I'm not fine, I'm not okay, I need help, and no one understands...
~~~
"Emangnya apa yang bakal abang lakuin setelah abang tau ini semua?" tanya Saaih dengan tatapan kosong.
"Ya apalagi?! Ya pasti abang ga bakal biarin kamu ngeditlah!" bentak Thariq.
Saaih yang mendapat jawaban seperti itu dari Thariq hanya bisa tersenyum, tanpa mengalihkan pandangannya dari meja editnya.
"Abang kira abang, yang paling ngerti kamu ih!, abang kira abang yang tau tentang kamu, abang kira abang orang yang paling kamu percayai ih!"
"Tapi ngga, itu semua salah. Kamu masih ga percaya sama abang, kamu ragu sama abang" ucap Thariq, suaranya kini mulai melemah. Ia pun ikut duduk bersama adiknya itu.
"Abang itu terlalu kekanak-kanakan, abang terlalu keras kepala" ucap Saaih sambil tersenyum menatap abangnya.
"Apa abang pikir hidup Saaih baik baik aja setelah dapat penyakit ini?"
"Ngga, semuanya ga baik baik aja"
"Saat hidup ga baik baik aja, abang juga minta supaya Saaih ga ngedit. Saaih udah ga fit lagi buat video, jadi tinggal ngedit harapan terakhir. Dan abang juga minta untuk ga lakuin itu?" Saaih kembali memindahkan pandangannya dari ke Thariq kembali menatap kosong langit langit kamarnya.
"Itu sama aja kek ngambil dunianya Saaih" ucap Saaih tersenyum penuh arti.
"Tapi ihh, ini itu gabaik buat kesehatan kamu" ucap Thariq mencoba memberi penjelasan.
"Semua yang Saaih lakuin juga bakal berdampak ga baik kok bang,,"
"Ini bukan karena apa apa, ini emang kondisi Saaih yang udah ga baik baik aja" ucap Saaih tersenyum.
"Saaih takut kasi tau abang, karena Saaih tau ini pasti bakal terjadi" ucap Saaih lirih.
"Saaih bener bener pingin jadi orang yang sedikit berguna,, ga nyusahin kek gini"
"Biarin Saaih jadi orang yang berguna setidaknya sebelum nanti Saaih bener bener pergi" Saaih bangun dari duduknya dan meninggalkan Thariq yang sudah berlinang air mata sendiri.
"Saaih, abang ga suka kamu ngelantur kek gitu! Kamu ga bakal kemana mana. Kamu pasti bakal baik baik aja" ucap Thariq melemah.
Saaih kembali berbalik menatap abangnya kasihan.
"Saaih takut berekspetasi, takut juga bakal jatuh di ekspetasi Saaih sendiri" ucap Saaih sambil tersenyum miris.
"Saaih!" Thariq menarik paksa pundak Saaih. Membuat Saaih sedikit meringis kesakitan.
"Apalagi bang? Abang udah tau semuanya kan?" tanya Saaih.
"Kenapa kamu ga pernah cerita sama abang kalo kamu kemoterapi setiap 2 minggu?" tanya Thariq sedikit marah.
"Udahlah itu gak penting" ucapnya dingin, Saaih mencoba terlepas dari Thariq dan pergi. Tetapi bukannya melepaskan Saaih, Thariq semakin menguatkan cengkramannya pada bahu Saaih.
"Apa maksud kamu ga penting? Itu bener bener penting Saaih!"
"Udahlah bang!"
"Saaih cape!"
"Bersikaplah bodo amat seperti mereka bang!"
"Benci Saaih seperti mereka bang!" kakinya mulai melemas, Saaih tersungkur di bawah dengan berurai air mata tangisnya pecah saat itu juga. Tangis yang selama beberapa bulan ini selalu ia tahan. Semua itu pecah saat ini juga.
YOU ARE READING
My Life •Saaih Halilintar•
Fanfiction"Saaih Halilintar" Siapa sii yang gatau Saaih Halilintar? Presidennya sasquad Bagian dri gen halilintar Sosok yang selalu ceria, pecicilan, ga bisa diam,, hingga Penyakit dan semua masalah itu datang hingga ia menjadi berubah. *HANYA FIKSI SEMATA GU...
