"Sixty Three"

2.4K 171 29
                                        

Hayo loh! Buru buru banget!

VOTE dulu lahh

Iyaaa

Kek biasaa,, udah baca boleh VOTE

Ehh

Udah VOTE baru boleh baca!

1...

2...

3....

Udah?

Thank you!

Selamat membaca!

"Saaih?!"

"Bangun!"

"Saaih! Astaga!" Thariq menepuk pipi Saaih kembali. Sama sekali tak ada respons. 'Sial! Lagi lagi seperti ini!' batin Thariq.

Drrrrttt...

Thariq merasakan getaran dari saku celananya. Rupanya handphonenya berbunyi. Terpampang di layar nama "Bang Atta" yang jelas jelas membuat dirinya terkejut. Setelah sekian lama lost contact dengan abangnya itu akhirnya ada telepon yang datang dari Atta.

"Halo, Assalamualaikum abang,, ada apa?" -Thariq

"Halo Waalaikumsalam liq, di mana Saaih? Dia udah ketemu?" -Atta

"Saaih? Hm." -Thariq

"Saaih kenapa?" -Atta

"Thariq udah ketemu sama Saaih" -Thariq

"Yaudah biar abang susul!" potong Atta cepat.

"Kalo abang ke sini sekarang bakal lama lebih baik abang ke rumah sakit yang biasa, siapin janji sama Dokter Herman plus ruangan buat Saaih." ucap Thariq tergesa gesa.

"Rumah sakit?"
"Saaih kenapa?"
"Biar abang susul!" -Atta

"Gausah! Please dengerin omongan Thariq kali ini aja! Dokter Herman sibuk! Susah buat janji sama dia! Jadi sekarang tolong abang buat janji ama dia atas nama Saaih!" seru Thariq.

"Yaudah,," Atta menyerah dan menutup telepon tersebut.

Thariq dengan kecepatan tinggi membawa Saaih menuju ke rumah sakit, sedangkan Bang Alfath diminta untuk kembali ke rumah saja.

Jarak dari sini menuju rumah sakit sekitar 30 menit. Dan selama 30 menit itu juga Thariq merasa benar benar tak tenang, sesekali sambil menyetir Thariq pasti langsung menatap wajah Saaih yang pucat.

***
Saaih langsung dilarikan menuju IGD menggunakan brankar yang didorong Thariq, Atta, dan Dokter Herman.
"Silahkan tunggu dulu di luar" ucap seorang perawat sambil langsung menutup pintu IGD.

Sedangkan Thariq dan Atta kini duduk bersama. Hening. Tak ada percakapan antara mereka. Thariq dikabuti dengan rasa bersalah yang mendalam pada Saaih begitu juga pada Atta. Thariq menenggelamkan wajahnya, menatap lantai putih rumah sakit. Sedangkan Atta menatap langit langit putih rumah sakit.

Hingga akhirnya Atta mulai menggenggam tangan Thariq perlahan "sorry" ucap Atta mencoba mengumpulkan keberaniannya.

Thariq lalu mengangkat kepalanya menatap Atta sebentar lalu tersenyum. Dan kembali menenggelamkan wajahnya. Tanda dirinya benar benar frustasi.

"Abang minta maaf udah salah paham sama kamu" Atta mencoba membuka pembicaraan.

"Abang bener bener gatau kalo Saaih punya penyakit separah ini" Atta tak kuasa menahan tangisnya.

Thariq pun menjadi iba dan menatap abangnya "Apa harus tau masalahnya dulu baru peduli?" tanya Thariq kini yang bertanya.

Atta menjadi bungkam, kali ini setiap detik ia selalu mengutuk dirinya sendiri dalam hatinya. Menyalahkan kebodohan yang selama ini ia lakukan. Menyalahkan setiap makian, yang selalu ia lontarkan seenak hati, tanpa memikirkan hati sang penerima makian tersebut.

My Life •Saaih Halilintar•Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon