Sajidah sudah siap membawakan nampan berisi makanan ke kamar Saaih.
Tok Tok Tok...
"Saaih, buka pintunya. Ini kak Jidah,"
"Saaih ayo makan dulu biar bisa minum obat"
"Saaih bangun,"
"Saaih minum obat dulu"
"Udahlah kak, mungkin nanti dia bakal bangun dan makan sendiri" ucap seseorang sambil menepuk bahu Sajidah.
"Tapi masalahnya dia belum minum obat liq, nanti penyakitnya kambuh lagi gimana?"
"Ga bakal kok kak," Thariq mengusap pundak Sajidah.
"Udah tenang aja kak, dia juga gak selemah itu. Saaih kita itu kuat banget kak" ucap Thariq yakin
Sajidah hanya mengangguk lemah, menyetujui ucapan Thariq.
16:00
"Hmm,," Saaih mulai bangun dari tempat tidurnya. Pertama kali yang ia rasakan adalah rasa sakit di kepalanya.
"Udah jam berapa sih ini?" Saaih mengangkat pergelangan tangannya.
"Udah jam 4 sore? Berarti dari tadi udah tidur 3 jam?" tanya nya tak percaya.
Tanpa berlama lama Saaih langsung pergi ke bawah. Ia ingat ia belum minum obat siang ini. Ia pergi ke bawah bukan untuk makan tetapi hanya untuk membuat secangkir teh untuk dirinya.
Saaih tak terbiasa makan siang, ia lebih memilih teh untuk asupan makan siangnya. Bahkan biasanya ia membiarkan perut itu kosong. Ini pun gara gara harus minum obat, jika tidak. Ia pasti sudah bodo amat akan makan siang atau tidak.
Saaih turun ke bawah di lihatnya semua orang tengah sibuk dengan pekerjaannya masing masing. Ia langsung membuat teh karena kali ini kepalanya benar benar terasa sangat sakit. Tanpa berlama lama ia segera naik ke atas, menuju kamarnya.
"Arghhh" ringisnya sambil memegangi kepalanya.
Ia menutup pintu kamarnya. Kini rasa sakit di kepalanya benar benar tak tertahankan. Ia ingin berteriak sekencang kencangnya, tetapi itu jelas tak mungkin. Ia masih mencoba untuk berjalan menuju kasurnya dengan bertopang pada dinding dinding kamarnya.
Kebetulan sekali Thariq melewati kamar Saaih. Dan ia mendengar suara seperti orang kesakitan di kamar Saaih. Karena khawatir refleks Thariq langsung membuka pintu kamar Saaih. Dan terlihat di sana Saaih sedang memegangi kepalanya.
"Saaih?"
'Sial' batin Saaih, karena saking sakitnya ia sampai lupa untuk mengunci pintunya kembali.
Saaih yang mengetahui keberadaan Thariq di kamarnya. Ia langsung melambaikan tangannya seperti memberikan aba aba mengusir.
Tapi belum saja ada sedetik, Saaih yang tadinya masih berada dalam posisi berdiri langsung tersungkur. Karena kakinya yang tak kuat dan juga lemas.
"Saaih?" pekik Thariq. Tanpa berlama lama Thariq langsung menggendong Saaih menuju ke ranjangnya.
"Bang kepala aaih sakit" rintihnya terus menerus. Suaranya mulai melemah, tetapi tetap rasa sakit di kepalanya sama sekali tak berkurang.
Ia menggenggam tangan Thariq kuat, berharap bisa mengurangi rasa sakit yang dialaminya.
Thariq yang melihat adiknya itu berjuang melawan penyakitnya. Tak bisa menahan air matanya. Ia benar benar tak tega melihat adiknya seperti itu.
"Arghhh, sakit" Saaih terus memegangi kepalanya.
"Ih, ayo kita ke rumah sakit dulu" Thariq hendak menggendong tubuh Saaih.
YOU ARE READING
My Life •Saaih Halilintar•
Fanfiction"Saaih Halilintar" Siapa sii yang gatau Saaih Halilintar? Presidennya sasquad Bagian dri gen halilintar Sosok yang selalu ceria, pecicilan, ga bisa diam,, hingga Penyakit dan semua masalah itu datang hingga ia menjadi berubah. *HANYA FIKSI SEMATA GU...
