23. Zebra & Tuan Krabs

Mulai dari awal
                                    

"Niatnya emang begitu, lagian gue gak mau bareng sama lo." ujar Echa.

"Ya, cuman lo yang gue tawarin bareng tapi nolak." ucap Bara. Memang benar hanya Echa saja yang menolak ajakannya. Jika perempuan lain di beri tawaran seperti itu pasti dengan senang hati langsung mengucapkan kata, iya.

Bahkan tanpa di tawarkan pun, mereka sudah menawarkan diri dengan sendirinya.

"Naik." ujar Bara.

"Gamau." tolak Echa.

"Gue gak ne—"

"—nyenyenye." Merampas helm yang di pegang Bara, lalu naik ke atas motor hitam tersebut.

Bara tertawa dalam diam, sepertinya membuat Echa kesal, sekarang akan menjadi hobi barunya.

Salah satu yang ia suka dari Echa ialah, walaupun menolak tapi akhir-akhirnya tetap saja di lakukan.

Menyalakan mesin motornya, memacunya dengan kecepatan sedang. keluar dari komplek rumah Echa, berada kembali di jalan raya, bersatu dengan kendaraan-kendaraan lainnya yang berada di jalanan.

"Lo belom sarapan kan?" tanya Bara dengan suara yang sedikit di tinggikan.

Echa memajukan wajahnya lalu menjawab dengan suara yang tinggi juga, "belom."

"Buset kalem aja napa, gue gak conge." ujar Bara, membuat Echa terkekeh kecil.

Motor Bara berhenti di depan gerobak Bubur Ayam.

Echa turun dari motor, dengan pundak Bara sebagai pegangan, lalu memberikan helmnya pada Bara, yang langsung di terima oleh pemiliknya.

Mereka berjalan beriringan menuju penjual Bubur.

"Mang 2 ya."

"Siap kasep."

"Yang satu jangan pake seledri, kacang, sama bawang goreng mang." ujar Echa.

Setelah mendapat anggukan dari Tukang Bubur, mereka berjalan menuju kursi yang di sediakan.

Echa mengelap meja menggunakan tisu, entahlah Echa sangat menyukai hal itu. Tangannya secara otomatis selalu langsung mengambil tisu dan mengelap meja.

"Lo gak suka sayur dan semacamnya?" tanya Bara, berusaha mencairkan suasana yang sedikit canggung.

"Enggak, gak suka. Mereka gak enak." jawab Echa.

"Enak."

"Gak."

"En—."

"—Heh, lo udah pernah ketusuk ini belom." Echa mengangkat tusukan berisi usus yang sisa setengah.

Perdebatan kecil antara mereka terputus karena pesanan mereka sudah datang.

Echa menuangkan sesendok sambel ke dalam bubur miliknya.

"Sesendok aja Cha." ujar Bara.

"Tanggung setengah lagi." Saat hendak memasukan setengah sendok Sambel lagi, Bara menahan lengan Echa membuat tangan Echa tidak bergerak, tidak jadi menuangkan Sambel. Menatap Echa lalu mengucapkan kalimat yang membuat Echa mengurungkan niatnya tadi.

"Sesendok, atau tukeran sama punya gue." Bara menggeser mangkuk buburnya agar tepat berada di hadapan Echa.

Echa mendengus sebal, dari pada harus tukeran dengan punya Bara yang di penuhi seledri, kacang, dan bawang. Lebih baik ia menurut saja.

"Pinter, yang nurut ya Zebra." Bara menepuk pelan kepala Echa.

Echa tidak menjawab, ia memilih melahap buburnya, memasukan sesendok bubur ke dalam mulut dengan kasar seraya menatap Bara sengit. Bara yang di tatap seperti itu hanya terkekeh kecil.

Echa makan dengan lahap sesekali noda dari usus yang ia makan mengenai ujung bibirnya.

Jika perempuan lain harus makan dengan cantik, Echa tidak bisa melakukan itu. Katanya jika makan dengan sangat pelan itu tidak kenyang dan tidak nikmat.

"Kenyang?" tanya Bara, saat melihat Echa yang menghela nafas sehabis memasukan sendok terakhirnya ke dalam mulut.

Echa mengangguk kecil. "Yu, sekolah bentar lagi masuk." ujar Bara melirik arlojinya.

"Bentar, buburnya belom turun." Echa mencekal lengan Bara, membuat Bara harus duduk kembali.

Bara memperhatikan Echa yang tengah diam menunggu sendawa nya keluar, atau menunggu perutnya enakan, tidak terlalu kenyang dan bisa di ajak jalan.

"Yuu!" seru Echa, bangkit dari duduknya dengan semangat, membuat Bara yang sedari tadi memperhatikannya terkejut.

"O-oh yuu." ujar Bara tidak jelas.

Bara yang melihat Echa yang akan mengeluarkan uang dari dompetnya, sontak langsung buru-buru memberikan selembar uang kepada Tukang Bubur.

"Eh, gue aja." ujar Echa.

"Telat." Bara mengarahkan dagunya pada uang yang tadi ia berikan untuk membayar Bubur.

"Masa lo terus sih yang bayarin gue." ujar Echa tidak enak hati.

"Sesuai julukan gue yang lo kasih, Tuan Krabs." Bara menaikkan salah satu alisnya.

Echa menahan agar bibirnya tidak membentuk sebuah senyuman. Julukan yang ia kasih untuk Bara ternyata di terima dengan senang hati oleh orangnya.

"Yu." ajak Bara.

"Pegangan Non." suruh Bara saat mereka sudah berada di atas motor.

"Udah." ujar Echa.

"Ke sini anjir, lo ngapain megang ke belakang, udah kaya ibu-ibu naek ojek aja." ujar Bara membawa tangan Echa untuk melilit ke pinggangnya. Tadi Echa pegangan ke sayap belakang motor, bagaimana Bara tidak mengatainya seperti ibu-ibu coba.

"Yaudah, cepet jalan Tuan Krabs." ujar Echa menaruh dagunya di pundak Bara, sebelah kanan.

"Siap Non Z." Bara lalu menjalankan motornya menuju sekolah.

••••

GIMANA CHAPTER INI?

UDAH PUNYA PANGGILAN AJA MEREKA..

MAU NEXT? RAMEIN KOMENNYA YA😋

*Nz lagi terngiang-ngiang banget lagu ini, (Dan aku mencintaimu).

MAU TAU GA? NZ SENENG BANGET ANPIP, SEKARANG UDH BISA MASUKIN VIDEO DI MULMED LAGI, YUHUU💅🏻🥰

SAMPAI KETEMU DI CHAPTER SELANJUTNYA SAYANG" NZ💗💗💗

Rawrr🦖

Follow ig🤘🏻
@warlock__ofc

YANG BEGINI YA BENTUKANNYA!!!

YANG BEGINI YA BENTUKANNYA!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Nz

WARLOCK [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang