"Gatau gabut," ucap Fateh tak jelas.
"Tidur sana udah malem," ucap Saaih mencoba sabar dengan perilaku tak jelas adiknya ini.
"Ateh mau nginep di sini aja, males tidur sendiri terus," ucap Fateh jujur.
"Boleh kan?" ucapnya meminta izin Saaih.
Sedangkan Saaih hanya membalas dengan senyuman dan anggukan singkat.
"Yaudah yuk tidur!" ucap Fateh menarik tangan Saaih menuju ke ranjang. Sedangkan Saaih menahan tubuhnya. Ia masih tak ingin pergi.
"Teh, Bang Thariq udah pulang?" tanya Saaih pada Fateh. Pasalnya ia tidak melihat Thariq sejak tadi. Terakhir melihatnya ketika Saaih meminta Thariq untuk mengantarkan Zahra. Ia masih ingat wajah terkejut Thariq.
"Belum bang," jawab Fateh seadanya.
"Tidur yuk bang, lagi ngebucin kali Bang Thariq," ucap Fateh ngasal.
Saaih masih tetap diam di tempatnya. "Kamu duluan aja Teh, abang belum ngantuk," ucap Saaih beralasan.
Mendengar pernyataan abangnya itu membuat Fateh menekuk wajahnya. "Itu kan sama aja Ateh tidur sendiri," ucap Fateh kesal.
Saaih menghela nafas kasar. "Nyenyenyenye," mau tak mau kini Saaih mulai ke ranjangnya kembali karena Fateh.
Fateh sudah membaringkan tubuhnya di king size Saaih. Sedangkan Saaih masih terduduk. Pikirannya masih kalut. Saaih ingin segera menyelesaikan semuanya. Ia sudah tak tahan lagi, hal itu selalu berputar di kepalanya. Masalah ini harus selesai hari ini juga.
"Teh, kamu tidur aja duluan abang nanti nyusul," ucap Saaih sambil mengusap puncak kepala Fateh.
"Kemana bang?" tanya Fateh.
"Keluar bentar, kalo udah ngantuk tidur aja, gausa nungguin abang," ucap Saaih beranjak pergi dari kamarnya.
***
"Saaih? Ada apa sayang?" tanya Uminya cukup terkejut mendapati Saaih berada di ambang pintu kamar mereka.
"Saaih, ada apa nak?" kini Abinya yang bertanya sembari ikut duduk di ranjangnya di samping Umi.
Saaih masih diam di ambang pintu. Ia masih belum siap untuk mengatakan semuanya.
"Saaih?" Saaih kini tersentak karena panggilan Abinya. Ia pun mulai masuk ke kamar orang tuanya.
'Harus mulai darimana?' batin Saaih.
"Ada apa? Ada ngerasa sakit?" tanya Uminya lembut.
Saaih hanya menggeleng. Ia lalu kini bersimpuh duduk di bawah orang tuanya.
"Eeh eh ngapain duduk di bawah?" tanya Uminya terkejut. "Ini kan ada kursi," tambahnya lagi sambil menujuk arah sofa yang berjarak sekitar 3 langkah lagi.
"Saaih mau ngomong," ucap Saaih lagi sambil menatap Umi dan Abinya bergantian.
"Ngomong apa? Ngomong aja langsung," jawab Uminya. Sedangkan Abi tetap fokus pada laptopnya tetapi tetap menyimak obrolan mereka.
Saaih menarik nafas panjang lalu menghembuskannya "Saaih mau pertunangan Saaih sama Zahra dianggap batal," ucapnya mantap.
Umi terdiam mencoba mencerna ucapan putranya itu. Sedangkan Abi ia tertawa kecil. Lalu mulai menutup laptopnya. "Prank kamu kali ini ga lucu," ucap Abi lagi sambil menatap mata Saaih.
Sedangkan Saaih menatap bingung Abinya. "Prank? Saaih ga ngeprank Bi," ucapnya lagi. Saaih bingung kenapa ucapannya hanya diterima sebagai guyonan semata.
YOU ARE READING
My Life •Saaih Halilintar•
Fanfiction"Saaih Halilintar" Siapa sii yang gatau Saaih Halilintar? Presidennya sasquad Bagian dri gen halilintar Sosok yang selalu ceria, pecicilan, ga bisa diam,, hingga Penyakit dan semua masalah itu datang hingga ia menjadi berubah. *HANYA FIKSI SEMATA GU...
Seventy Nine
Start from the beginning
