"Four"

3.3K 193 5
                                        

"Ternyata adik kamu memang benar mengidap penyakit kanker otak" ucap Dr Herman pelan

Thariq benar benar shock ia tak tau ia harus berbuat apa sekarang rasanya sekujur tubuhnya benar benar lemas. Ia tak tau harus berbicara apa pada orang tuanya dan saudara saudaranya.

"Tapi masih bisa sembuh kan dok?" tanya thariq penuh harap

"Bisa, karena ini masih stadium 1 jadi pasti masih bisa untuk menyembuhkannya" ucap Dr Herman semangat

"Kamu sebagai kakak seharusnya bisa menyemangati dia dong,, jangan begini nanti dia bisa ngedrop" ucap Dr. Herman sambil menyemangati Thariq

Ucapan Dr. Herman hanya bisa dibalas senyum tipis oleh thariq. Setelah mendengar kabar buruk itu ia langsung bergegas ke ruang rawat Saaih. Ia tak langsung masuk,, ia benar benar ragu untuk masuk ke dalam ruangan itu. Ia lalu menarik nafas dalam dalam dan mengehembuskannya, dan ia langsung mendorong pintu ruangan itu, ia langsung masuk ke dalam.

Di sana ia melihat Saaih yang sedang bercanda dengan Sajidah. Ia takut membuat gelak tawa itu terhenti karena kabar ini.

"Heii, liqq ngapain melamun sih?" tanya sajidah yang masih duduk di samping ranjang Saaih

"Pasti bang thor lagi mikirin pacarnya, dasar bang bucin" tambah Saaih. Mereka berdua tertawa tetapi tidak dengan Thariq ia hanya tersenyum tipis dan melihat wajah Saaih.

"Oo iya liq, jadi tadi apa kata dokter?,, Saaih sakit apa?"

Deg...

Thariq mulai berhenti dengan lamunannya,, ia lalu mulai menatap sajidah lekat lekat.

"Heii, ditanyain jugak,, ngapain malah bengong sii? Jawab aja kali bang" tambah Saaih

"Ih, kamu kena penyakit kanker otak ih.." jawab thariq agak terbata bata

"Jangan bercanda lah gak lucu tau liq!" ucap sajidah tidak percaya

"Oliq gak bohong kak,," ucap thariq sambil memberikan sebuah map yang berisikan surat

Sajidah membaca surat itu, air mata menetes dari matanya. Bagaimana bisa ia menyangka hal ini bisa terjadi pada adiknya.

"Kak gimana hasilnya?" tanya Saaih pelan

"Um, kamu ternyata kena penyakit kanker otak stadium 1" ucap Sajidah pelan

Seketika di ruangan itu semua menjadi hening, tak ada lagi yang mau membuka suaranya. Sajidah yang merasa sangat terpukul itu hanya bisa memeluk Thariq sambil berurai air mata.

"Kalian kok kayak gini si? Aelah jangan nangis lah" ucap Saaih yang teelihat santai padahal ada rasa sakit yang mendalam di hatinya,, ia tak ingin terlihat lemah di depan keluarganya.

"Ih, kamu harus kuat ya!" ucap Thariq sambil mengelus kepala Saaih

"Bang, kak kayaknya untuk sementara waktu jangan kasi tau yang lain dulu deh" ucap Saaih pelan

"Lho kok gitu si ih? Kan mereka keluarga kita,, jadi masih berhak tau" ucap Sajidah

"Tapi kak gimana caranya aaih bilang kalo diri aaih sakit,, gimana kalo mereka menjauh? Bukannya dukung" ucap Saaih lagi sambil menyembunyikan air matanya.
Pernyataan Saaih membuat Thariq dan Sajidah saling berpandangan.

"Ihh, gimanapun kamu, kita pasti bakal tetep nerima kok. Jangan beginilaa" ucap Thariq lembut.

"Please?" tanya Saaih

"Tapi umi abi harus tau ini" ucap Thariq tegas

"Abang bantuin aaih ngomong ya,, keknya aaih gak sanggup kalo ngomong sendiri" ucap Saaih memelas

"Iyaa, pasti abang bantu"

"Makasi yaa bang"

"Ooiya kak, ih abang mau ke apotik dulu mau tebus resep obat kamu nih" ucap Thariq sambil mengambil kunci mobilnya

"Tunggu dulu liqq,," ucap sajidah sambil memegang lengan Thariq

"Apa kak?"

"Misalnya keluarga nelpon ke sini,, kita bilang dia sakit apa?" tanya Sajidah

"Bilang aja Saaih kecapekan jadinya demam" ucap Thariq lagi

"Gara gara aaih kalian jadi bohong sama yang lain" ucap Saaih, kini ia merasa benar benar bersalah

"Gapapa kali ih,, kek orang lain aja" ucap Thariq

"Yaudah kak idah oliq pergi dulu yaa"

"Iyaa" jawab mereka bersamaan





Haii gengs makasi yang udah mau baca ingat di "VOTE" yaa makasii❤

My Life •Saaih Halilintar•Where stories live. Discover now