang? Seneng gak di atas sana? Di sana ada bidadari gak Yah? Bidadarinya cantik gak Yah? cantikan mana sama Echa dan Bunda? pasti cantikan Echa kan?" ujar Echa dengan kekehan kecil di akhir.

"Ayah, Echa gak tega deh, liat Bunda yang setiap malem selalu nangis sambil meluk foto Ayah," Echa menghapus kembali air matanya yang mengalir, "ke-kenapa bukan Echa aja? kenapa harus Ayah?"

"Kalo Echa kan seenggaknya gak bikin banyak orang sedih. Coba kalo Ayah. Bunda sedih, Bang Dika sedih, Bang Kenzo sedih, Kakek sama Nenek sedih, Oma dan Opa sedih, Temen-temen Ayah sedih," ujar nya pada makam di hadapannya, "kalo Echa paling cuman keluarga doang yang sedih, temen-temen enggak. Karena Echa emang gak ada temen."

Yaa, Echa memang tidak memiliki teman, ia lebih suka kumpul dengan keluarganya.

Gita, Steffi, Maureen, adalah sahabat pertama yang ia miliki.

WARLOCK [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang