Haii guyss!
Kangen ga sih?
Cie yang mau baca :v
Eitss
Jalanin kewajibannya dulu dong!
Dengan cara,, VOTE!
Semudah itu kok:)
1...
2...
3...
Ok, Thank-you! Selamat membaca!
"Maafin Saaih ya bang" Saaih berbisik, posisinya masih terbaring di atas kasur. Dengan air mata yang terus membasahi pipinya.
"Saaih udah terlalu egois, buat abang yang tulus. Saaih orang jahat" ucapnya lirih.
"Nghhhh" Thariq melenguh dan tubuhnya juga ikut menggeliat.
Perlahan tapi pasti Thariq lalu membuka matanya. Betapa terkejutnya ia ketika melihat Saaih sudah sadar dan lagi lagi dengan berlinang air mata.
"Saaih? Kamu butuh air? Tunggu di sini biar abang ambil air" ucap Thariq segera berdiri dan hendak pergi. Namun tertahan karena Saaih yang menahan lengan Thariq seperti sebuah isyarat untuk 'jangan pergi'.
Thariw yang mengerti pun, mengurungkan niatnya untuk mengambil air. Dan lebih memilih menemani Saaih. "Kamu butuh apa?" tanya Thariq, sambil terus mencheck dahi Saaih.
"Saaih cuma butuh maaf dari abang" ucap Saaih ragu.
Kini Thariq tak mengerti apa yang dimaksud Saaih ia mengerutkan keningnya. "Kamu masih demam, tunggu di sini biar abang ambil paracetamol" Thariq kembali hendak pergi dan ditahan kembali oleh Saaih.
"Itu ga penting bang,"
"Mungkin abang ga bakal maafin Saaih kemarin. Maafin Saaih ya bang" ucap Saaih mulai bangun dari posisinya tadi yang masih terbaring.
"Kamu ngomong apaan sih? Seharusnya itu abang yang minta maaf, ka-"
"Maafin Saaih bang, Saaih bentak bentak abang kemarin. Maaf, kemarin emosi Saaih bener bener ga kekontrol"
"Maafin Saaih udah terlalu egois, sampe ga mikirin perasaan abang juga kek gimana" ucap Saaih lirih.
"Ngga, ngga. Abang yang seharusnya minta maaf sama kamu" bantah Thariq.
"Abang ga bisa ngertiin kamu"
"Maaf." Thariq langsung memeluk erat Saaih setelah mengucapkan itu. Ia merasakan tubuh Saaih yang bergetar menahan tangis.
"Lepasin aja semuanya ih, ga perlu kamu tahan lagi"
"Ga perlu pura pura bahagia lagi"
"Senyum palsumu itu bener bener bikin abang muak"
"Pura pura baik baik saja ga bakal bikin keadaan bener bener baik baik aja" ucap Thariq masih memeluk erat Saaih.
"Maaf." Saaih semakin memeluk erat Thariq, seperti tak ingin kehilangan abangnya itu.
Sesi peluk memeluk masih berlangsung hingga Thariq merasakan aliran cairan kental hangat membasahi baju putihnya yang tipis.
Air mata? Tidak! Ini bukan air mata.
Dengan tangannya yang cukup panjang, ia lalu mencoba menggapai punggungnya sendiri. Merasakan cairan apa yang telah membasahi bajunya. Ia lalu mengangkat tangannya melihat cairan apa itu.
Dan yah! Itu DARAH.
Thariq membalikkan tubuh Saaih, ia bisa melihat jelas tetesan darah yang terus keluar dari hidungnya dan tanpa Saaih sadari.
"Saaih kamu mimisan!" pekik Thariq dan segera berlari mengambil tisu.
YOU ARE READING
My Life •Saaih Halilintar•
Fanfiction"Saaih Halilintar" Siapa sii yang gatau Saaih Halilintar? Presidennya sasquad Bagian dri gen halilintar Sosok yang selalu ceria, pecicilan, ga bisa diam,, hingga Penyakit dan semua masalah itu datang hingga ia menjadi berubah. *HANYA FIKSI SEMATA GU...
