"Fifty Six"

1.9K 143 49
                                        

Haii!
Kangen ga sih?
Sama aku juga kangen sama kamu!, walau ga nyampe seminggu :v

Buat yang lupa bisa liat part yang sebelumnya!

Etttt, belum lesee

Ayoo! VOTE dulu!

1
2
3

Ok! Thankyou! Selamat membaca!

"Saaih?" Thariq sangat terkejut ketika mendapati Saaih membuka matanya, dan terlihat air mata yang membasahi pipi adiknya itu.

Saaih sama sekali tidak bereaksi, karena semua sudah terlambat. Kini ia sudah ketahuan bahwa dirinya habis menangis.

"Saaih kamu udah sadar?" tanya Sajidah sambil mengelus kepala Saaih, dan menghapus air mata yang membasahi pipi Saaih.

Saaih tetap tak bereaksi, bahkan tadi untuk menghapus air matanya sendiri saja ia merasa sangat kesakitan. Karena tangannya juga yang terinfus.

"Bentar biar bang Thor panggil dokter" ucap Thariq langsung berlari keluar.

Sementara Thariq memanggil dokter, Sajidah mencoba untuk berbincang dengan Saaih.

"Saaih? Kamu habis nangis?" tanya Sajidah.

Saaih tak menjawab, ia hanya menatap Sajidah tanpa mencoba untuk menjawab sepatah kata pun. Masker oksigen seperti benar benar menghalanginya untuk bisa berbicara. Ia kini merasa sangat lemah, bahkan untuk berbicara saja ia tidak bisa. Ia kini merasa seperti orang bisu.

Perasaan Sajidah tak enak, entah kenapa sepertinya ia ada firasat bahwa Saaih tak bangun baru baru ini. Dan mungkin ia sudah sadar sejak tadi.

Dan yang lebih menakutkan lagi, bagaimana jika Saaih mendengar semua keributan tadi? Benar benar tak terbayangkan!

Saaih hanya menatap Sajidah sekilas. Ia bisa melihat kesedihan di mata Sajidah yang merah karena menangis. Tetapi ia tetap tak bisa menghibur kakaknya itu.

Ia rasanya sudah lelah berpura - pura untuk terlihat baik baik saja. Ia sudah tak bisa lagi menghibur Sajidah & Thariq dengan terlihat baik baik saja.

Setelah beberapa menit keluar, Thariq lalu kembali ke ruang ICU dengan Dokter Herman dengannya. Saaih yang melihat Dokter Herman hanya bisa menatap malas kedatangannya. Dan lebih memilih menutup matanya saat Dokter Herman mulai mendekat.

Dokter Herman mulai mencheck keadaan Saaih dengan stetoskopnya.
Setelah selesai mencheck semuanya, terukir senyuman indah dari bibir Dokter Herman, seperti menandakan hal baik sedang terjadi.

"Ada apa dok?" Thariq berharap ada kabar baik yang keluar dari bibir Dokter Herman.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, sekarang bahkan keadaannya mulai membaik. Mungkin besok akan kami pindahkan ke ruang rawat inap biasa"

"Baik, makasi dok" ucap Sajidah.

"Yasudah saya permisi terlebih dulu" ucap Dokter Herman lalu pergi dari ruangan ICU.
~~~
"Kak, Oliq baru inget kalo besok Oliq ada meet and greet ama Thortroops"

"Iya terus?" tanya Sajidah.

"Kaka tolong jaga Saaih ya besok" ucap Thariq.

"Tapi catering kaka besok juga ada pesanan besar besaran" ucap Sajidah.

"Ini baru dikasi tau kak icem" tambahnya sambil menunjukkan layar handphonenya.

"Terus gimana?" tanya Thariq.

Saaih yang mendengar percakapan kakaknya itu langsung mencabut masker oksigen dari wajahnya. Jelas itu membuat Thariq dan Sajidah khawatir.

"Ehh kok dibuka, ayo pake lagi" Sajidah mencoba kembali mengenakan masker itu pada Saaih lagi.

"Kaaliiann pergii aja, Aaih bisa sendiri" ucapnya lirih. Setelah mengucapkan hal itu ia lalu menggunakan kembali masker oksigennya lagi.

Sajidah yang melihat itu benar benar tak tega ia lalu menangis. "Kenapa begini? Bahkan kita punya bener bener banyak saudara. Yang seharusnya bisa mendukung tapi-,"

Tangis Sajidah pecah saat itu juga dipelukan Thariq. Sedangkan Saaih, ia semakin membenci dirinya sendiri. Ia membuat banyak air mata ditumpahkan, dan itu semua hanya karenanya.

"Sssttt" Thariq mencoba menenangkan Sajidah. Ia mengerti hati kakak kakaknya itu benar benar lembut. Ia pasti sangat sakit mendengar semua kata kata yg mereka lontarkan terhadap Saaih.

Saaih kini mulai bangun dari tidurnya, ia mencoba mengatur nafasnya. Ia tau ini akan sakit tetapi ia memaksakan untuk duduk dengan bersandar. Dan lagi lagi ia juga mencabut masker oksigen.

"Yaampun Saaih, kamu itu berapa kali sih harus dibilangin? Jangan kek gitu, ayo tidur lagi" omel Sajidah.

Saaih hanya tersenyum, tetapi entah senyum seperti apa itu. Tersiratkan sakit luar biasa dalam senyuman itu. Bukan senyuman manis yang biasa ia perlihatkan pada semua orang. "I need a hug too" ucapnya sambil merentangkan tangannya.

Refleks Sajidah langsung memeluk Saaih. Air mata tak henti hentinya mengalir dari mata Sajidah.

"Please jangan nangis kak, kalo kakak nangis terus siapa yang bakal dukung aaih?" bisik Saaih lirih di telinga Sajidah.

***
Benar saja Sajidah dan Thariq tak pulang menginap semalaman di rumah sakit. Dan kembali lagi ke rumah mereka pada pukul 08:00 untuk melakukan kegiatannya masing masing.

Sama sekali tak ada basa basi dengan keluarga mereka yang berada di rumah. Setelah menyelesaikan kewajiban masing masing dan persiapan mereka untuk segera berangkat kerja. Mereka lalu berangkat bersama.

Sikap Sajidah dan Thariq semakin membuat mereka semua tak suka pada Saaih. Karena mereka semakin yakin ini hanya karenanya.

***
"Hari ini kamu bakal kami pindahkan ke ruangan rawat inap biasa ya" ucap salah satu perawat sambil membawakan kursi roda.

"Tolong, saya minta berapa semua total biaya rumah sakit yang saya jalani" ucap Saaih yakin.

"Maksudnya?" perawat merasa bingung.

"Saya yang akan membayar administrasinya semua, antar saya ke sana ya" ucap Saaih.

"Tapi, kamu belum benar benar sembuh" ucap perawat itu khawatir.

"Emangnya penyakit ini bisa sembuh?" tanya Saaih dengan tatapan dinginnya. Perawat yang takut pun hanya menuruti keinginan Saaih saja. Mendorong Saaih sampai ke ruang administrasi.

Sedangkan Saaih langsung menelpon Bang Alfath untuk segera menjemputnya.

Setelah menyelesaikan administrasinya sendiri ia lalu kembali ke ruangan, di mana sekarang seharusnya ia masih dirawat lagi di sana.

"Kamu benar yakin mau pulang?, keadaan kamu belum benar benar pulih" ucap perawat yang masih mendorong kursi roda Saaih.

"Iya" ucapnya singkat.

"Nanti pasti saya bakal dimarah Dokter Herman, kalo dia tau saya biarkan kamu pulang" bisik perawat tersebut. Karena memang perawat tersebut bisa dibilang asisten pribadi Dokter Herman sendiri.

"Apa?" tanya Saaih.

~•~•~•~
Maaf keun udah hampir seminggu ga up :v

Makasi buat yang udah baca ya!
Jangan lupa VOTE dong!
Jangan lupa komen juga ya!, pingin balesin komen kalian nich:v

Thankyou!❤

My Life •Saaih Halilintar•Where stories live. Discover now