Hai guys!
Sebelum membaca mari kita VOTE sama sama dengan cara :
-tekan layar ini sekali
-setelah ada tanda bintang dibawah, tekan tanda bintang tersebut sampe jadi Oranye.
-DAN WELL DONE! kamu udah kasi dukungan.
Terimakasih
Tak terasa besok adalah hari pernikahan Thariq dan Zahra. Semua orang tengah berada di bawah untuk mempersiapkan semuanya tepatnya memastikan bahwa semuanya sudah siap.
Tetapi lain hal dengan Saaih. Saat semuanya kini tengah berbahagia ia mencoba untuk menahan rasa sakit yang akhir-akhir ini semakin menjadi jadi. Semakin hari kneadaannya semakin memburuk. Dan tak ada yang tau tentang hal itu.
"Huek..." Saaih memuntahkan seluruh isi perutnya setelah lama berkutik dengan kamera dan laptopnya. Bagaimana tak muntah? Ia baru saja menyelesaikan 12 video selama tiga hari akhir-akhir ini.
"Akh!" ucap Saaih lemas tanpa sadar ia kini tengah terduduk di lantai kamar mandinya. "Sial," ucapnya lagi sembari menyapukan bekas darah yang berada di sudut bibirnya. Akhir-akhir ini juga Saaih sering muntah diikuti dengan darah tetapi untungnya tak ada yang tau. Jika tidak mungkin saja hal ini bisa membuat keributan dan membuat semua orang menyalahkan dirinya bila pernikahan ini gagal. Jujur saja ia lelah.
Tok Tok Tok
Terdengar pintu kamar mandi diketuk dari luar.
"Bang Saaih di dalam ya?" dari suaranya Saaih sudah bisa menebak bahwa itu adalah Fateh.
"Iya, kenapa?"
"Disuruh ke bawah," ucap Fateh bila didengar dari suaranya Fateh terdengar serius dan terburu-buru.
"Bilangin aja abang ga bisa ke bawah, masih banyak kerjaan," ucap Saaih berbohong. Bagaimana cara memberi tahu mereka bahwa kepalanya tengah berdenyut keras hari ini tanpa henti.
"Tapi kata Umi ini penting," ucap Fateh terdengar sedikit memaksa.
"Kerjaan juga penting," ucap Saaih beralasan.
"Bang jangan bercanda ini penting," rengek Fateh.
"Teh, bilangin sama Umi kerjaan abang masih banyak, habis ini abang mau istirahat kepala abang agak pusing," ucap Saaih lemas.
"Bang? Abang sakit? Bang buka pintunya! Sakit Abang kambuh ya?!" ucap Fateh seketika panik.
"Ngga, sante aja, sana cepetan bilangin sama Umi," ucap Saaih.
"Bang? Serius? Bang buka pintunya dulu! Biar Ateh percaya!" ucap Fateh masih bersikeras.
Saaih hanya bisa menghela nafas berat mendengar teriakan Fateh. Perlahan tapi pasti ia mencoba untuk berdiri dan membasuh wajahnya agar tak terlihat begitu pucat.
"Puas?" tanya Saaih membuka pintu kamar mandi.
"Abang kambuh lagi ya?" tanya Fateh khawatir. Bagaimana tak khawatir, wajah Saaih benar-benar pucat membuat dirinya benar-benar panik.
"Bentar, Ateh panggil Umi ya?" ucap Fateh bergegas pergi. Namun ditahan oleh Saaih.
"Ga, ga usah, jangan bikin Umi khawatir, abang gapapa," ucap Saaih dengan suara yang serak.
Tanpa berlama-lama Fateh segera menyiapkan tempat tidur Saaih. Dan menuntunnya menuju ranjang.
"Oiya, tadi kata kamu ada pekerjaan penting kan?"
"Pekerjaan penting apa?" tanya Saaih langsung menatap Fateh serius.
"Abang belum makan dari pagi,"
"Umi minta Abang turun buat makan, ini udah sore bang," ucap Fateh.
"Itu pekerjaan penting nya?" tanya Saaih menatap Fateh tak percaya.
YOU ARE READING
My Life •Saaih Halilintar•
Fanfiction"Saaih Halilintar" Siapa sii yang gatau Saaih Halilintar? Presidennya sasquad Bagian dri gen halilintar Sosok yang selalu ceria, pecicilan, ga bisa diam,, hingga Penyakit dan semua masalah itu datang hingga ia menjadi berubah. *HANYA FIKSI SEMATA GU...
