"Twenty Nine"

1.7K 109 7
                                        

Tetap bagaimana pun kecepatan Saaih berlari untuk menyelamatkan Fateh tetap akan kalah juga dengan kecepatan mobil yang melaju dengan kencang itu.

Alhasil Fateh tertabrak oleh mobil yang melaju dengan kencang tadi. Kaki Saaih seketika langsung lemas menyaksikan di depan matanya sendiri adiknya tertabrak oleh mobil tadi. Yang membuat Fateh tak sadarkan diri, dan bagian pinggangnya terus saja mengeluarkan darah.

Saaih langsung menelpon bang Bani karena ia tau dengan kondisinya seperti ini ia tidak akan kuat untuk menggendong Fateh sampai rumah.

Bang Bani
Berdering...

"Assalamualaikum ih, kamu dimana kok lama banget?"

"Bang tolongin aaih, Fateh tadi ketabrak mobil" ucap Saaih dengan suara menahan rasa sakit

"Ya allah, sekarang kamu dimana?" ucap Bang Bani panik

"Jalan yang tadi"

"Yaudah kamu tunggu disana, nanti abang dateng" ucap Bang Bani terdengar tergesa gesa.

Tut-
Panggilan terputus

Saaih terus mencoba melawan rasa sakit dikepalanya. Ia dengan setia menunggu Bang Bani datang, dan terus menepuk nepuk pipi Fateh. Tangisnya pecah ia terus menyalahkan dirinya.

Tak lama kemudian.
Bang Bani datang dengan kamera yang ditentengnya.

"Ih, pegang ini!" pinta Bang Bani memberikan kamera yang cukup besar itu

"Iya bang" ucap Saaih lalu menenteng kamera itu. Dan Bang Bani menggendong Fateh sambil berlari kecil.

Mereka akhirnya sampai di rumah. Bang Bani segera memanaskan mobil sedangkan Saaih langsung berteriak memanggil abangnya itu.

"Assalamualaikum Bang Thor, tolong buka pintu" teriak Saaih lemah dari luar

"Waalaikumsalam, ada apa?"

"Riq, Fateh tadi kecelakaan. Ayo kita ke rumah sakit" sela Bang Bani

"Mana dia sekarang?" tanya Thariq panik

"Udah abang taruh di mobil ayo sekarang berangkat ke rumah sakit" ucap Bang Bani yang sudah hendak menjalankan mobil

"Ntar bang, Thariq kasi tau kak Jidah dulu" ucap Thariq kembali masuk lagi ke dalam rumahnya

Saaih langsung masuk ke mobil dan memangku Fateh yang belum juga sadar. Ia benar benar tak peduli jika nanti bajunya akan kotor dengan darah Fateh. Saaih benar benar sedih hingga tak bisa berkata kata, ia hanya terdiam sambil menatap wajah adiknya itu. Terlihat jelas dimatanya rasa penyesalan.

Sudah lama Bang Bani bekerja dengan Gen Halilintar tapi ia tidak pernah sekalipun melihat Saaih seperti ini. Benar benar down, bahkan untuk menanyakan apa yang terjadi tadi saja rasanya ia tidak tega.

Thariq dan Sajidah lalu masuk ke dalam mobil. Betapa terkejutnya mereka melihat Fateh dengan pinggang yang berlumuran darah.

"Yaampun ihh ini kenapa?!" tanya Sajidah dengan nada sedikit membentak

Saaih hanya terdiam, rasanya bibirnya itu tidak sanggup untuk menceritakan hal itu.

"Udah kak,, pokoknya yang penting sekarang Fateh baik baik aja" ucap Thariq menenangkan.

***
Fateh sedang ditangani di UGD, tetapi tetap saja itu pasti memberikan rasa khawatir dalam hati semua.

Thariq sejak tadi tak henti hentinya berjalan bolak balik depan pintu UGD. Berharap ada kabar baik yang akan segera datang.

Sedangkan Sajidah sejak tadi hanya menangis sambik berdoa agar adiknya itu baik baik saja. Dan Saaih hanya duduk terdiam sambil menyesali kejadian tadi.
"Gua bukan abang yang baik, Bodoh, Goblok banget sih lu iih!" ucap nya terus menerus.

"Bang, abang tolong jemput adik adik yang lain ajak kesini aja" pinta Thariq dengan wajah cemas

"Ok, riq" ucap Bang Bani langsung meninggalkan ruang tunggu

Keadaan masih tegang, sudah setengah jam tapi dokter maupun perawat tak ada satupun yang keluar dari ruangan UGD.

"Saaih kamu masih tetep gamau cerita?" tanya Thariq kini duduk disampingnya

Hm. Gimana ya kelanjutannya? Jangan lupa buat vote yaa biat aku lebih semangat. Kalo bisa sekalian VOTMENT  ya guys

My Life •Saaih Halilintar•Where stories live. Discover now